Lemahnya Konsumsi Domestik Indonesia Membingungkan Bank Dunia

Amal Ihsan Hadian
5 Oktober 2017, 20:42
Glodok
ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Suasana pertokoan di Glodok, Jakarta, 2 Desember 2016

Stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat melemahnya konsumsi masyarakat, mengundang perhatian Bank Dunia (World Bank). Sebab, kondisi konsumsi rumah tangga yang lesu itu masih memerlukan data dan analisis lebih lanjut. Dugaan sementara, ekonomi Indonesia sedang menyesuaikan diri dengan reformasi struktural yang tengah dijalankan pemerintah.

Dalam laporan bertajuk "Indonesia Economic Quarterly: Closing The Gap" yang dirilis Selasa (3/10) lalu, Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,1%. Angka itu turun dari ramalan pertumbuhan pada Juni 2017 yang sebesar 5,2%. Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2017 setelah mencermati perkembangan ekonomi yang tumbuh stagnan di kuartal kedua 2017, yakni sebesar 5,01%.

Meski capaian tersebut menempatkan Indonesia di antara negara-negara besar yang pertumbuhannya paling cepat di dunia, stagnasi yang terjadi di tengah membaiknya lingkungan eksternal dan momentum reformasi ekonomi jelas mengkhawatirkan. Bank Dunia terutama menaruh perhatian terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal II-2017 yang tidak meningkat. Padahal, konsumsi masyarakat masih menjadi motor dan kontributor utama pertumbuhan ekonomi di negara ini.

Menurut Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves, realitas ini berlawanan dengan beberapa indikator yang menunjukkan hasil positif, seperti pertumbuhan lapangan kerja, kenaikan upah, masih adanya kepercayaan konsumen, menurunnya inflasi dari komoditas pangan, dan kurs rupiah yang stabil.

Apalagi, periode Ramadan dan Idul Fitri tahun ini juga berlangsung di kuartal kedua, sehingga seharusnya ada peningkatan konsumsi rumah tangga yang signifikan. Tapi, ternyata itu tidak terjadi. Hal ini membingungkan Bank Dunia.

Chavez menilai, tidak adanya peningkatan dalam pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan II-2017 merupakan teka-teki yang memerlukan data dan analisis lebih lanjut. Salah satu kemungkinannya, saat ini perekonomian masih menyesuaikan diri dengan reformasi struktural. "Sementara dampaknya ke pertumbuhan masih membutuhkan waktu," imbuhnya.

Pemerintah mulai menjalankan reformasi struktural ekonomi dengan meluncurkan program tax amnesty, kerja sama pertukaran informasi pajak, dan serentetan kebijakan perpajakan lainnya. Pemerintah juga meluncurkan serangkaian paket kebijakan untuk meningkatkan iklim berusaha dan investasi.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...