Sri Mulyani Catat Utang Indonesia Lebih Efektif Dibandingkan Amerika
Pemerintah Indonesia menarik utang US$ 206,5 miliar selama lima tahun terakhir. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan utang itu cukup efektif mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk saat masa pandemi Covid-19.
Sri Mulyani membandingkan tingkat efektivitas utang Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat, India dan Thailand. Dia mencatat selama pemerintah mengutang US$ 206,5 miliar periode 2018-2022, nominal produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada periode yang sama meningkat US$ 276,1 miliar.
"Indonesia relatif dalam posisi yang cukup baik, yaitu setiap (utang) US$ 1 menghasilkan tambahan PDB US$ 1,34 dalam situasi di mana terjadi gejolak luar biasa seperti pandemi yang semua perekonomian hampir kolaps, " kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (30/5).
Efektivitas penarikan utang Indonesia tersebut, menurut dia, jauh lebih baik dibandingkan negara tetangga maupun negara maju. Misalnya India, setiap utang US$ 1 hanya memberikan tambahan US$ 0,73 terhadap perekonomiannya. Ini artinya, nominal penarikan utang selama lima tahun terakhir lebih besar dibandingkan kenaikan nominal PDB-nya.
Thailand, Malaysia, dan Filipina memiliki efektivitas yang jauh lebih rendah. Di Thailand, penarikan utang pemerintahannya jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya ke perekonomian.
Setiap penarikan utang US$ 1 pemerintah Thailand hanya menghasilkan tambahan US$ 0,34 ke perekonomian. Bahkan dibandingkan negara maju seperti AS pun, efektivitas penarikan utang Indonesia relatif lebih baik. Penambahan US$ 1 pada utang pemerintah AS hanya menghasilkan tambahan US$ 0,56 ke perekonomiannya.