Pengurangan Batu Bara di Amerika Timbulkan Masalah Tenaga Kerja

Image title
20 April 2021, 17:03
Amerika, batu bara
ANTARA FOTO/REUTERS/Amira Karaoud/WSJ/dj
Calon para pekerja mengantre di Louisville, Amerika Serikat, Kamis (15/4/2021).

Langkah Amerika Serikat melawan perubahan iklim dengan mengembangkan energi terbarukan dianggap menimbulkan masalah ketenagakerjaan. Organisasi pekerja pertambangan, terutama bagi pekerja tambang yang bergerak di industri ekstraktif batu bara, mengkhawatirkan pengangguran.

President of the United Mine Workers of America Cecil Roberts menyatakan pentingnya proses transisi yang adil yang mempertimbangkan nasib para pekerja tambang. Pada tahun lalu sebanyak 7.000 pekerja pertambangan kehilangan pekerjaan karena perubahan kebijakan ini.

"Saya pikir kita perlu memberikan masa depan bagi orang-orang tersebut, masa depan bagi siapa saja yang kehilangan pekerjaan karena transisi di negara ini," kata Roberts secara virtual dalam diskusi secara virtual di National Press Club dikutip dari Aljazeera, Selasa (20/4).

Politikus Demokrat sekaligus Senator Virginia Barat, Joe Manchin, mengatakan langkah untuk membantu penambang batu bara di West Virginia dan negara bagian pedesaan lainnya harus menjadi bagian dari paket infrastruktur senilai US$ 2,3 triliun yang dibentuk di Kongres.

“Anda tidak dapat meninggalkan siapapun, terutama mereka yang berada di negara bagian yang telah kehilangan ribuan pekerjaan di pertambangan," ujarnya.

Serikat pekerja tambang juga menyerukan perluasan insentif pajak yang signifikan untuk energi terbarukan dan preferensi dalam mempekerjakan penambang. Kemudian pendanaan penuh untuk program penutupan sumur migas tua dan pembersihan tambang yang terbengkalai.

Mereka juga menanti insentif berkelanjutan untuk mengembangkan teknologi penangkapan karbon alias carbon capture, utilization and storage (CCUS) yang dihasilkan dari membakar bahan bakar fosil dan menyimpannya di bawah tanah.

Proposal serikat pekerja, muncul saat Kongres mempertimbangkan paket infrastruktur Biden senilai US$ 2,3 triliun untuk membangun kembali jalan, jembatan, dan jaringan listrik negara. Kemudian mempromosikan mobil listrik dan meningkatkan energi bersih seperti tenaga surya dan angin.

Partai Republik telah mengecam paket infrastruktur sebagai daftar keinginan Demokrat dengan kenaikan pajak yang besar, termasuk proposal untuk menaikkan tarif pajak perusahaan menjadi 28%.

Beberapa politikus juga masih mendukung industri batu bara, meski penggunaannya terus mengalami penurunan secara nasional di tengah persaingan yang tajam dari gas alam yang lebih murah dan sumber energi lainnya.

Machin menyatakan meskipun batu bara dikurangi hingga nol di Amerika Serikat, ribuan tambang batu bara penghasil gas rumah kaca akan terus beroperasi di Tiongkok, India, dan negara lain. “Ini bukan iklim Amerika Utara. Ini iklim global," katanya.

Berdasarkan data Carbon Brief, Amerika berada di posisi kedua sebagai negara dengan pembangkit listrik tenaga batu bara terbesar di dunia. Posisi pertama ditempati Tiongkok, seperti tergambar dalam Databoks berikut ini:

Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...