Menteri ESDM: Harga Minyak Potensi Meroket, Kuota Pertalite Kian Tipis

Muhamad Fajar Riyandanu
19 Agustus 2022, 17:42
harga minyak,
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Pekerja berjalan di kapal tongkang akomodasi (Barge 222) Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan harga minyak masih belum stabil dan punya potensi untuk kembali melonjak. Alasannya, saat ini sejumlah negara Eropa sudah mulai bersiap untuk masuk musim dingin.

Krisis energi di Eropa akibat perang antara Rusia dan Ukraina berperan besar dalam mengerek harga minyak mentah global. "Kita harus waspada kuartal empat permintaan minyak masih tinggi untuk listrik, terutama di negara-negara yang ada musim dinginnya," kata Arifin saat ditemui wartawan di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (19/8).

Harga minyak pada Jumat sore ini masih berada di atas US$ 90 per barel. Harga minyak mentah jenis Brent berada di level US$ 95,28 per barel, sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ada di angka US$ 90,23 per barel.

Pemerintah telah merevisi asumsi harga minyak Indonesia Crude Price (ICP) dalam APBN-P menjadi sebesar US$ 100 per barel. Adapun besar subsidi dan kompensasi energi melonjak menjadi Rp 502,4 triliun. "Jumlah kompensasi ini jumlahnya berat sekali sementara harga minyak sudah tinggi walaupun sudah ada sedikit ada tren penurunan," kata Arifin.

Pada APBN 2022, ditetapkan kuota BBM bersubsidi hingga akhir tahun untuk jenis Pertalite sebanyak 23,5 juta kiloliter (KL). Namun, hingga akhir Juli hanya tersisa 6,2 juta KL. Padahal konsumsi Pertalite rata-rata sebulan sekitar 2,4 juta KL.

Arifin mengatakan mengusulkan pembatasan kuota BBM bersubsidi. Namun, pemerintah masih mengkaji sejumlah persoalan teknis seperti jenis kendaraan yang berhak untuk menerima jatah BBM bersubsidi.

Dia mengatakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi perlu dikontrol untuk menjaga keuangan negara. Di sisi lain, pemerintah berupaya mengurangi beban subsidi dan kompensasi energi yang dianggap sudah memberatkan keungan negara.

"Kami berupaya supaya masyarakat tidak kekurangan bahan bakar, tapi di lain sisi juga bahan bakar yang diberikan untuk membantu masyarakat yang daya belinya rendah," ujar Arifin.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...