Hengkangnya Dana Asing Rp 38 Triliun di Tengah Ancaman Resesi

Image title
16 September 2020, 18:39
pemodal asing, capital outflow, keluar bursa,
123RF.com/Daniil Peshkov
Ilustrasi. Arus dana asing yang keluar bursa saham sepanjang tahun mencapai Rp 38,3 triliun.

Aliran modal asing yang keluar dari bursa saham terus  berlanjut. Sejak empat hari terakhir, pemodal asing membukukan jual bersih atau net sell dengan total Rp 4,7 triliun.

Sedangkan jika dihitung sepanjang tahun ini, penjualan bersih investor asing mencapai Rp 38,3 triliun, seiring dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 19,7% di level 5.058,48 pada Rabu (16/9).

Advertisement

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia Laksono Widodo melihat banyaknya investor asing yang melepas saham karena kekhawatiran ekonomi memburuk di tengah pandemi Covid-19 yang melanda seluruh negara.

"(Investor asing) mengalokasikan dana mereka di negara asal dan atau membeli instrumen lain di luar equity, misalnya di obligasi dan lainnya," kata Laksono kepada Katadata.co.id, hari ini.

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan bahwa kondisi ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia yang tengah krisis ini, membuat investor asing menarik investasinya dari negara-negara berkembang untuk sementara waktu.

"Bila saya sedang jalan-jalan ke negara lain, kemudian di rumah ada masalah, saya akan cepat pulang ke rumah. Itu yang terjadi di pasar keuangan seperti di 2018 yang kembali dulu ke rumah," kata Hans. 

Gejolak bursa saham terimbas corona
Gejolak bursa saham terimbas corona (Katadata)

Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera, Janson Nasrial mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang membuat asing sementara keluar dari pasar saham. Seperti, potensi resesi di Indonesia yang menyebabkan investor asing melepas portofolio sahamnya di dalam negeri.

Alasannya, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada triwulan II 2020 anjlok hingga 5,2%. Sementara, ada potensi penurunan PDB juga pada triwulan III 2020 ini sebesar 1-2% yang menyebabkan Indonesia berada di tepi jurang resesi ekonomi.

Keputusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk kembali menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Jilid II juga berpotensi untuk membuat pertumbuhan laba bersih emiten-emiten di Bursa mengalami penurunan mulai dari akhir triwulan III-2020 ini. "Kembali worse than expected," kata Janson.

Apalagi, kasus Covid-19 di Indonesia yang trennya masih tinggi, membuat pelaku pasar, khususnya investor asing, khawatir bahwa PSBB yang diterapkan sejak 14 September 2020 ini akan panjang. Ditambah, ada kemungkinan daerah lain di luar DKI Jakarta yang mengikuti langkah PSBB Ibu Kota.

Ia pun menilai, asing 'kabur' dari pasar saham karena permintaan domestik yang masih lemah. Ini terlihat dari neraca perdagangan, dimana Janson menilai surplus luar biasa pada Agustus 2020 sebesar US$ 2,3 miliar. Apalagi, dalam empat bulan berturut-turut, mencatat surplus neraca perdagangan.

Faktor lainnya adalah tingkat inflasi yang terlalu rendah yaitu 1,3%, bahkan terjadi deflasi secara month on month pada Agustus yang mencerminkan permintaan domestik masih lemah. "Ini menandakan bahwa pertumbuhan pendapatan emiten di kuartal III, masih akan turun dibanding periode sama tahun lalu," katanya.

Sejak pandemi corona, trennya pemodal asing keluar dari pasar saham. Tekanan tersebut tercatat terjadi di pasar reguler, di mana asing tercatat melakukan jual dengan nilai bersih mencapai Rp 54,81 triliun. Sementara di pasar non-reguler, asing tercatat melakukan beli dengan nilai bersih Rp 16,5 triliun.

Namun, aksi beli asing yang tercatat di pasar non-reguler tersebut penyebabnya adalah transaksi akusisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Bankok Bank Public Company Ltd. pada 20 Mei 2020. Nilai akusisinya mencapai Rp 33,3 triliun yang dilakukan di pasar non-reguler dengan melibatkan 24,7 miliar unit saham.

Hal tersebut terlihat dari catatan RTI Infokom, di mana asing membeli saham Bank Permata secara year to date senilai Rp 16,97 triliun di seluruh pasar. Namun, di pasar reguler, nilai beli bersihnya hanya Rp 495,3 miliar saja. Sehingga, sisanya sebanyak Rp 16,47 triliun dibeli asing di pasar non-reguler.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement