Rupiah Anjlok 13.800 per Dolar, Sri Mulyani Waspadai Aksi Spekulasi

Ameidyo Daud Nasution
11 November 2016, 13:42
Sri Mulyani
Arief Kamaludin|KATADATA

Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tengah memantau penyebab anjloknya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (11/11) ini. Selain sentimen terhadap perubahan politik di Amerika, pemerintah juga mewaspadai aksi para spekulan yang bisa semakin menekan pelemahan rupiah.

Saat pembukaan perdagangan di pasar spot, Jumat (11/11) pagi, rupiah langsung jatuh ke level 13.394 per dolar AS atau turun 2 persen dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Bahkan, rupiah sempat jatuh ke level 13.873 per dolar AS atau posisi terendahnya sejak tahun ini.

Belakangan, rupiah kembali bergerak menguat --diduga karena intervensi besar-besaran Bank Indonesia (BI), hingga berada di posisi 13.310 per dolar AS pada pukul 13.15 WIB atau melemah 1,31 persen dibandingkan hari sebelumnya. Sedangkan berdasarkan kurs referensi BI, JISDOR,  rupiah melorot ke posisi 13.350 per dolar AS atau melemah 1,8 persen dibandingkan hari sebelumnya.

Harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga tertekan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan Jumat ini berada di level 5.289 atau anjlok 2,95 persen dibandingkan penutupan perdagangan Kamis kemarin. (Baca: Cemas Kebijakan Trump, Rupiah dan Mata Uang Asia Berguguran)

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan fenomena yang terjadi pada nilai tukar rupiah dan IHSG hari ini erat kaitannya dengan situasi politik yang terjadi di Amerika, yakni terpilihnya Donald Trump sebagai presiden negara tersebut secara mengejutkan.

Ia menilai, gejolak bursa saham dan kurs mata uang ini wajar pasca terpilihnya Trump karena AS merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia. "Memang sangat dipengaruhi sentimen yang terjadi terutama perubahan dan perkembangan politik AS," katanya di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (12/11).

Sri Mulyani mengaku pemerintah dan BI saat ini tetap memantau perkembangan rupiah, apakah anjloknya rupiah memang faktor psikologi belaka yakni kekhawatiran pasar terhadap situasi yang berkembang saat ini atau ada faktor lain. Faktor yang dimaksud adalah aksi spekulasi terhadap mata uang rupiah.

"Tidak ada yang disebut overshoot. Kalau sampai dibuat (rumor), kami lihat motif pembuatan rumornya dan akan kami tangani," ujarnya. "Kami akan lihat siapa yang memainkan spekulasi."

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...