Jepang Tetap Kerja Sama dengan Rusia Garap Proyek Migas Sakhalin
Pemerintah Jepang tetap melanjutkan kerja sama dengan Rusia membangun proyek minyak dan gas di pulau Sakhalin, Rusia. Jepang tidak pernah merasa ditekan oleh Amerika Serikat untuk keluar dari proyek tersebut.
"Kami bermaksud untuk terus memegang konsesi di proyek Sakhalin 1 dan 2 karena proyek itu adalah sumber energi jangka panjang yang stabil dan murah dan penting bagi kehidupan warga Jepang dan kegiatan bisnis," kata Menteri Perindustrian Jepang Koichi Hagiuda dikutip dari Reuters, Selasa (12/4).
Setelah Rusia menyerang Ukraina, negara-negara sekutu memberikan sanksi ekonomi kepada Moskow, termasuk Jepang.
Keterlibatan Jepang dalam proyek Sakhalin-1 dan Sakhalin-2 mendapat sorotan. Apalagi setelah perusahaan-perusahaan minyak negara Barat mengatakan mereka akan menarik diri dari proyek energi Rusia setelah adanya invasi negara itu ke Ukraina.
Hagiuda mengatakan Amerika Serikat memahami pentingnya keamanan energi berdasarkan keadaan masing-masing negara.
"Saya tidak pernah merasakan tekanan apa pun dari Amerika Serikat untuk menarik diri dari proyek-proyek Sakhalin," ujar Hagiuda ketika ditanya tentang tekanan AS.
Di masa mendatang, Jepang akan mengurangi ketergantungan energi terhadap Rusia. "Sambil memastikan pasokan energi yang stabil, Jepang akan berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada energi Rusia dengan mendiversifikasi sumber energi, termasuk energi terbarukan dan energi nuklir, serta diversifikasi sumber pasokan," kata Hagiuda.
Hagiuda juga mengatakan kementeriannya tidak mengetahui perusahaan Jepang yang diminta Rusia untuk membayar dalam rubel untuk transaksi gas alam.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan negara-negara Eropa bahwa mereka berisiko mengalami pemotongan pasokan gas kecuali jika membayar dalam rubel. Langkah itu diambil Putin yang mencoba membalas sanksi Barat yang dikenakan pada Rusia atas invasi Moskow ke Ukraina.