Perbandingan Kinerja GoTo, Grab, dan Shopee di Tengah PHK Karyawan
Gojek Tokopedia (GoTo), Grab, dan Shopee telah melaporkan kinerja perusahaan selama tiga bulan atau kuartal III. Kinerja ketiga perusahaan menarik disimak di tengah keputusan PHK ketiga perusahaan dalam jumlah yang berbeda-beda.
Ketiga perusahaan teknologi itu mencatat kenaikan jumlah transaksi. GoTo mencatatkan peningkatan nilai transaksi alias gross transaction value (GTV) 33% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 161 triliun pada kuartal III. Rugi EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp 3,7 triliun pada kuartal III 2022 atau turun 11% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Direktur Utama Grup GoTo Andre Soelistyo menjelaskan margin kontribusi secara grup melampaui target perusahaan. Margin layanan on-demand bahkan berkontribusi positif pada September atau lebih cepat dibandingkan target.
“Capaian kinerja keuangan dan operasional pada kuartal ini menegaskan bahwa perseroan berada di jalur pertumbuhan yang tepat sebagai ekosistem digital terbesar di Indonesia,” kata Andre dalam keterangan pers, Senin (21/11).
Salah satu cara GoTo menggenjot margin layanan on-demand yakni memperluas layanan GoPay Coins. Ini mendorong rasionalisasi beban promosi sekaligus memberikan apresiasi bagi konsumen.
Direktur Keuangan Grup GoTo Jacky Lo menjelaskan, perseroan mengambil berbagai langkah untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mempercepat pencapaian target-target pertumbuhan dan profitabilitas.
Rincian kinerja keuangan GoTo sebagai berikut:
- Lini on-demand: GTV tumbuh 24% yoy menjadi Rp 15,7 triliun.
- E-Commerce: GTV naik 15% yoy menjadi Rp 69,9 triliun
- Fintech: GTV naik 78% yoy menjadi Rp 97,1 triliun
Grab
Grab mencatatkan total transaksi bruto alias Gross Merchandise Value (GMV) pada kuartal ketiga sebesar US$ 5,1 miliar atau sekitar Rp 79,9 triliun. Perolehan ini mengalami kenaikan 26% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 4 miliar.
“Hasil kuartal ketiga ini menunjukkan kemampuan kami mendorong pertumbuhan dan profitabilitas secara bersamaan,” kata Co-founder sekaligus CEO Grab Grup Anthony Tan dalam keterangan pers, Kamis (16/11).
Decacorn Singapura itu menjelaskan bahwa pertumbuhan transaksi ini dikarenakan adanya pemulihan yang kuat di segmen mobilitas dan layanan pengiriman atau delivery. Grab mencapai titik impas untuk layanan pengiriman seperti GrabExpress, dan pesan-antar makanan GrabFood. Titik impas berarti tidak merugi, tapi belum untung.
- Delivery: Grab mencatat kenaikan pada segmen pengiriman sebesar 5% year on year (yoy) dari US$ 2,3 miliar menjadi US$ 2,4 miliar atau sekitar Rp 37,6 triliun.
- Mobilitas: Kenaikan transaksi pada segmen mobilitas tercatat naik 105% yoy sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15,6 triliun dari US$ 529 juta.
- Layanan keuangan: GMV pada segmen layanan keuangan Grab tercatat mengalami kenaikan 31% sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 23,5 triliun dari US$ 1,1 miliar.
Shopee
Transaksi bruto alias Gross Merchandise Value (GMV) Shopee naik 32,4% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 19,1 miliar atau sekitar Rp 298 triliun miliar selama kuartal III. Padahal e-commerce ini mengurangi biaya promosi.
“Beban penjualan dan pemasaran turun 16,4% yoy dan 14,6% secara kuartalan (qtq) menjadi US$ 575,7 juta (sekitar Rp 9 triliun),” demikian dikutip dari keterangan pers induk Shopee, Sea Ltd, Selasa (15/11).
Kinerja keuangan Shopee selama kuartal III, sebagai berikut:
- Pendapatan naik 32,4% yoy menjadi US$ 1,9 miliar
- Pendapatan dari pasar inti, terutama terdiri dari biaya berbasis transaksi dan pendapatan iklan, naik 54,1% yoy menjadi US$ 1 miliar
- Pendapatan dari jasa bernilai tambah, terutama terdiri dari pendapatan yang terkait dengan jasa logistik, naik 20,3% yoy menjadi US$ 600 juta
- Total pesanan (perhitungan kotor) naik 19,2% yoy menjadi dua miliar
- GMV naik 13,5% yoy menjadi US$ 19,1 miliar. Berdasarkan asumsi mata uang konstan, kenaikannya 21,4% yoy
- Beban penjualan dan pemasaran turun 16,4% yoy dan 14,6% qtq menjadi US$ 575,7 juta
- EBITDA yang disesuaikan naik 27,5% yoy dan 23,5% qtq menjadi negatif US$ 495,7 juta