SOROT: Perputaran Cuan Ratusan Kali dari Bisnis Tes PCR

Image title
Oleh Maesaroh
11 November 2021, 09:50
tes PCR, bisnis tes pcr
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Petugas kesehatan melakukan tes usap polymerase chain reaction (PCR) COVID-19 pada warga di Jakarta, Selasa (2/11/2021).

Bisnis tes PCR atau Polymerase Chain Reaction menarik minat pengusaha karena keuntungannya besar. Pada awal pandemi Covid-19, penyedia jasa layanan tes ini bisa menangguk keuntungan ratusan kali lipat.

Saat pandemi baru merebak di Indonesia Maret-April 2020, penyedia tes PCR masih terbatas. Alhasil, ada perusahaan yang menarik tarif hingga Rp 5 juta untuk tes yang selesai dalam sehari. Seiring semakin banyak perusahaan yang terlibat dalam bisnis ini, harga tes pun terus turun.

Hingga saat ini jumlah total tes PCR mencapai 28,4 juta. Sebagai gambaran, bila satu perusahaan bisa menarik satu juta kali tes dengan keuntungan kotor Rp 100 ribu, perusahaan tersebut sudah mendapat keuntungan Rp 100 miliar. 

Direktur Business Development PT Daya Dinamika Sarana Medika (DDSM) Wahyu Prabowo tidak menampik beberapa perusahaan tes PCR menangguk keuntungan besar.  "Memang ada perusahaan yang mengambil gain lebih besar. Dulu ada yang mengambil keuntungan 300-500 kali," kata Wahyu kepada Katadata.co.id, Rabu (10/11).

DDSM merupakan salah satu perusahaan besar dalam bisnis tes PCR. DDSM semula dimiliki oleh Yayasan Dompet Dhuafa, tetapi mereka kemudian membuat entitas bisnis sendiri.

Sejak awal pandemi Covid-19 Maret 2020, DDSM bekerja sama dengan pemerintah untuk memeriksa tes sample Covid-19 dari jaringan Puskesmas. Awalnya DSDM hanya memiliki satu laboratorium, yang kemudian terus berkembang selama pandemi berkembang menjadi tujuh laboratorium.

Wahyu menggambarkan pada saat kasus naik menjelang akhir 2020, DDSM menerima sample sekitar 65 ribu per hari dari pemerintah. Jumlah tes sample yang dikirim menyusut seiring dengan turunnya kasus Covid-19.

Kini, DDSM menerima permintaan uji sample sekitar 4.500 per hari. "Bagi kami mengambil untung Rp 45 ribu juga sudah alhamdulilah. Kuota kami besar jadi tetap untung," ujar Wahyu.

Pengusaha Erwin Aksa, pendiri penyedia jasa tes PCR Laboratorika Utama (SwabAja), enggan memberitahukan keuntungan yang diperoleh. "Tidak banyak," kata Erwin kepada Katadata.co.id.

Namun, dia memberikan gambaran dari batasan harga saat ini yang ditetapkan pemerintah masih bisa turun. Ia menyebut, masih bisa untung jika harga PCR turun sampai Rp 195 ribu. 

Hitung-hitungan Bisnis Tes PCR 

Wahyu mengatakan harga tes ditentukan oleh investasi peralatan kesehatan dan reagen. Investasi di bisnis tes PCR ini cukup besar, di antaranya membeli alat kesehatan merek Abbot untuk kelengkapan tes laboratorium.

Beberapa alat kesehatan juga memiliki spesifikasi khusus dan terbatas dalam membaca reagen. Jadi, laboratorium harus menyediakan jenis reagen sesuai spesifikasi alat tersebut.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Randy Hendarto Teguh mengatakan ketersediaan alat kesehatan terutama cairan reagen di awal pandemi memang masih terbatas karena minimnya pemasok. Pada awal pandemi, penyedia merek reagen hanya berjumlah 5-10 sementara sekarang sudah mencapai 54.

Pada awal pandemi Covid-19, Wahyu menyatakan, pihaknya mematok harga pokok penjualan (HPP) di kisaran Rp 550 ribu- Rp 650 ribu. Saat memberlakukan tarif tersebut, harga reagen berkisar Rp 350 ribu-Rp 375 ribu.

Harga yang dipatok DDSM tersebut jelas lebih rendah dibandingkan di pasaran karena pada awal pandemi tes PCR rata-rata dibanderol dengan tarif Rp 1,5 juta- Rp 1 juta. Bahkan, ada yang menarik tarif di atas Rp 2,5 juta.

Menurut Wahyu, di awal pandemi, tidak mudah bagi laboratorium atau pelaku bisnis membuka jasa layanan tes PCR karena terkendala regulasi. Selain itu, masalah keterbatasan penyedia alat tes PCR, baik alat pelindung diri (APD) ataupun cairan reagen.

Halaman:
Reporter: Maesaroh, Ameidyo Daud Nasution
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...