Selama 14 hari Bonar Sinaga tinggal sementara di sebuah kamar Suite di Hotel Sahid, Jakarta dimulai Selasa pekan lalu. Pria yang menjabat sebagai IT Senior Manager di sebuah perusahaan keuangan itu bukan sedang berlibur. Bonar memilih hotel sebagai tempat isolasi mandiri sejak dia terkonfirmasi positif Covid-19.

Awalnya Bonar merasakan demam hingga 38,4 derajat celcius pada Senin (7/9) disertai suhu tubuh yang naik turun. Dia juga merasakan  diare, mual, dan nyeri di bagian sekitar lambung.  Empat hari kemudian dari hasil tes Swab Nasofaring dan Orofaring, Bonar dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. 

Advertisement

“Sejak muncul gejala awal, saya memutuskan untuk tidak menjumpai siapapun dan mengurung diri di dalam kamar,” kata Bonar kepada Katadata.co.id, Jumat (18/9).

Bonar kemudian melaporkan kondisinya kepada pengelola gedung apartemen tempat dia tinggal. Ternyata, pihak pengelola meminta dia segera keluar apartemen dan mencari tempat isolasi mandiri.

Pada hari dia terkonfirmasi corona, Bonar menghubungi hotel dan rumah sakit unuk mencari tempat isolasi mandiri. Namun dia gagal mendapatkan tempat karena sudah penuh.

Sejak periode akhir Agustus, rata-rata pertambahan kasus positif di DKI Jakarta mencapai lebih 1.000 orang dalam dalam sehari. Para tenaga medis dan pasien banyak yang mengeluhkan kesulitan mencari ruang perawatan atau isolasi untuk gejala ringan hingga berat.


Dia sempat menghubungi Yayasan Tzu Chi yang menolak memberikan ruang untuk pasien positif yang terlah terkonfirmasi dari hasil swab. Beberapa rumah sakit yang dia hubungi pun tak membuahkan hasil. “Akhirnya karena mentok, saya putuskan masuk ke Wisma Atlet sebagai bentuk social responsibility,” kata dia.

Dari Wisma Atlet Pindah ke Hotel

Bonar pun mendatangi Wisma Atlet pada 11 September sekitar pukul 22.00 WIB. Dia sempat menghadapi kendala karena datang tanpa surat rujukan dari puskesmas atau rumah sakit. Berbekal hasil swab tes dan alasan dirinya berpotensi menularkan penyakit, petugas pun memberikan akses.

Sebelum menempati ruang isolasi, Bonar harus mengikuti proses pemeriksaan fisik yang panjang dari malam hingga pagi. Setelah beres, dia mendapatkan sebuah ruangan seperti apartemen dengan ukuran dua kamar.

Namun, kamar itu tak membuat nyaman karena pendingin udara atau air conditioner yang kotor. “ Saya khawatir AC yang kotor sekali, tapi bila tak dihidupkan saya susah tidur. Akhirnya saya terkena batuk,” kata dia.

Bonar juga mengkritik pemberian obat berupa Modified Zelenko Protocol terdiri dari Tamiflu, Chloroquine, Azithromicin. Padahal Protokol Zelenko terdiri dari Hydroxychloroquine, Azithromicin, dan Zinc Sulfat.

Protokol Zelenko merupakan pengobatan yang diterapkan dokter Zelenko di Amerika Serikat. Penggunaan Zinc untuk mencegah replikasi virus dan mempersulit masuk ke dalam sel.

Selain mempertanyakan obat yang tak sesuai protokol Zelenko asli, obat-obatan yang diberikan justru memberikan efek samping yang membuatnya terus menerus muntah. “Saya tak bisa melakukan apa pun,” kata dia.  



Merasa kurang nyaman di Wisma Atlet, Bonar pun kembali lagi mencari hotel untuk isolasi mandiri. Awalnya dia menjajal hotel yang disediakan pemerintah, lagi-lagi menemui jalan buntu karena semua operator menjawab ruangan sudah terisi penuh. Akhirnya, Bonar mendapatkan ruangan isolasi mandiri di Grand Hotel Sahid Jakarta. Itu pun dia tak bisa memilih kamar, yang tersedia hanya ukuran Suite.

Halaman:
Reporter: Febrina Ratna Iskana, Adi Maulana Ibrahim, Happy Fajrian
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement