Petani Sawit Protes Dirugikan atas Kenaikan Pungutan Ekspor CPO

Andi M. Arief
21 Maret 2022, 15:45
sawit, CPO, minyak goreng
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.
Pekerja mengangkut dan menata tandan buah segar kelapa sawit saat panen di Desa Jalin, Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Senin (23/8/2021).

Petani sawit protes terhadap kenaikan dana pungutan (DP) ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil/ CPO. Alasannya, kenaikan tersebut membuat mereka rugi karena menekan harga tandan buah segar (TBS) yang diterima petani.

Dalam aturan baru, pemerintah menaikkan batas atas harga CPO ekspor yang dikenakan DP secara progresif ke level US$ 1.500 per ton. Dana pungutan paling tinggi naik menjadi US$ 375 per ton. Selain itu, eksportir CPO tetap akan dikenakan bea keluar (BK) senilai US$ 200 per ton. Sehingga, total dana yang harus dikeluarkan eksportir untuk mengirim CPO ke pasar ekspor kini menjadi US$ 575 per ton.

Advertisement

"Kami perkirakan pengurangan harga TBS di tingkat petani kelapa wasit sekitar Rp 600 - Rp 700 per Kg TBS. Kami meminta agar dana pungutan (ekspor) sawit terbaru ini dibatalkan," kata Sekretaris Jenderal Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto dalam keterangan pers, Senin (21/3).

Dana Pungutan ekspor ini dianggap menjadi salah satu faktor penekan harga TBS sejak lama. Sehingga dia meminta pemerintah tak menaikkan pungutan dan dapat menggunakan data Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) masih terbilang cukup. SPKS mencatat dana pungutan BPDPKS yang belum digunakan pada 2015 - 2021 mencapai Rp 138 triliun.

Darto menilai pemerintah juga dapat menerapkan program peremajaan perkebunan sawit yang dapat meningkatkan produktivitas petani  hingga empat kali lipat.

Selain peremajaan kebun, Darto juga mengusulkan agar pemerintah menurunkan kadar Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dalam biodiesel menjadi 20% atau menjadi B20. Saat ini pemerintah masih menjalankan program B30 yang dimulai sejak 2020.

Darto menilai penurunan kadar FAME tersebut dapat menyelesaikan dua hal, yakni ketersediaan bahan baku untuk industri migor dan dana subsidi untuk migor curah. Seperti diketahui, mayoritas dana hasil DP ekspor CPO menjadi dana untuk mensubsidi selisih antara harga solar dan CPO dalam program biodiesel.

Adapun Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyatakan harga TBS telah tertekan hingga Rp 1.600 per kilogram (Kg) dengan DP ekspor senilai US$ 175 per ton dan bea keluar US$ 200 per ton.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement