Covid-19 Indonesia Melonjak, Efek Kebijakan Jokowi Lepas Masker?
Kasus Covid-19 di Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa pekan terakhir. Pada hari ini, Kementerian Kesehatan melaporkan kasus Covid-19 di Indonesia bertambah 2.069 kasus dan jumlah penderita sejak awa pandemi mencapai 6.076.894 kasus.
Kenaikan kasus ini kurang dari sebulan sejak Presiden Joko Widodo memutuskan memperbolehkan lepas masker di luar ruangan mulai 17 Mei 2022. Kebijakan tersebut diterbitkan sebagai awal transisi dari pandemi menuju endemi.
Ahli epidemiologi, Dicky Budiman mengatakan, saat ini muncul subvarian Covid-19 yaitu BA.4 dan BA.5 yang penularannya lebih cepat. Dengan adanya kebijakan pelonggaran masker, virus menjadi makin mudha menyebar dan menelar.
“(Kebijakan lepas masker) jadi mempercepat penularan, mempercepat penyebaran, dan itu yang saat ini terjadi,” kata Dicky saat dihubungi oleh Katadata.co.id, Jumat (24/6).
Dia mengkritik pelonggaran kebijakan masker dibuat pada saat yang kurang tepat, yakni di saat pandemi belum berakhir. "Di saat pandemi ini masih terjadi dnengan pola yang cukup serius pada level global," kata Dicky.
Dicky menyaraknkan pemerintah segera membuat kebijakan pengetatan untuk mengurangi laju lonjakan Covid-19. Misalnya kembali memberlakukan wajib masker, mensyaratkan vaksin booster bagi pelaku perjalanan, dan tes antigen.
"Harus ada perilaku disiplin masyarakat agar tidak terjadi lonjakan yang lebih parah karena sifat subvarian yang lebih mudah menular," kata dia.
Dia menjelaskan bahwa saat Covid-19 mengalami kenaikan dan ada potensi lonjakan yang lebih besar, pengetatan aturan juga harus dilakukan. Misalnya kebijakan masker yang seharusnya diperketat, diberlakukannya syarat vaksin booster bagi yang ingin melakukan perjalanan, dan tes antigen.
Varian baru memerlukan dosis ketiga agar efektif tidak tertular Covid-19. "Di negara-negara yang mulai tidak memakai masker di luar ruangan, seperti Australia itu karena cakupan dosis tiga dari vaksinasi sudah di atas 70%, nah Indonesia kan belum," ujar Dicky.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, mengingatkan masyarakat untuk kembali meningkatkan kewaspadaan.
"Alarm untuk kita," ujarnya dalam cuitan di akun resmi Twitter yang dikutip Jumat (24/6).
Risiko penularan telah meningkat dari sedang menjadi tinggi dalam beberapa minggu terakhir. "Positivity rate Jakarta mencapai 10% dan Indonesia 9,1%," jelasnya.
Angka yang diungkap Zubairi merupakan positivity rate secara agregat di Indonesia. Sedangkan untuk hariannya, Indonesia masih berada pada 3,93%. Hal ini masih berada di bawah ketetapan World Health Organization (WHO), yang menerapkan ambang batas minimal angka positivity rate kurang dari 5%.
Apabila positivity rate suatu daerah semakin tinggi, maka kondisi pandemi di daerah tersebut memburuk. Kapasitas pemeriksaan Covid-19 pun perlu ditingkatkan.