Riset: AI Generatif Sumbang Rp 3.700 T Ekonomi Indonesia
Penggunaan kecerdasan buatan generatif atau Generative Artificial Intelligence (AI generatif) untuk melengkapi aktivitas kerja bisa mendorong perekonomian. Hasil studi ELSAM bekerjasama dengan Access Partnership menunjukkan AI generatif dapat membantu membuka kapasitas produksi sebesar US$ 243,5 miliar atau sekitar Rp 3.700 triliun di seluruh perekonomian, atau setara dengan 18% dari PDB 2022.
Direktur Access Partnership Marcus Ng mengatakan industri manufaktur dan konstruksi merupakan penyumbang terbesar dari potensi tersebut. Alasannya karena industri ini terdiri dari sebagian besar tenaga kerja dan menyumbang produktivitas tenaga kerja yang tinggi.
“Aktivitas kerja yang dilakukan oleh pekerja di industri pertanian, grosir dan eceran merupakan bagian terbesar dari aktivitas kerja yang berpotensi ditransformasikan oleh AI generatif,” katanya dalam peluncuran laporan Dampak Ekonomi dari Kecerdasan Artifisial (AI) Generatif: Masa Depan Pekerjaan di Indonesia secara daring, Jumat (25/8).
Produksi yang berpotensi dibuka oleh AI Generatif
- 34% manufaktur : US$ 81,9 miliar
- 16% Konstruksi : US$ 39 miliar
- 12% perdagangan grosir dan eceran : US$ 28,1 miliar
- 7% jasa transportasi : US$ 18,2 miliar
- 6% pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan : US$ 13,4 miliar
- 26% lainnya : US$ 62,9 miliar
Pemanfaatan AI Generatif pada industri pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan misalnya mengelola dan menyusun kontrak perdagangan hingga materi pemasaran.
Meskipun industri ini tidak memiliki potensi tertinggi dibandingkan dengan industri lainnya, jenis pekerjaan tersebut merupakan sebagian besar tenaga kerja lokal dan bagian besar dari perekonomian Indonesia.
Sehingga, memanfaatkan manfaat AI generatif di sektor-sektor ini dapat mengubah pengalaman kerja sejumlah besar pekerja di Indonesia.
Marcus menjelaskan penerapan AI generatif akan mengubah cara penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi, dan akan berimplikasi pada tenaga kerja di seluruh industri.
“Bukan menggantikan pekerjaan secara keseluruhan, namun, ada kemungkinan bahwa penerapan AI generatif akan mengubah fokus dalam pekerjaan tertentu,” kata dia.
Berdasarkan analisis tenaga kerja lokal, sejauh mana AI generatif dapat digunakan akan bervariasi sesuai dengan sifat pekerjaan untuk pekerjaan tertentu.
Laporan tersebut mengatakan hampir setiap pekerja dapat menggunakan AI generatif sampai tingkat tertentu dengan tingkat adopsi bervariasi sesuai sifat pekerjaan.
Namun, sebanyak 52% tenaga kerja dapat menggunakan AI generatif dalam 5-20% aktivitas kerja dan diperkirakan hanya 1% tenaga kerja di Indonesia yang dapat menggunakan AI generatif dalam lebih dari 20% aktivitas kerja.
Lebih lanjut, Marcus mengatakan, untuk memanfaatkan peluang ekonomi potensial dari AI generatif, penting untuk mengidentifikasi keterampilan tenaga kerja yang ada yang perlu ditingkatkan dan serangkaian keterampilan baru yang perlu dikembangkan.
Meningkatkan keterampilan yang ada saat ini, yakni:
Keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berpikir kritis relevan di sebagian besar pekerjaan,
“Keterampilan berpikir kritis, terutama dalam konteks AI generatif yang masih rentan terhadap kesalahan data dan etika, tetap menjadi bagian penting dari persamaan input dan output,” kata laporan tersebut.
Keterampilan lintas fungsi yang spesifik untuk jenis pekerjaan tertentu, yakni:
- Koordinasi
- Penyelesaian Masalah Rumit
- Desain Teknologi
- Pemrograman
- Pemantauan Operasi
- Operasi dan Kontrol
- Analisis Kontrol kualitas
- Analisis Sistem
- Evaluasi Sistem
- Manajemen Waktu
- Manajemen Sumber Daya Material
- Manajemen Sumber Daya Keuangan
- Mengembangkan keterampilan baru yang siap untuk masa depan
Keterampilan yang siap untuk masa depan dalam konteks AI dapat dianggap terdiri dari tiga jenis:
- keterampilan untuk mengembangkan dan mengelola AI
- keterampilan untuk bekerja dengan AI
- keterampilan untuk hidup dengan AI
Keterampilan khusus yang dibutuhkan mencakup keterampilan di berbagai bidang seperti ilmu komputer dan analitik data untuk peran AI yang lebih terspesialisasi. Selain itu, keterampilan yang lebih lunak seperti kreativitas, pemikiran kritis, dan pemecahan masalah seiring dengan semakin mudahnya akses terhadap teknologi AI.
“Untuk memastikan bahwa peluang ekonomi dari penerapan AI generatif dapat memberikan manfaat yang luas, masyarakat perlu mencapai tingkat literasi digital minimum,” katanya.
Laporan McKinsey mengatakan automasi dan AI diperkirakan akan menciptakan hingga 46 juta pekerjaan baru di Indonesia pada 2030.
Untuk meningkatkan kesiapan digital, pemerintah Indonesia menargetkan sebanyak 9 juta talenta digital berketerampilan tinggi pada 2030.