Ekonom Proyeksikan BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 3,50%

Abdul Azis Said
20 September 2021, 15:11
suku bunga, BI, inflasi
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.
Kendaraan melintas dengan latar gedung bertingkat di kawasan Mampang, Jakarta, Jumat (4/6/2021).

Bank Indonesia diperkirakan masih akan menahan tingkat suku bunga acuan saat ini di level 3,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang akan berlangsung Selasa besok siang. Ekonom menilai mempertahankan suku bunga acuat diperlukan di tengah pemulihan ekonomi yang terbatas seiring Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 1-4.

"Mempertimbangkan situasi yang ada saat ini, Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya pada angka 3,50% sambil terus memantau perkembangan situasi akibat Covid-19 dan menjaga kondisi finansial agar tetap stabil," tulis Ekonom LPEB UI Teuku Riefky dalam hasil kajiannya, Senin (20/9).

Riefky menilai pemulihan ekonomi masih terbatas terlihat dari kondisi inflasi pada Agustus 0,03% secara month-to-month (mtm), melemah dari bulan sebelumnya 0,08%.

Kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau yang berkontribusi besar terhadap pembentukan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi 0,32%, jatuh dari bulan sebelumnya yang masih mencatatkan inflasi 0,15%. Kendati demikian, momentum tahun ajaran baru mendorong konsumsi untuk pendidikan meningkat, ditandai dengan inflasi 1,20%.

Dari sisi komponen pembentuknya, perbaikan hanya terjadi pada inflasi inti yang mengalami kenaikan dari 0,07% menjadi 0,21%. Riefky menilai kenaikan terutama disumbangkan oleh sektor pendidikan serta sektor lainnya yang tumbuh signifikan seiring pelonggaran PPKM. Namun, komponen harga diatur pemerintah dan harga bergejolak melemah.

Komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi 0,02%, lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,05%. Komponen ini belum berhasil menguat seiring sektor transportasi yang masih tertahan dengan deflasi 0,05%. Sedangkan harga bergejolak mengalami deflasi dalam 0,64% seiring dengan berlangsungnya musim panen.

"Gelombang kedua virus Covid-19 telah berkontribusi pada penurunan performa inflasi sehingga angka bulan ini masih mencatatkan nilai di bawah target bank sentral," kata Riefky.

Namun, Riefky menilai perbaikan kinerja program vaksinasi ditambah dengan penurunan kasus infeksi Covid-19 kemungkinan dapat meningkatkan angka inflasi pada sisa tahun ini.



Sekalipun mulai longgar sejak pertengahan Agustus, keyakinan konsumen untuk konsumsi tampaknya masih tertahan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus melanjutkan pelemahan dari 80,2 pada Juli menjadi 77,3 bulan lalu. Ini menunjukkan konsumen masih pesimistis terhadap kondisi perekonomian, padahal sempat terjadi perbaikan pada Juni dengan IKK 107,4.

Penurunan IKK pada Agustus 2021 terjadi pada mayoritas kelompok pengeluaran, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp 3,1 juta - Rp 4 juta per bulan. IKK pada kelompok ini turun tajam dari posisi bulan Juli 81,5 menjadi 73,8 pada bulan lalu.

"Hal ini mengimplikasikan kepercayaan konsumen akan pendapatan dan pengeluaran di masa depan masih cukup rendah," kata Riefky.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam rapat kerja dengan DPR pekan lalu mengatakan bank sentral masih akan mempertahankan tingkat suku bunga saat ini hingga ada tanda-tanda kenaikan inflasi. Sementara suku bunga acuan saat ini tercatat sebagai yang terendah dalam sejarah dan sudah turun enam kali sejak awal tahun lalu.

Dalam hasil survei harga yang dibuat BI pada pekan ketiga September memperkirakan inflasi bulan ini kembali melambat 0,01% secara bulanan. Jika ramalan ini tidak melesat, maka Indeks Harga Konsumen (IHK) terus turun dalam tiga bulan berturut-turut yakni 0,08% pada Juli dan 0,03% pada Agustus.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...