Enam bulan lalu, Steven Jason (28) masih menganggap investasi di bursa saham seperti bermain judi. Ketika itu dia berpikir uangnya bisa hilang dalam sekejap, sebaliknya ketika mujur akan menangguk banyak keuntungan. Sehingga, dia enggan ketika diajak saudaranya menanam uang di saham.

Namun saudaranya yang telah menjadi investor lama di pasar modal berupaya terus meyakinkannya. Bahkan saudaranya meluangkan waktu untuk mengajari Jason pengenalan dasar berinvestasi di pasar modal.

Advertisement

Menurut saudaranya, berinvestasi saham harus dibekali dengan ilmu. "Bukan sekadar investasi uang iseng-iseng, dan profitnya bisa menjanjikan," kata Jason kepada Katadata.co.id pada Selasa (22/9).

Bujuk rayu saudaranya membuat Jason berani melepaskan Rp 10 juta dari tabungannya untuk dipindahkan ke saham pada April 2020. Dia membuka rekening saham melalui Panin Sekuritas.

Jason menyasar saham-saham bluechip seperti saham Astra International (ASII), Telekomunikasi Indonesia (TLKM), dan XL Axiata (EXCL). Dia amenilai saham-saham bluechip memiliki fundametal yang bagus dan lebih stabil. Sedangkan untuk sektor sahamnya akan disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi perekonomian.

Pengalaman perdana berinvestasi membuat Jason rugi. Namun, dia tak kapok. Kerugiannya justru memacunya untuk semakin mempelajari seluk beluk pasar modal dan lebih mengendalikan diri saat bertransaksi.

Jason pun menjadi semakin rutin bertransaksi dengan durasi perdagangannya setiap tiga hari sekali. Perubahan ini membuatnya semakin mengenali pola perdagangan dan membuatnya meraup untung dengan kisaran 5-10% setiap transaksi. "Untungnya masih sedikit karena masih belajar dan butuh jam terbang dalam berinvestasi saham," ujarnya.

Semakin sering bertransaksi membuat Jason tak lagi mudah panik. Kini dia memiliki strategi mengatasi kerugiannya. "Biasa bisa cutloss, atau tunggu harga rebound beli sahamnya lagi biar harga average-nya turun," ujar dia.

Lipsus Gen Z
Para pekerja muda yang masuk kategori Gen Z melintas di terowongan dekat StasiunMRT Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (24/9/2020). (Adi Maulana Ibrahim|Katadata)
 




Lain lagi dengan Justine Naima Cosslett, 20 tahun, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Padjajaran ini sudah menjajal dunia saham sejak tahun lalu. Ketertarikan terhadap dunia investasi tumbuh ketika Justine bergabung dengan Financial Market Community di kampusnya.

Di komunitas itu dia mempelajari seluk beluk investasi. “Saat yang tepat untuk berinvestasi ya sekarang pas masih muda,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (23/9).

Baginya, investasi merupakan menabung untuk jangka panjang. Justine memutuskan untuk mulai berinvestasi di pasar modal, hanya berbekal dari uang saku yang ia dapat dari orang tuanya.

Saham menjadi instrumen pilihannya untuk menjejaki pasar modal merupakan saham-saham bluechip seperti BBNI (Bank Negara Indonesia), ADRO (Adaro Energy), dan MYOR (Mayora Indah). Meskipun sejauh ini dia belum berhasil menikmati keuntungan dari portofolio sahamnya. “Total dana yang sudah aku investasikan sekitar Rp 1-1,5 juta di saham. Sejauh ini total loss yang aku alami ada sekitar Rp 300-500 ribu,” ujar dia.

Namun Justine menyadari bahwa berinvestasi di pasar modal memiliki risiko tinggi seiring dengan potensi keuntungan yang juga tinggi. Dia menganggap kerugian tersebut dia anggap sebagai biaya kursus. Karena dia tahu betul bahwa investasi selalu ada risiko kerugian.

Minat Investasi Tinggi di Masa Pandemi

Jason dan Justine merupakan gambaran kalangan anak muda yang semakin membanjiri pasar modal Indonesia. Di tengah pergerakan harga yang tinggi selama pandemi corona, minat untuk berinvestasi di kalangan anak muda kelompok generasi Z dan milenial semakin meningkat.

Generasi Z atau gen Z merupakan kelompok usia yang lahir dalam rentang 1995 sampai dengan 2010. Gen Z lahir setelah Generasi Y atau milineal yakni mereka yang berada di kelompok umur 1980-1994. Gen Z dikenal juga dengan sebutan iGeneration, generasi net atau generasi internet karena sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan gadget dan biasa menjalani aktivitas dunia maya.

Berdasarkan data jumlah investor pasar modal berdasarkan Single Investor Identification (SID), kelompok investor berusia di bawah 30 tahun atau gen Z  mendominasi di pasar modal. Kelompok umur ini Sebanyak 1,46 juta orang atau 46,75% dari total SID sebanyak 3,14 juta hingga akhir Agustus 2020. Sedangkan generasi milenial di urutan kedua dengan jumlah 770 ribu orang atau 24,55%.

Jumlah investor dari gen Z ini tiap tahun terus meningkat. Pada akhir 2017, jumlah investor dari kalangan generasi Z sebanyak 294,5 ribu atau 26,24% dari total 1,12 juta SID. Setahun kemudian 643 ribu investor atau 39,72% dari 162 juta SID. Pada akhir tahun lalu menyentuh angka 44,31% dari 2,48 juta SID.

Halaman:
Reporter: Febrina Ratna Iskana
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement