Cerita Dirut BEI soal Anjloknya IHSG saat Krisis 1998 dan 2008

Image title
26 Juni 2020, 19:35
IHSG, BEI, Dirut BEI
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi (kedua kanan), Dirut PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) Sunandar (kiri), dan Dirut PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Uriep Budhi Prasetyo (kanan) menyampaikan pendapatnya dalam diskusi dengan tema Perluasan Layanan dan Penguatan Perlindungan Pasar Modal di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Jumat (25/10/19).

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan bahwa indeks harga saham gabungan (IHSG) di tengah ancaman krisis ekonomi akibat Covid-19, masih lebih baik dibandingkan dengan krisis yang dialami sebelumnya.

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menceritakan bahwa IHSG jatuh lebih mendalam saat krisis periode 1997-1998 dan 2007-2008. "Kalau dilihat dari penurunan indeks, rupanya dibandingkan krisis-krisis sebelumnya, (indeks) kita sekarang agak lumayan (baik)," katanya dalam bincang dengan media massa secara virtual, Jumat (26/6).

Inarno bercerita pada Juli 1997 IHSG menyentuh level tertingginya di level 740,83. Lalu, indeks terjun bebas dan menyentuh level terendahnya pada Desember menjadi 339,54. Artinya penurunan hingga 54,17% pada tahun itu.

(Baca juga: Peluang Untung di Balik Sejarah Kejatuhan Terburuk Bursa Saham)

Setahun berikutnya, IHSG sempat kembali menguat hingga berada di level tertinggi tahun itu mencapai 554,11 pada Februari 1998. Kemudian pada September 1998, indeks kembali anjlok hingga menyentuh level 256,83 atau turun hingga 53,65%.

Inarno kembali menceritakan indeks di tengah krisis berikutnya, yaitu periode 2007-2008. Dia mengatakan pada periode 2007, indeks mengalami penguatan. Level terendah indeks yaitu 1.678,04 pada Januari 2007. Sementara level tertinggi pada bulan terakhir tahun itu di level 2.810,96. "Artinya tahun tersebut memang IHSG mengalami kenaikan 67,51%," kata Inarno.

Tapi tahun berikutnya saat krisis terjadi, indeks anjlok. Level tertinggi indeks di level 2.830,26 yang terjadi pada Januari 2008. Sementara, level terendah pada bulan Oktober 2008 di level 1.111,39 atau turun hingga 60,73%.

(Baca: IHSG Naik 0,15% di Tengah Sepinya Transaksi Saham dan Aksi Jual Asing)

Inarno pun membandingkan indeks pada krisis-krisis sebelumnya dengan ancaman krisis ekonomi yang terjadi tahun ini. Tahun lalu, IHSG berada di level tertingginya pada 6.547,88 pada Februari. Sementara, level terlemahnya pada Mei di 5.826,87. Artinya indeks turun 11,01%.

Sedangkan sepanjang tahun berjalan ini, indeks menyentuh level tertingginya sejauh ini pada level 6.325,41 pada Januari 2020. Sementara, level terendah sejauh berita ini ditulis adalah di level 3.937,63 pada Maret 2020.

"Mudah-mudahan (level IHSG pada Maret 2020) ini yang terendah. Jangan sampai ada yang terendah lagi tahun ini," kata Inarno.

Inarno mengatakan bahwa sebenarnya penurunan indeks karena dampak pandemi Covid-19 tahun ini, terjadi sebelum pemerintah mengumumkan secara resmi bahwa ada warga negara Indonesia yang terjangkit virus tersebut pada 2 Maret 2020.

Pada periode Januari-Februari 2020, indeks sudah turun hingga 13,22%. Sementara, sejak 2 Maret 2020 hingga perdagangan terbaru selama periode masa Covid-19, indeks turun 7,81%. Level terendah tahun ini pada 24 Maret 2020 yang ditutup pada level 3.937 atau turun 37% dari perdagangan awal tahun.

Inarno mengatakan bahwa pada saat sebelum diumumkan WNI positif Covid-19, investor sudah menduga akan terkena wabah karena negara tetangga telah melaporkan kasusnya.

(Baca: Proyeksi Suram Ekonomi Indonesia dan Dampak Turunannya)

Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...