IHSG Menguat Delapan Hari, Nilai Transaksi Jumbo Rp 12 T

Image title
14 Oktober 2020, 17:00
Pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi pertama pada Rabu (5/8/2020) dengan penguatan tipis, setelah sejak pagi bergerak flip-flop alias be
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi pertama pada Rabu (5/8/2020) dengan penguatan tipis, setelah sejak pagi bergerak flip-flop alias berfluktuasi. Indeks acuan bursa nasional tersebut menguat tipis 8,6 poin (0,17%) ke level 5.083,557.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (14/10) ditutup menguat 0,85% ke posisi 5.176,09. Kenaikan ini selama delapan hari berturut-turut yang membuat IHSG mendekati level psikologis 5.200.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 918.415 kali transaksi dengan nilai jumbo mencapai Rp 12,16 triliun.
Saham dengan nilai transaksi paling besar merupakan saham-saham perbankan yang terlibat dalam merger bank syariah BUMN seperti PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Pergerakan bursa dipengaruhi sentimen positif merger bank syariah. "Ada beberapa aksi korporasi perusahaan BUMN untuk melakukan konsolidasi, salah satunya merger bank syariah, itu dinilai positif investor," ujar Direktur Utama Andreas Yasakasih di Jakarta, Rabu (14/10).


Selain itu, lanjut dia, sejumlah BUMN yang akan membentuk holding untuk memproduksi baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) menambah sentimen positif bagi pasar modal. Ia menyampaikan pembentukan holding itu diinisiasi oleh MIND ID, melalui PT Aneka Tambang Tbk, di dalamnya juga termasuk PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero).

Sementara itu analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan menilai IHSG bergerak positif masih didorong optimisme dampak baik perekonomian dari Omnibus Law serta Suku Bunga BI yang ditahan di level 4.00% sejalan dengan langkah pemulihan ekonomi nasional.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai salah satu sentimen positif datang dari laporan outlook ekonomi dunia oleh International Monetary Fund (IMF) yang memperkirakan Indonesia terkontraksi lebih rendah ketimbang perkiraan beberapa ekonom pada 2020. Selain itu, IMF juga menilai, ekonomi perlambatan ekonomi Indonesia lebih rendah dari negara berkembang lainnya.

Secara umum, IMF merevisi outlook ekonomi dunia untuk 2020 dan 2021. Untuk tahun ini, outlook ekonomi dunia diprediksi minus 4,4%, meski sedikit membaik dibandingkan prediksi sebelumnya minus 4,9%. Namun untuk 2021, IMF memperkirakan ekonomi hanya akan naik 5,2%, turun dari estimasi sebelumnya yaitu 5,4%.

Advertisement

Reporter: Ihya Ulum Aldin, Antara
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement