Strategi Digital JNE Hadapi Persaingan di Bisnis Logistik
Perusahan yang sudah lama berkecimpung di bidang logistik, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), mampu bersaing dengan para pemain baru berkat adopsi teknologi digital. Salah satunya dengan menggunakan teknologi digital yang membuat perusahaan dapat menghubungkan antar jaringan logistik.
Penggunaan teknologi itu membuat informasi keberadaan pengantaran barang dapat diketahui oleh berbagai pihak.
"Di dunia online, informasi jadi hal yang sangat penting, ditunggu, baik pihak shipper maupun pihak receiver. Keduanya butuh informasi," kata Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi dalam Indonesia Data and Economic (IDE) Conference 2022 yang diadakan Katadata, Selasa (5/4).
Feriadi menilai digitalisasi penting lantaran kini persaingan di bisnis logistik semakin berat dengan masuknya investor asing ke pasar dalam negeri. Pemain asing tertarik masuk ke Indonesia karena populasi penduduk Indonesia yang menduduki peringkat keempat dunia.
Tantangan bisnis logistik lainnya yakni menghadapi kondisi geografi Tanah Air yang terdiri dari banyak pulau. Riset yang diadakan perusahaan asal Singapura, Momentum Works, pada Juli 2021, mendata Indonesia memiliki indeks logistik terendah di Asia Tenggara bersama Malaysia, yakni sebesar 3,2 dari skala 5,0.
Selain bentuk geografi, sebaran penduduk di dalam negeri pun terpusat di Pulau Jawa hingga 54%, sedangkan total populasi di Pulau Kalimantan dan Papua hanya berkontribusi sekitar 11%. Hal ini membuat adanya disparitas biaya logistik antara di Pulau Jawa dan non-Pulau Jawa.
Momentum Works mencatat ada empat faktor yang mempengaruhi ongkos logistik, yakni jarak, aksesibilitas, volume, dan frekuensi pengiriman. Secara rata-rata pengiriman barang dari Jakarta ke Jawa TImur akan memakan waktu tiga hari dengan ongkos US$ 1,8 per kilogram (Kg). Sementara itu, ongkos pengiriman dari Jakarta ke Papua Barat mencapai US$ 8,2 per Kg dengan waktu pengantaran enam hari.
Momentum Works mencatat JNE berada di posisi kedua di bisnis logistik dengan volume pengiriman per hari mencapai 1,6 juta paket. Berikut grafik Databoks:
Feriadi mengatakan JNE selalu membuat inovasi agar memberikan pelayanan terbaik. JNE menyediakan sistem pembayaran berbagai macam cara seperti bank transfer, e-payment hingga cash on delivery (COD). "Masyarakat yang tidak memiliki akun bank bila mau belanja di e-commerce, mereka bisa membayar dengan COD," kata dia.
JNE juga memulai pengiriman kargo dari Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Feriadi memperkirakan kehadiran JNE akan merangsang masyarakat sekitar untuk meningkatkan usahanya dan akhirnya meningkatkan volume pengiriman kargo perseroan.
JNE juga bekerja sama dengan perusahaan logistik lain, seperti PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) untuk meningkatkan frekuensi ekspedisi. "Pengiriman tidak harus melulu dari udara. Kami sudah diskusi dengan Pelni, dan udara masih berjalan," kata dia.