Skenario Pertumbuhan Bisnis Telkom, Termasuk Investasi ke Gojek
Pimpinan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk angkat bicara mengenai kabar perusahaan akan menyuntikkan investasi pada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa alias aplikasi layanan on demand Gojek. Direktur Keuangan Telkom Heri Supriadi mengatakan perusahaannya memang membidik pengembangan bisnis layanan digital dan sedang mengkaji skema yang tepat dan menguntungkan.
Heri menjelaskan Telkom terbuka untuk bertumbuh secara organik dan anorganik dalam mengembangkan layanan digital. Pertumbuhan organik yakni pengembangan dengan meningkatkan bisnis mereka secara alami. Sedangkan anorganik ditempuh melalui merger atau akuisisi dengan perusahaan lain.
"Kami dalam Telkom Grup melihat perkembangan bisnis layanan digital itu tidak hanya dilakukan dengan perkembangan melalui organik, namun juga melakukan evaluasi secara anorganik," kata Heri dalam konferensi pers, Kamis (27/8).
Ia mengatakan bahwa Telkom menimbang rencana investasi di antaranya melihat pengaruhnya terhadap aset yang sudah dimiliki perusahaan seperti basis pelanggan dan infrastruktur. Sehingga, proses akuisisi atau merger diharapkan memberikan sinergi dan kolaborasi operasional yang akan membuat pelanggan loyal ataupun menambah pendapatan.
Hingga saat ini, Telkom tak hanya melihat spesifik terhadap Gojek. "Kami tidak melihat spesifik dari Gojek saja, kami lihat semua kesempatan untuk melengkapi layanan digital," kata Heri.
Telkom menyadari kekuatannya seperti dari segi konektivitas digital dan digital platform. Namun, mereka menyadari pentingnya inovasi baru. "Sebagian aset yang sangat berharga adalah inovasi dan itu area yang terbuka dan kami tahu inovasi itu tidak mesti berasal dari kami, maka kami selalu melihat kesempatan secara inorganik," kata dia.
Senada, Direktur Bisnis Digital Telkom M Fajrin Rasyid juga mengatakan bahwa inovasi memang bisa datang dari mana saja. Hal itu yang mendasari rencana-rencana Telkom untuk berinvestasi di perusahaan rintisan alias startup, salah satunya melalui perusahaan modal ventura besutan Telkom Group, MDI Ventures.
"Baru-baru ini, (MDI Ventures) memperoleh pendanaan US$ 500 juta. Jadi ini salah satunya akan digunakan untuk investasi di startup Indonesia," kata Fajrin.
Selain itu, Fajrin mengatakan bahwa Telkom juga akan bekerja sama dengan beberapa pihak untuk melakukan investasi bersama alias co-investment. Sehingga, dana untuk investasi tidak hanya berasal dari Telkom saja, tetapi dari pihak lain sebagai co-investor.
Informasi yang beredar mengenai rencana Telkom membidik Gojek sejak akhir 2018 lalu. Ketika itu, berdasarkan sumber Katadata.co.id modal yang akan disuntikkan Telkom ke Go-jek tidak kurang dari US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,35 triliun. Isu investasi ini muncul di tengah upaya Go-Jek menjajaki pendanaan baru.
Pada Juni lalu, Gojek mendapat pendanaan pada awal Juni lalu dari Facebook, PayPal, Google, dan Tencent. Dalam pendanaan tersebut tidak disebutkan nilai dan seri pendanaan.
Sebelumnya pada Maret lalu, decacorn tersebut juga sempat mendapat pendanaan seri F senilai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 17,486 triliun. Gojek tak mengungkap nama investor yang terlibat dalam pendanaan baru tersebut, tetapi Amazon disebut-sebut sempat bernegosiasi untuk terlibat dalam putaran pendanaan itu seperti dikutip dari Business Times.
Startup penyedia layanan on-demand ini menutup putaran pendanaan seri F pertama senilai US$ 1 miliar pada awal tahun lalu. Investor yang terlibat yakni Mitsubishi Motors Corporation, Mitsubishi Corporation, Mitsubishi UFJ Lease & Finance dan Visa, yang masuk pada Juli 2019.
Co-CEO Gojek mengindikasikan bahwa putaran pendanaan seri F belum ditutup. “Kami tidak berhenti di sana karena masih melihat permintaan yang kuat di antara komunitas investasi untuk bermitra dengan kami,” tulis kedua co-CEO Gojek dalam memo bersama dikutip dari Deal Street Asia, Selasa (17/3).
Keduanya menyampaikan bahwa ada sejumlah percakapan lanjutan yang menarik, dan akan segera diperbarui hasilnya. Mereka juga telah menyampaikan pada tahun lalu bahwa perusahaan menargetkan investasi lebih dari US$ 3 miliar.
"Bisnis yang baik seperti kita akan selalu menarik investasi, tetapi ketika perlambatan ekonomi terus berlangsung, ketersediaan investasi itu akan berkurang. Jadi kita harus fokus pada setiap dolar di mana kita pikir itu akan membuat dampak terbesar dan tidak mengambil sumber daya kita begitu saja, " kata keduanya.