Rusia Kuasai Chernobyl, Sinyal untuk NATO Tak Bantu Ukraina

Yuliawati
Oleh Yuliawati
25 Februari 2022, 14:01
Rusia, Ukraina
ANTARA FOTO/REUTERS/Valentyn Ogirenk
Jaringan listrik terlihat dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl di Chernobyl, Ukraina, Rabu (9/10/2019).

Pasukan Rusia merebut pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl. Pejabat Ukraina menyatakan pendudukan pembangkit listrik tersebut merupakan ancaman serius bagi Rusia.
 
"Tak mungkin mengatakan pembangkit listrik nuklir Chernobyl aman setelah serangan yang tidak jelas dilakukan oleh Rusia," kata penasihat kantor presiden Ukraina Mykhailo Podolyak, dikutip dari Reuters, Jumat (25/2).

"Ini merupakan salah satu ancaman paling serius di Eropa saat ini," kata dia.

Rusia menyerbu Ukraina lewat darat, laut dan udara dalam serangan terbesar terhadap sebuah negara Eropa sejak Perang Dunia II sejak Kamis (24/2).

Sumber Rusia menyebutkan tentara mereka berkumpul di "zona terlarang" Chernobyl sebelum merangsek ke Ukraina.  Sumber tersebut mengatakan Rusia menguasai reaktor nuklir Chernobyl untuk memberi pesan kepada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) agar tidak ikut campur.

Bencana Chernobyl terjadi di Ukraina saat masih menjadi bagian dari Uni Soviet pada 1986. Awan material nuklir menyelimuti banyak wilayah di Eropa setelah kegagalan uji keamanan pada reaktor keempat pembangkit itu. Beberapa dekade kemudian, Chernobyl menjadi lokasi wisata. Sekitar sepekan sebelum invasi Rusia, kawasan itu ditutup bagi turis.

"Para pejuang kami mengorbankan nyawa sehingga tragedi 1986 tidak akan terulang," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Twitter beberapa saat sebelum pembangkit itu dikuasai Rusia.

NATO dan Amerika Tak Kirim Bantuan ke Ukraina

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan bahwa tidak akan mengirim tentara ke Ukraina. Ini ia sampaikan saat mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia karena memulai invasi.

"Pasukan kami tidak dan tidak akan terlibat dalam konflik,” kata Biden dikutip dari CNN Internasional, Jumat (25/2). "Pasukan kami tidak pergi ke Eropa untuk berperang di Ukraina, tetapi membela sekutu NATO dan meyakinkan sekutu di timur."

Biden juga sangat berhati-hati untuk menjelaskan bahwa AS tidak agresif terhadap Rusia. “Biar saya perjelas, ini adalah langkah defensif sepenuhnya dari pihak kami. Kami tidak berniat melawan Rusia,” kata dia.

Sebelumnya, NATO menyatakan tidak memiliki pasukan yang disiagakan di Ukraina dan tidak berencana mengirim pasukan ke negara tersebut.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg. Ia mengatakan bahwa Ukraina bukan anggota NATO, oleh karena itu fokus dari aliansi tersebut adalah mempertahankan negara-negara Eropa timur lainnya dari serangan Rusia.

”Tidak ada pasukan NATO di Ukraina. Kami telah menegaskan bahwa kami tidak berencana untuk mengirim pasukan ke Ukraina. Yang kami lakukan adalah defensif,” ujarnya seperti dikutip Reuters, Kamis (24/2).

Stoltenberg mengecam serangan Rusia yang ia sebut sebagai “invasi penuh” ke Ukraina. Menurut dia serangan Rusia yang tak beralasan menempatkan banyak nyawa tak berdosa dalam risiko dengan serangan udara dan rudal.

“Ini adalah invasi yang disengaja, berdarah dingin, dan telah lama direncanakan. Perdamaian di benua kita telah hancur. Rusia menggunakan kekuatan untuk mencoba menulis ulang sejarah, dan menyangkal Ukraina sebagai negara yang bebas dan merdeka,” ujarnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...