Pertumbuhan Kapitalisasi Pasar Bursa Indonesia Tertinggi di Asia
Bursa Efek Indonesia (BEI) merayakan ulang tahun pasar modal ke-39 pada 2016 ini, dengan mengukir sejumlah prestasi. Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang tahun ini tumbuh tinggi, sehingga memompa nilai kapitalisasi pasar BEI paling besar di kawasan Asia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per 9 Agustus total nilai kapitalisasi pasar saham di BEI dalam dolar Amerika Serikat (AS) mencapai US$ 446,3 miliar. Nilainya meningkat US$ 100,8 miliar atau 29,8 persen sejak awal tahun ini.
Pencapaian ini menempatkan BEI sebagai bursa saham dengan pertumbuhan nilai pasar tertinggi di kawasan Asia. Di bawahnya, ada bursa saham Thailand yang tumbuh 28,5 persen dan Filipina 17,9 persen. Selanjutnya, bursa saham Australia yang nilai kapitalisasi pasarnya tumbuh 15,8 persen, dan Korea Selatan 14,1 persen.
(Baca: Sri Mulyani Masuk Kabinet, Bursa Saham dan Rupiah Menguat)
Peningkatan nilai kapitalisasi pasar BEI itu ditopang oleh lonjakan IHSG. Berdasarkan data Bloomberg per Senin lalu (8/8), IHSG sejak awal tahun ini sudah tumbuh 18,5 persen. Pertumbuhannya paling tinggi di dunia dan hanya kalah dari bursa Thailand yang meningkat 19,2 persen.
Sedangkan indeks saham di bursa negara lain hanya tumbuh satu digit. Misalnya, indeks saham bursa di India tumbuh 8 persen, Korea Selatan 6,5 persen, Australia 4,6 persen. Adapun indeks saham bursa di Hong Kong cuma naik 2,3 persen, Singapura 1,2 persen, serta Malaysia 1,1 persen. Bahkan, indeks saham bursa di Cina malah minus 8,2 persen.
Melambungnya harga saham-saham di bursa Indonesia turut menambah jumlah investor. Kustodian Sentral Efek lndonesia (KSEI) mencatat, jumlah Single Investor Identification (SID) sejak awal tahun hingga Juli bertambah 26 persen menjadi 491.116. Sedangkan jumlah Sub Rekening Efek (SRE) meningkat 25 persen menjadi 618.251. (Baca: Efek Tax Amnesty, Kapitalisasi Bursa Indonesia Cetak Banyak Rekor)
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida menyatakan, kinerja positif pasar modal ini sejalan dengan kondisi stabilitas perekonomian di dalam negeri. Beberapa faktor penopangnya adalah dampak positif 12 Paket Kebijakan Ekonomi dan terjaganya inflasi, yaitu sebesar 1,76 persen sejak awak tahun (year to date) dan 3,21 persen secara tahunan.
Faktor lainnya adalah penurunan suku bunga acuan BI rate sejak awal tahun ini untuk mendorong perekonomian. Selain itu, penerapan kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) yang berjalan mulai pertengahan Juli lalu turut mendorong masuknya dana asing ke dalam negeri.
(Baca: Darmin: Kepercayaan ke Tim Ekonomi Saat Ini Lebih Kuat)
"Dari sisi global, dipertahankannya suku bunga Amerika Serikat (AS) Fed Rate dan referendum Inggris (Brexit) juga memberi stimulus tersendiri bagi IHSG," kata Nurhaida saat acara peringatan Ulang Tahun Pasar Modal ke-39 di BEI, Jakarta, Rabu (10/8).