Termasuk Akuisisi Freeport, Aset Holding Tambang Bakal Tembus Rp 200 T

Miftah Ardhian
24 November 2017, 13:43
Freeport
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Sejumlah Haul Truck dioperasikan di area tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Timika, Papua.

Perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pertambangan bakal mendapat tugas mengakuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia. Aset gabungan BUMN tambang ini diperkirakan bakal melonjak capai Rp 200 triliun bila berhasil mengakuisisi Freeport.

Direktur Utama PT Aneka Tambang (Persero) Tbk Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, setelah resmi terbentuk, holding tambang saat ini telah memiliki aset sebesar Rp 89,4 triliun. Jumlah ini merupakan gabungan dari aset yang dimiliki Antam, PT Timah (Persero) Tbk, PT Bukit Asam (Persero) Tbk, PT Inalum (Persero), dan 9,36% saham Freeport yang telah dimiliki pemerintah yang dialihkan ke holding tersebut.

Advertisement

"Kalau Freeport sudah 51% (aset) sekitar Rp 200 triliunan, tetapi (kepastiannya) nanti tergantung negosiasi," ujar Ariotedjo saat konferensi pers di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (24/11). Dengan demikian, diperkirakan 41,64% aset yang dimiliki Freeport adaah senilai Rp 110 triliun.

(Baca: Jonan Dorong Freeport IPO Pasca 51% Sahamnya Dimiliki Pemerintah)

Direktur Keuangan Inalum Oggy Achmad Kosasih menjelaskan, holding BUMN tambang ini akan resmi efektif saat akte inbreng ditandatangani oleh Menteri BUMN Rini Soemarno. Setelah itu, akan ada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan dilakukan Antam, Timah, dan PTBA. Alhasil, akan berlaku efektif pada akhir bulan ini.

Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan, pihaknya masih harus berhati-hati saat menjelaskan terkait dengan negosiasi dengan Freeport ini. Alasannya, pemerintah telah memiliki kesepakatan dengan perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut untuk melakukan negosiasi terlebih dulu.

"Ada perubahan IUPK, pembangunan smelter, divestasi dan kepastian penerimaan negara. Sekarang masih berunding karena ada hal-hal teknis yang perlu dibahas. Ada Rio Tinto punya perjanjian dengan Freeport tahun 1990an, dan saat ini sedang dibahas," ujar Harry.

Halaman:
Reporter: Miftah Ardhian
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement