Tanpa Acuan, Solarlite Berpotensi Munculkan Pemburu Rente

Yura Syahrul
24 Februari 2016, 19:35
SPBU KATADATA | Arief Kamaludin
SPBU KATADATA | Arief Kamaludin
(KATADATA | Arief Kamaludin)

KATADATA - Rencana PT Pertamina (Persero) meluncurkan bahan bakar minyak (BBM) jenis baru bernama Solarlite, menuai sorotan. Penetapan harganya tanpa acuan yang jelas sehingga dinggap berpotensi melahirkan para pemburu rente.

Fahmy Radhi, mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas), menilai Solarlite tidak memiliki perbandingan atau acuan harga di pasar internasional. Pasalnya, bahan bakar jenis baru untuk mesin diesel ini memiliki spesifikasi lebih baik daripada Solar bersubsidi, namun di bawah Pertamina Dex. Bilangan cetane (ukuran tingkat kepekaan terhadap pembakaran) Solarlite mencapai 51, sedangkan Solar bersubsidi 46-48 dan Pertamina Dex berbilangan cetane 53. Harganya pun tentu di atas Solar bersubsidi, tapi di bawah Pertamina Dex.

Menurut Fahmy, Solarlite sama halnya dengan BBM jenis Premium dan Pertalite, yang tidak memiliki acuan harga di pasar internasional. Sebab, kadar oktan atau cetane pada BBM itu tidak ada padanannya di luar negeri. Hal inilah yang berpotensi memicu penggelembungan harga sehingga bisa menjadi lahan baru bagi mafia migas untuk memburu rente. “Untuk mencegah permainan mafia migas, Pertamina harus transparan dalam menetapkan harga jual Solarlite,” katanya kepada Katadata, Rabu (24/2).

Di sisi lain, Fahmy tidak mempermasalahkan kehadiran Solarlite menjadi opsi masyarakat selain Solar bersubsidi. “Asal bukan sebagai pengganti Solar bersubsidi. Pemerintah tidak boleh mencabut subsidi Rp 1.000 per liter pada Solar,” katanya.

(Baca: Lima Tahun Lagi Pertamina Akan Hapus Premium)

Ia pun meragukan Solarlite bisa mengikuti keberhasilan jejak Pertalite dalam rangka migrasi konsumen dari BBM bersubsidi. Sebab, tidak banyak pengguna Solar untuk mobil pribadi di Indonesia. Karena itu, Fahmy juga tidak yakin penjualan Solarlite akan menguntungkan Pertamina, bahkan bisa jadi menimbulkan kerugian. “Perlu mengkaji lebih dulu apakah Solarlite profitable. Kalau ternyata rugi dan menjadi beban tambahan bagi Pertamina, sebaiknya dibatalkan.”

Halaman:
Reporter: Miftah Ardhian
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...