Ada Empat Faktor, Gubernur BI Lihat Rupiah Bisa Terus Menguat

Yura Syahrul
8 Januari 2019, 13:02
perry warjiyo
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan saat seminar ekonomi internasional di Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (28/4).

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat sejak awal tahun ini. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melihat potensi penguatan rupiah dapat terus berlanjut karena ditopang oleh empat faktor.

Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah pada perdagangan di pasar spot, Selasa ini (8/1), mencapai 14.066 per dolar AS atau menguat 0,11% dibandingkan hari sebelumnya. Bahkan, pada perdagangan kemarin, kurs rupiah secara intraday sempat menyentuh level 13.990 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal 2019 ini, rupiah sudah menguat 2,22% terhadap the Greenback.

Advertisement

Meski begitu, Perry melihat kurs rupiah masih berpotensi menguat dan bergerak stabil sesuai dengan nilai fundamentalnya. "Rupiah saat ini masih undervalue," katanya dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi media massa di Gedung BI, Jakarta, Senin malam (7/1).

(Baca juga: Menguat Paling Tajam di Asia, Kurs Rupiah Mendekati Level 13.000/US$)

Selain belum mencapai nilai fundamentalnya, menurut Perry, potensi penguatan rupiah ditopang oleh setidaknya empat faktor. Pertama, faktor policy rate yaitu kenaikan suku bunga acuan BI yaitu BI-7 days Repo Rate pada November 2018 menjadi 6%.

Kebijakan tersebut mendongkrak imbal hasil aset-aset keuangan Indonesia sehingga kian menarik di mata investor asing. Hal itu setidaknya tercermin dari lelang Surat Berharga Negara (SBN) pada pekan lalu yang kebanjiran permintaan dari para investor. Apalagi, bank sentral AS yaitu Federal Reserve (The Fed) tidak jadi menaikkan suku bunganya pada akhir tahun lalu.

Faktor kedua, kebijakan suku bunga di AS yang diprediksi tidak setinggi dari perkiraan awal. BI memperkirakan, bank sentral AS hanya akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 1-2 kali dalam tahun ini. Ini lebih sedikit dibandingkan perkiraan sebelumnya sebanyak 3-4 kali.

Kondisi tersebut menyebabkan, investor global mengalihkan dan memarkirkan dananya di luar AS, khususnya di pasar negara-negara yang pasarnya sedang berkembang (emerging market). "Dollar tidak lagi 'is the king' pada tahun ini," ujar Perry.

Ketiga, BI memperkirakan neraca pembayaran pada tahun ini bakal lebih baik dibandingkan tahun 2018. Perry memperkirakan neraca pembayaran pada akhir tahun 2018 akan membaik yaitu di bawah 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Hal ini didukung oleh taksiran nilai transaksi modal dan finansial pada kuartal IV 2018 sebesar US$ 6 miliar sehingga dapat menambal defisit transaksi berjalan yang hingga kuartal III 2018 sebesar minus US$ 8,8 miliar. Jika defisit transaksi berjalan pada kuartal III 2018 sebesar minus 3,37% PDB maka BI memperkirakan besarannya akan turun menjadi sekitar 2,5% PDB pada tahun ini.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement