Mal Sepi di Depok, Minim Pengunjung Sejak Awal Pandemi
Kondisi mal sepi bukan hanya fenomena yang terjadi di Jakarta. Beberapa pusat perbelanjaan di Depok, Jawa Barat, pun minim pengunjung.
Salah satu mal yang sepi yakni Mall International Trade Center atau ITC Depok yang terletak di Jalan Margonda. Pusat perbelanjaan di lokasi yang strategis dekat stasiun dan berada di jalan utama ini sangat populer pada 2010-an. Berbagai aneka ragam produk tersedia mulai dari busana, alat elektronik, hingga berbagai macam kuliner.
Berdasarkan pantauan Katadata.co.id pada Minggu (15/1) dan Senin (16/1) tampak beberapa toko atau kios tutup. Terutama di lantai tiga yang menjual alat-alat elektronik.
Toko yang buka di lantai tiga hanya di lokasi lalu lintas pengunjung seperti dekat eskalator dan lift. Di bagian belakang lantai 3, hampir semua toko dan kios tutup. Bahkan, sebagian lampu di lorong toko sudah dimatikan saat Katadata.co.id berkunjung pada Senin kemarin.
Dari bangunan berlantai lima itu, yang masih terlihat dikunjungi pengunjung di bagian UG (underground). Tak tampak toko yang tutup di lantai khusus penjualan produk baju dan sepatu. Meskipun jumlah pengunjung bisa dihitung dengan jari.
Selain ITC, pusat perbelanjaan dan mal yang sepi di Depok yakni Depok Town Square atau DeTos. Mal yang berseberangan dengan Margo City ini sepi pengunjung. Bahkan di lantai dua DeTos banyak toko yang tutup.
Mal sepi di Depok lainnya yakni Transmart di Jalan Dewi Sartika dan Pesona Square di Jalan Ir. Juanda. Transmart minim pengunjung sejak aksesnya terganggu pembangunan underpass Jalan Dewi Sartika sepanjang 470 meter.
Mal Sepi Sejak Awal Pandemi
ITC Depok pernah sangat populer di Depok. Seorang karyawan toko baju pria di ITC, Syifa Khairunnisa, mengatakan sebelum pandemi setiap akhir pekan dan hari kerja ITC selalu ramai dikunjungi konsumen. "Banyak yang membeli di sini karena harganya terjangkau, pilihannya juga banyak," kata Syifa. saat ditemui di ITC Depok, pada Senin (16/1).
Ketika itu rata-rata omset di tokonya mencapai Rp 3 juta per minggu atau sekitar Rp 500 ribu per hari.
Namun, sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM di awal pandemi Covid-19, mal mendadak sepi. Pada awal pandemi, pemerintah daerah Depok sempat menerapkan kebijakan menutup mal selama satu bulan.
Akibatnya, pendapatan pedagang ITC Depok menurun drastis, bahkan ada yang gulung tikar. "Sejak itu pendapatan kami turun drastis, bahkan tidak ada pemasukan sama sekali," kata dia.
Meski PPKM sudah dicabut, kata Syifa, jumlah pengunjung belum kembali ke masa sebelum pandemi. Pengunjung hanya meningkat sedikit sejak awal pandemi, terutama pada Sabtu dan Minggu."Jumlahnya tidak naik signifikan," kata dia.
Akibatnya pendapatan di tokonya pun masih seret sampai sekarang. "Dalam satu hari atau dua hari bisa tidak ada pemasukan sama sekali,” ujar Syifa.
Kepala Petugas atau Security ITC Depok Krisna Meiyanto mengatakan, sejak pelonggaran PPKM hingga pencabutan PPKM terjadi kenaikan pengunjung. Namun, memang jumlahnya tak signifikan. Dia menyebut secara rata-rata jumlah pengunjung 60-100 orang. "Sekitar separuh dari jumlah sebelum pandemi," kata Krisna.
Sepinya jumlah pengunjung ini membuat beberapa pedagang memilih hengkang.
Pedagang busana muslim, Silvia, mengatakan beberapa pedagang di sebelah tokonya tak mampu membayar uang sewa karena tak seimbang dengan omset penjualan.
Para pedagang membayar sewa kios sebesar Rp 7 juta per tahun ditambah biaya layanan Rp 800 ribu per bulan. “Kios kanan dan kiri dari tempat saya ini sudah tutup permanen karena pengunjung sepi dan pemilik tak mampu bayar sewa," kata dia.
Silvia mengatakan setiap harinya dia hanya memperoleh 5-7 kali transaksi penjualan. Pendapatannya terdongkrak hanya di masa libur sekolah. "Saya baru merasakan kenaikan pendapatan penjualan saat liburan anak-anak sekolah, naik hampir 65%," katanya.
Silvia pun terus berhitung. Bila pendapatannya tak mampu menutupi biaya pengeluaran, dia pun akan memilih hengkang.