Bappenas: 9 dari 10 Target Kesehatan Era Jokowi Potensi Meleset

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau PPN/Bappenas menyebut sembilan dari 10 target pembangunan jangka menengah di bidang kesehatan pada era Jokowi terancam gagal. Target yang meleset di antaranya tingkat imunisasi hingga ketersediaan tenaga kesehatan sesuai standar di Puskesmas.
"Beberapa 10 indikator RPJMN (kesehatan) berisiko tidak tercapai pada 2024," kata Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam rapat dengan Komisi XI DPR RI, Senin (5/6).
Dari 10 indikator kesehatan yang dipaparkan Suharso, sembilan di antaranya masih jauh dari target yang harus tercapai pada tahun depan. Berikut daftarnya:
1. Imunisasi dasar lengkap bayi, pada tahun lalu tercapai 63,17% dari target tahun depan sebesar 90%
2. Presentasi stunting balita atau bertubuh pendek sudah tercapai 21,6% dari target bisa turun hingga 14%. Untuk mencapai angka itu, Suharso menyebut setidaknya perlu menurunkan rata-rata 3,8% pada tahun ini dan tahun depan
3. Persentase wasting balita atau yang bertubuh kurus pada tahun lalu sebesar 7,7% dari target bisa turun hingga 7% tahun depan
4. Insiden tuberkulosis sudah turun mencapai 354 per 100 ribu penduduk, tetapi masih jauh dari target tahun depan 297 per 100 ribu
5. Eliminasi malaria sudah mencakup 372 kota, tetapi masih belum mencapai target 405 kabupaten atau kota
6. Eliminasi kusta mencakup 403 kabupaten atau kota, dari target di 514 kabupaten atau kota
7. Angka merokok pada anak tercapai 9,1% dari target turun hingga 8,7%
8. Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau FKTP terakreditasi sudah mencapai 56,4% tetapi masih jauh dari target 100%
9. Sebanyak 56,07% puskesmas sudah memiliki tenaga kesehatan sesuai standar, tetapi masih jauh dari target 83% puskesmas.
Hanya satu target pembangunan di bidang kesehatan yang sudah tercapai yakni tingkat obesitas penduduk dewasa yang sudah turun hingga 21,8%.
Khusus stunting, Suharso menyebut ada empat upaya yang akan ditempuh pemerintah. Pertama, pendampingan keluarga melalui tim pendamping keluarga (TPK) di desa. Kedua, perluasan cakupan penyediaan makanan tambahan ibu hamil kurang energi kronis (PMT Bumil KEK) dan balita kurus.
Ketiga, perluasan cakupan imunisasi dasar lengkap. Imunisasi dasar lengkap itu memiliki hubungan linier dengan potensi stunting. "Jadi paling tidak mereka bayi-bayi yang bisa memperoleh imunisasi dasar lengkap dengan baik potensinya lebih besar untuk terhindar dibandingkan yang tidak imunisasi lengkap," kata Suharso.
Keempat, penguatan kualitas data surveilans (E-PPGBM) mulai dari unit pelayanan kesehatan terkecil yakni posyandu.