Uji Coba Kebijakan Baru, Instagram Tak Sengaja Sembunyikan Like
Platform media sosial yang merupakan anak usaha Facebook, Instagram, secara tidak sengaja menyembunyikan jumlah suka (like) sejumlah pengguna setelah menemukan cacat desain (bug) pada pengujian kebijakan baru. Perusahaan kini telah memperbaiki masalah tersebut.
"Kami telah menguji kebijakan baru. Tapi kami secara tidak sengaja menambahkan lebih banyak orang ke pengujian itu, yang mana itu merupakan bug," kata juru bicara Facebook dikutip dari CNN Internasional pada Rabu (3/3).
Perusahaan telah memulihkan fitur jumlah like pengguna. "Kami memulihkan setara jumlah like yang sama untuk orang-orang secepat mungkin," ujarnya.
Instagram dan Facebook tidak menyebutkan jumlah pengguna yang fitur like disembunyikan. Beberapa warganet memberikan respons berbeda-beda atas perubahan pada akun mereka. "Instagram menghilangkan kemampuan saya untuk melihat jumlah like yang didapat dari kiriman apa pun. Saatnya untuk menghapus aplikasi," kata warganet dengan nama akun @nerissarianna di Twitter pada Rabu (3/3).
"Jadi Instagram menghilangkan suka dan sejujurnya saya merasa itu adalah hal paling progresif secara mental yang telah mereka lakukan sepanjang tahun," kata Demi Grace di akun Twitter-nya @IamDemiGrace.
Instagram melakukan uji coba kebijakan baru terkait like penggunanya sejak 2019 lalu dimulai di tujuh negara, antara lain Australia, Brazil, Kanada, Islandia, Italia, Jepang, dan Selandia Baru. Kemudian tahun ini Instagram kembali menguji coba kebijakannya itu, termasuk sudah menyasar Indonesia.
Kebijakan baru itu membuat pemilik akun Instagram masih dapat melihat like-nya sendiri dengan mengetuk daftar orang yang menyukainya. Namun, pengikutnya (followers) tidak akan dapat melihat berapa banyak like yang diterima kiriman tersebut.
Kebijakan itu ingin diterapkan Instagram dengan alasan agar penggunanya bukan hanya fokus pada jumlah penyuka atau penonton foto dan video mereka saja, tapi lebih mementingkan isi konten dan kisah mereka.
Banyaknya jumlah like dan pengikut dinilai memunculkan persaingan untuk mengukur tingkat popularitas. Untuk menyiasati jumlah like dan pengikut, tak jarang pengguna menggunakan cara cara yang instan dengan membeli pengikut dari bot dan like palsu.
Instagram juga ingin menghilangkan ‘tekanan’ bagi para pengguna di platfromnya. "Kami berharap uji coba ini akan menghilangkan ‘tekanan’ dari berapa banyak like unggahan yang diterima," kata Director of Policy Facebook Australia and New Zealand Mia Garlick pada 2019 lalu (19/7/2019).
Instagram pernah dikritik karena efek negatifnya terhadap kesehatan mental. Survei United Kingdom's Royal Society for Public Health tahun 2017 menemukan bahwa banyak pengguna Instagram mengeluhkan tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi. Bahkan, ada yang mengalami purundungan (bullying) dan kondisi takut ketinggalan informasi terkini (Fear of missing out/FOMO).