Dua Mantan Menkeu Kompak Sebut Ekonomi RI Berisiko Melambat pada 2023

Abdul Azis Said
18 Oktober 2022, 12:55
ancaman resesi 2023, ekonomi
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/foc.
Lead Economist World Bank Group Habib Rab (kanan) memaparkan materinya disaksikan mantan Menteri Keuangan Indonesia (2010-2013) Agus Martawardojo (kiri) saat sesi diskusi pandangan ekonomi makro (macro economic outlook session) State-Owned Enterprises (SOE) International Conference di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Selasa (18/10/2022).

Dua mantan Menteri Keuangan Indonesia, Agus Martowardojo dan Chatib Basri memperkirakan ekonomi Indonesia akan melemah tahun depan di tengah ancaman resesi di banyak negara. Meski begitu, sangat kecil kemungkinan Indonesia terseret arus resesi.

Agus Martowardojo memperkirakan ekonomi Indonesia tahun depan masih optimis di tengah risiko perlambatan signifikan pada ekonomi global. Agus menjabat sebagai menteri keuangan Indonesia pada 2010-2013, dan sempat menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia pada periode 2013-2018.

"Beberapa masalah harus kami antisipasi tahun depan, pertama terkait pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah," ujar Agus dalam acara SOE Internasional Conference, Selasa (18/10).

Ia melihat perekonomian Indonesia tahun ini masih cukup kuat dan bisa tumbuh di kisaran 5%. Kinerja positif ekonomi tahun ini ditopang oleh permintaan domestik di samping kontribusi positif dari sisi net ekspor akibat tren harga komoditas.

Menteri Keuangan periode 2013-2014 Chatib Basri melihat ekonomi Indonesia juga akan melambat pada tahun depan. Pertumbuhan ekonomi kemungkinan tidak akan mencapai 5% dari tahun ini masih optimistis bisa di kisaran level tersebut. Dalam skenario terburuk sekalipun, ia masih melihat ekonomi tahun depan masih akan tumbuh di kisaran 4%.

Chatib melihat risiko Indonesia masuk ke jurang resesi relatif kecil di tengah banyak negara berpeluang jatuh ke jurang resesi tahun depan. "Resesi berarti kita mengalami pertumbuhan negatif. Saya tidak melihat kemungkinan Indonesia mengalami pertumbuhan negatif, mungkin ekonomi akan melambat," kata Chatib dalam acara yang sama dengan Agus.

Investasi swasta kemungkinan akan lesu tahun depan karena suku bunga naik serta depresiasi nilai tukar rupiah yang memukul neraca keuangan perusahaan. Selain itu, APBN tahun depan juga memasuki periode konsolidasi dengan defisit di bawah 3%. Hal ini mengindikasikan keuangan negara sulit untuk bisa kembali diandalkan menjadi mesin pertumbuhan saat komponen lain melambat.

Chatib menyebut satu-satunya harapan penopang pertumbuhan tahun depan berasal dari konsumsi rumah tangga. Komponen ini menyumbang lebih dari separuh dalam struktur produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Belanja masyarakat akan membantu pemulihan ekonomi saat mesin-mesin lainnya seperti investasi, konsumsi pemerintah hingga ekspor berpotensi tidak tumbuh setinggi saat ini.

Karena itu salah satu upaya yang bisa dilakukan saat ini yakni membangun optimisme masyarakat untuk terus membelanjakan uangnya.

"Saya perlu mengatakan bahwa kemungkinan resesi relatif rendah dan tetap berbelanja untuk mendukung perekonomian. Ketika semua orang berhenti belanja, kemudian pemerintah juga tidak belanja, sektor swasta juga tidak, maka kita akan melihat penurunan ekonomi," kata Chatib.

Fiskal Menyempit, Kenaikan Harga BBM Langkah Tepat

Pemulihan ekonomi yang berlanjut tidak bisa lepas dari peran kebijakan fiskal. Alokasi jumbo belanja negara untuk subsidi energi memang bisa menahan inflasi, tetapi Agus melihat, kebijakan ini bisa membahayakan kondisi fiskal.

Alokasi besar untuk subsidi energi bisa menyedot alokasi belanja penting lainnya yang bisa menopang perekonomian. Padahal, ia menyebut Indonesia masih membutuhkan lebih banyak investasi lagi untuk proyek-proyek yang bisa meningkatkan produktivitas ekonomi.

Agus menyebut perlu mengurangi besaran subsidi energi untuk bisa meningkatkan alokasi belanja produktif. Karena itu, ia juga mengapresiasi langkah pemerintah menaikan harga dua jenis BBM subsidi mulai awal bulan lalu.

"Hal ini dapat mengurangi tekanan anggaran, terutama pada tahun 2023 seiring dengan transisi anggaran menuju konsolidasi fiskal dengan defisit kembali di bawah 3%" kata Agus.

Senada, Chatib juga mengapresiasi langkah pemerintah menaikkan harga BBM dengan pertimbangan yang sama dengan Agus.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...