Menjaga Etika Bisnis di Tengah Pandemi

Pingit Aria
4 Oktober 2020, 09:00
Dewi Muliaty
Katadata/Joshua Siringo ringo
Dewi Muliaty, Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk

Dewi Muliaty (57) merupakan satu di antara sedikit perempuan yang memimpin perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk ini meraih jabatannya lewat proses panjang meniti karier selama 32 tahun di perusahaan laboratorium klinik terbesar di Tanah Air.

Dewi yang menjabat direktur utama sejak 2009, berhasil mengembangkan Prodia hingga kini memiliki 110 cabang di 96 kota. Tahun 2016 pun Prodia menjadi perusahaan publik.

Advertisement

Kepemimpinan Dewi yang membawahi 3.733 karyawan ini mendapatkan pengakuan. Majalah Forbes memasukkannya dalam daftar 25 pengusaha perempuan yang memiliki pengaruh besar di kawasan Asia atau 25 Asia's Power Business Women 2020 pada September lalu.

Dalam memimpin Prodia, Dewi tak belajar bisnis secara khusus. Dia mengenal urusan bisnis ketika membawahi divisi pengembangan bisnis pada 2003.

"Sejatinya saya berjiwa saintis, tetapi karena dipercaya founder untuk memegang business development, maka mau tak mau urusan bisnis harus saya pelajari," kata Dewi yang lulusan S3 Jurusan Biomedik Fakultas Ilmu Kedokteran, Universitas Hasanudin.  

Bisnis Prodia juga tertekan pandemi Covid-19. Sepanjang semester I 2020, pendapatan Prodia sebesar Rp 657,29 miliar atau turun 17,75% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Emiten berkode saham PRDA ini pun menderita rugi Rp 12,01 miliar. Padahal pada semester I 2019 masih meraup untung Rp 81,69 miliar.

Dewi menyiapkan beberapa langkah untuk meningkatkan pendapatan dan produktivitas sekaligus mengendalikan biaya. Tapi ia juga menekankan pentingnya menjaga etika berbisnis, di antaranya Prodia tak pernah beriklan dan menampilkan daftar harga. 

“Kita harus menjaga etika bisnis, empati kepada pelanggan, sesama karyawan, semua stakeholders,” kata Dewi dalam wawancara khusus dengan wartawan Katadata.co.id, Ameidyo Daud dan Ekarina, akhir September lalu.

Bagaimana ceritanya Ibu bia masuk dalam daftar Forbes dalam daftar Forbes 25 Asia's Power Business Women 2020?

Sebenarnya ini kejutan buat saya. Awalnya Forbes meminta untuk wawancara dan memang diberi tahu untuk seleksi. Kami bersyukur, ini jadi semacam reward bagi saya dan pastinya tim Prodia yang berjuang di tengah pandemi ini.

Selama Prodia berdiri selama 47 tahun dan Anda berkarier selama 32 tahun, bagaimana perkembangan Prodia?

Laboratorium kesehatan Prodia berdiri pada 1973, dan saya sendiri bergabung pada 1987. Saya direkrut oleh Pak Andi Wijaya, dosen saya, saat masih kuliah farmasi, jadi saya baru bekerja secara full time pada April 1988. Prosesnya panjang sampai saya dipercaya sebagai Direktur Utama sejak 2009.

Sejak 2003, perluasan cabang sudah dilakukan di mana-mana. Ketika saya memimpin, saya perluas cakupannya. Prodia kemudian melakukan IPO dan menjadi perusahaan terbuka pada 7 Desember 2016.

Bagaimana proses transformasi Prodia menjadi perusahaan terbuka?

Kami merasa memulai persiapan untuk IPO sekitar 2014-2015. Saya sebagai pimpinan menyadari bahwa kami harus bertransformasi. Dengan menjadi perusahaan terbuka, shareholder bukan hanya para pendiri tapi publik yang lebih luas.

Sehingga saya harus membawa tim menjadi lebih tangguh, cepat merespons, dan harus terus menerus bertambah tinggi. Saya menerapkan objektif di dalam balance scorecard kami yaitu maximize market share and suistainable profitability.

Apa saja yang Anda lakukan untuk mencapai pertumbuhan yang terus menerus itu?

Tiap tahun saya membuat tema untuk terus menyemangati tim. Pada  2017 masih tema yang agak umum. Mulai 2018 ambil tema agility to create values, berikutnya 2019 bertema increasing the future, kemudian di tahun ini menjadi innovated for better health. Tema ini membawa semangat yang harus terus baru dan dinamis.

Selain falsafat perusahaan, tagline seperti ini dan membuat kita tahu mau ke mana, apa yang mau dikerjakan, itu yang membuat semangat teman-teman menjadi terus terpacu.

Setelah kita masuk ke dalam krisis seperti ini ternyata agility diperlukan, jadi kami sudah siapkan sebelumnya. Terbukti ketika masuk dalam krisis paling tidak bisa survive. Saya pikir kesiapsiagaan harus dilaksanakan bukan hanya pada krisis seperti ini, tapi harus siap siaga setiap saat.

Apa yang membedakan Prodia dengan laboratorium lain?

Misi Prodia adalah menjadi pelopor dalam hal pelayanan tes melalui laboratorium kesehatan di Indonesia. Hasil tes ini akan dimanfaatkan dokter untuk diagnosis pasiennya. Target kami juga menjadi pelopor dalam teknologi laboratorium.

Prodia sampai sekarang mengerjakan lebih dari 800 jenis tes yang dikerjakan di Laboratorium Prodia yang juga pusat rujukan nasional di Jalan Kramat Raya nomor 150, Jakarta. Cabang lainnya cukup mumpuni, tapi tidak selengkap itu.

Kami juga kerja sama dengan laboratorium yang ada di luar negeri, yaitu Quest Diagnostic di Amerika Serikat dan juga NUH Laboratory di Singapura. Prodia juga terakreditasi oleh Collage of American Pathologists (CAP). Maka, hasil lab Prodia bisa dibawa ke luar negeri.

Ada inovasi lain yang dikembangkan?

Kami sedang melakukan shifting dari tes sifatnya diagnosis, ke arah predictive dan preventif. Sebenarnya ini sudah dimulai sejak 2015, tapi setelah ada dana dari IPO dan kami melakukan investasi, fasilitasnya menjadi semakin lengkap dan diminati.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution, Ekarina
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement