Elektabilitas Airlangga Rendah, Bagaimana Cara Golkar Mendongkraknya?
Partai Golongan Karya (Golkar) bertekad mengusung ketua partai, Airlangga Hartarto, sebagai calon presiden yang maju di Pilpres 2024. Politisi Golkar menyadari elektabilitas Airlangga masih jauh tertinggal dibanding tokoh politik lain.
Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono mengatakan masih ada waktu untuk mendongkrak elektabilitas Airlangga. Agung menyebut salah satu strategi Golkar mendongkrak elektabilitas dengan membangun kerja sama pengurus partai.
Dia mengatakan Golkar membentuk forum dalam internal pantai untuk mendapat berbagai masukan bagaimana meningkatkan elektabilitas Airlangga. Forum tersebut menjadi alat komunikasi untuk menyuarakan kinerja yang selama ini dilakukan oleh Airlangga sebagai capres.
"Belum banyak diketahui oleh publik yang barangkali kalau disampaikan secara baik itu bisa meningkatkan elektabilitas beliau (Airlangga)," ujar Agung, di Jakarta, Rabu (12/1).
Adapun kader sekaligus politisi senior Partai Golkar Melchias Markus Mekeng menyarankan Airlangga agar lebih banyak turun ke lapangan dan menyapa masyarakat untuk meningkatkan elektabilitas.
"Kalau ada yang ingin jadi pemimpin dan elektabilitasnya masih di bawah, ya harus berubah," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Legislator Golkar tersebut berharap agar Airlangga Hartarto lebih bisa turun ke lapangan dan menyapa masyarakat. Sebab, dengan begitu masyarakat akan mengetahui dan simpati. "Tujuannya agar elektabilitas Airlangga bisa ikut terangkat," kata dia.
Cawapres untuk Dongkrak Elektabilitas
Partai Golkar memandang penting peranan calon wakil presiden yang mendampingi Airlangga. Mereka masih memilah kandidat yang dapat memperkuat elektabilitas Airlangga. "Calon wapres kami masih terbuka untuk diskusi kepada siapa pun," kata Ketua DPP Golkar, Dave Laksono.
Posisi calon wapres ini menjadi penting dalam mendongkrak elektabilitas capres. Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan berdasarkan hasil survei, tingkat elektoral calon presiden tergantung pada calon wakil presiden.
"Karena pemilu masih dua tahun ke depan, maka calon-calon presiden membutuhkan pendamping yang bisa membantu menambah atau menaikkan elektabilitas mereka," kata Burhanuddin beberapa waktu lalu.