PMI Manufaktur September Menanjak, Kemenkeu: Tanda Ekonomi Pulih

Abdul Azis Said
1 Oktober 2021, 11:55
PMI manufaktur, Kemenkeu
ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/wsj.
Seorang ibu bersama anaknya mengunjungi pusat perbelanjaan Senayan city di Jakarta, Rabu (22/9/2021).

Kementerian Keuangan menyebut pemulihan ekonomi masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Indikasi pemulihan salah satunya terlihat dari Purchasing Managers Index atau PMI Manufaktur pada September yang  sudah kembali ke fase ekspansif sebesar 52,2 poin. 

Tahap ekspansif sektor manufaktur ditandai oleh angka PMI yang berada di atas 50. PMI Manufaktur dua bulan sebelumnya loyo yakni Agustus dan Juli masing-masing tercatat 43,7 dan 40,1.

Tahap ekspansif sektor manufaktur ditandai oleh angka PMI yang berada di atas 50. PMI Manufaktur tercatat 43,7 di bulan Agustus sementara di Juli sebesar 40,1.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Setelah Dua Bulan Loyo, Manufaktur Indonesia Kembali ke Fase Ekspansif" , https://katadata.co.id/maesaroh/berita/6156719955234/setelah-dua-bulan-loyo-manufaktur-indonesia-kembali-ke-fase-ekspansif
Penulis: Maesaroh
Editor: Maesaroh

"Kita mendapatkan konfirmasi bahwa ekonomi sudah pulih dengan sangat cepat. Ini sejalan dengan keberhasilan Indonesia menangani varian Delta selama dua bulan terakhir," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian keuangan Febrio Kacaribu kepada media, Jumat (1/10).



Indikasi pemulihan ekonomi juga terlihat dari tingkat konsumsi masyarakat yang sudah membaik seiring pelonggaran PPKM. Sekalipun Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan ini terjadi deflasi 0,04%, tetapi Febrio menilai konsumsi masyarakat sebenarnya tercermin melalui inflasi komponen inti. BPS mencatat IHK komponen inti September 2021 mengalami inflasi sebesar 0,13%.

Komponen lainnya, yakni kinerja produksi yang ditunjukkan oleh ekspor juga diprediksi masih akan kuat. Ia mengatakan tren surplus masih akan berlanjut hingga akhir tahun. BPS pertengahan bulan ini melaporkan suprlus perdagangan bulan lalu sebesar US$ 4,74 miliar. Ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Berbagai optimisme tersebut mendorong pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III sebesar 4%-5%, tetapi di bawah realisasi kuartal II 2021 sebesar 7,07%. Konsumsi rumah tangga akan tumbuh positif 2%-2,4%, kendati demikian ini masih lebih rendah dari realisasi 5,9% pada periode Maret-Juni.

Komponen Produk Domestik Bruto (PDB) lainnya juga akan melanjutnya pertumbuhan positif sekalipun lebih lambat dari kuartal sebelumnya. Komponen investasi akan tumbuh 4,9%-5,4%, lebih rendah dari kuartal II sebesar 7,5%.

Kemudian ekspor juga akan tumbuh di kisaran 20%-22,4%, turun dari kinerja kuartal sebelumnya 31,8%. Impor juga akan tumbuh dua digit di kisaran 24%-25,2%, lebih rendah dari sebelumnya 31,2%.

Selanjutnya konsumsi pemerintah yang kuartal II tumbuh cukup kuat 8,1%, diperkirakan akan jatuh ke level kontraksi 0,9% hingga positif 0,1%.

Adapun secara tahunan, proyeksi pertumbuhan ekonomi tidak berubah masih akan berada di kisaran 3,7%-4,5%. Realisasinya diperkirakan bisa berada di titik tengah yakni di atas 4%.

"Ini tampaknya masih bisa kita realisasikan walaupun ada varian Delta yang terjadi selama dua tiga bulan terakhir dengan sangat kuat, sehingga kita akan tertekan sedikit," kata Febrio.

Febrio juga mengatakan pihaknya akan terus memantau momentum pemulihan yang masih berlangsung. Dia memperingatkan berbagai ekspektasi pertumbuhan ekonomi tersebut bisa dicapai dengan syarat pengendalian Covid-19 tetap terjaga, melalui disiplin protokol kesehatan, akselerasi vaksinasi serta peningkatan kualitas fasilita skesehatan yang semakin memadai.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...