Ada Tanda-tanda Ekonomi Pulih, Meski Resesi Diramal hingga Akhir Tahun
Indonesia resmi mengalami resesi dengan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2020 tercatat minus 3,49%. Kendati negatif, angka ini lebih baik dibandingkan dengan kuartal kedua yang negatif 5,32%.
Pada kuartal kedua, ekonomi anjlok disebabkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat yang berlangsung di beberapa daerah mulai April hingga Juni. "Ekonomi mencapai titik terendah di kuartal II ketika dilaksanakan PSBB ketat pada tingkat nasional," kata ekonom dari Bank Mandiri Faisal Rachman dalam sebuah riset yang dikutip Jumat (11/6).
Faisal memperkirakan perekonomian Indonesia akan terus berlanjut membaik di kuartal IV, meskipun kontraksi ekonomi masih terjadi. "Kami memproyeksikan (nowcasting) ekonomi dalam setahun penuh 2020 berkisar di angka -2,21% menjadi -1,5% (apabila dibandingkan pada 2019 yang mencapai 5,02%)," kata dia.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV kemungkinan masih negatif 1%, dengan ekonomi sepanjang 2020 diperkirakan negatif 1,5%.
Pemulihan ekonomi baru terlihat pada kuartal I tahun 2021. "Setelah pandemi selesai, stimulus akan menjadi efektif. Namun, selama pandemi terjadi itu tidak relevan," kata dia.
Perbaikan Sektor Usaha
Badan Pusat Statistik mencatat tujuh sektor usaha tumbuh positif selama kuartal ketiga. Ketujuh sektor tersebut yakni informasi dan komunikasi, pertanian, administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, real estate, jasa kesehatan, serta sektor pengadaan air.
Sektor yang tumbuh pesat di antaranya jasa kesehatan yang mencapai 15,33%, informasi dan komunikasi tumbuh 10,61%, disusul sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, dan limbah yang mencapai 6,04%.
Tiga dari empat sektor dengan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi juga membaik meski masih tumbuh negatif. Industri pengolahan yang berkontribusi 19,86% dari PDB tumbuh membaik dari kontraksi 6,19% menjadi minus 4,31%.
Kemudian sektor perdagangan yang memberi kontribusi 12,83% terhadap PDB, pertumbuhannya membaik dari negatif 7,57% menjadi minus 5,03%. Sektor konstruksi dengan peran 10,6% terhadap PDB, dari minus 5,39% menjadi negatif 4,52%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan sektor informasi dan komunikasi serta jasa kesehatan yang tumbuh dua digit memberi kontribusi pada perbaikan pertumbuhan ekonomi. Sektor informasi dan komunikasi meningkat karena tingginya permintaan terhadap jasa komunikasi dan ekonomi digital di tengah pandemi.
Sementara sektor jasa kesehatan mampu tumbuh tinggi karena belanja pemerintah yang difokuskan untuk penanganan pandemi. Belanja masyarakat yang meningkat seperti kebutuhan masker hingga hand sanitizer juga memberi kontribusi yang sangat besar bagi positifnya sektor jasa kesehatan.
Selain kedua sektor tersebut, Sri Mulyani menuturkan bahwa sektor pertanian masih mengalami pertumbuhan positif selama pandemi. "Terutama didukung peningkatan produksi pangan seiring masa panen yang bergeser," ujar dia.
Meski umumnya masih terkontraksi, seluruh sektor perekonomian mengalami perbaikan yang cukup signifikan pada kuartal ketiga 2020. Oleh karena itu, Sri Mulyani menekankan bahwa dampak terburuk Covid-19 telah dilewati. "Kita sudah masuk ke dalam fase pemulihan," katanya.
Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance Esther Sri Astuti menjelaskan pertumbuhan beberapa sektor seperti transportasi dan akomodasi terjadi karena masyarakat sudah mulai abai dengan pandemi. "Pembatasan di Indonesia memang tidak ketat seperti negara lain," kata Esther.
Maka dari itu, dengan pelonggaran atau perilaku normal baru, dia menilai masyarakat Indonesia mungkin tetap keluar rumah asal protokol kesehatan tetap dijalankan.
Suntikan Dana Pemulihan Ekonomi
Pada kuartal III, hampir semua komponen pendorong petumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran masih negatif seperti konsumsi rumah tangga, ekpor-impor dan investasi. Hanya belanja pemerintah yang tumbuh 9,67%, hasil dari bergulirnya dana pemulihan ekonomi nasional.
Pada kuartal IV 2020, pemerintah akan mempercepat belanja pemerintah dari pusat hingga daerah. Hingga saat ini, realisasi belanja APBD baru 53% dari total belanja Rp 1.080,7 triliun. Dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pun masih tersisa Rp 208,56 triliun.
Sri Mulyani mengatakan pada kuartal ke IV pemerintah akan terus mendorong belanja daerah dan melanjutkan program pemulihan ekonomi nasional. "Realisasi PEN mencapai 67,2%, sehingga masih ada lebih dari 30% yang bisa dibelanjakan dari program PEN untuk mendorong ekonomi di kuartal IV," kata Sri Mulyani.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan realisasi belanja untuk perlindungan sosial yang erat berkaitan dengan perbaikan konsumsi yang telah dicairkan pemerintah hampir 70% dan sudah relatif besar.
Sehingga untuk mendongkrak konsumsi mengandalkan sisa anggaran yang tersedia. Dengan situasi seperti ini dia memperkirakan perbaikan pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga masih akan berada di level negatif. "Sehingga pertumbuhan ekonomi kuartal IV masih akan berada di level negatif," kata dia.
Penanganan Kasus Covid-19
Indonesia masih berjibaku menghadapi kasus baru Covid-19. Pada Jumat (6/11), tambahan kasus baru sebesar 3.778 orang dengan jumlah mencapai 429.574. Dari jumlah tersebut, sebanyak 54.427 merupakan kasus aktif.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pemulihan ekonomi akan sangat bergantung pada penanganan Covid-19. Dia menjelaskan porsi terbesar dari konsumsi Rumah Tangga adalah kelas menengah atas. Di masa pandemi, kelas menengah atas cenderung menabung dan enggan konsumsi.
Dampaknya, tanpa permintaan konsumsi yang meningkat, investasi juga akan sulit. "Keputusan menambah investasi juga tergantung sejauh mana kapasitas terpasang itu terpakai. Dalam kondisi pandemi terjadi, ekonomi tidak akan mungkin beroperasi 100% karena adanya protokol kesehatan," kata Chatib.
Chatib menyebut penentu utamanya kesediaan vaksin virus corona. "Tetapi pemerintah juga harus bersiap seandainya proses vaksi memakan waktu, termasuk distribusinya," kata dia.
Dia menghitung, jika pemerintah ingin memberikan vaksin kepada 25 juta penduduk, maka dalam sehari harus mnyuntikkan vaksinasi kepada 68 ribu orang. "Kalau tak sanggup, dibutuhkan satu tahun penuh untuk itu," kata dia.
Chatib mengingatkan pemerintah untuk mengutamakan mengatasi pandemi corona. Bila jumlah kasus terus meningkat, maka pemulihan ekonomi menjadi makin sulit. "Karena itu, faktor kesehatan amat penting."