Menko Ekonomi Tidak Ingin Rupiah Terlalu Kuat

Yura Syahrul
4 Maret 2016, 18:54
Darmin Nasution
KATADATA | Arief Kamaludin

Tren penguatan rupiah terus berlanjut hingga sempat menyentuh level Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Dalam dua pekan terakhir, rupiah memang sudah melaju cepat sebesar 2,8 persen. Sedangkan sejak awal tahun ini, rupiah menguat 4,8 persen. Namun, pemerintah ternyata tidak ingin rupiah terlalu cepat menguat.

“Kami (pemerintah) tentu tidak ingin rupiah terlalu kuat di atas fundamentalnya,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di Jakarta, Jumat (4/3). Namun, dia tidak menjelaskan nilai fundamental rupiah dan apakah posisi rupiah saat ini sudah melampaui nilai fundamentalnya. Begitu pula, Darmin tidak menerangkan dampak posisi rupiah yang terlalu kuat terhadap perekonomian.

Advertisement

Yang jelas, menurut dia, tren penguatan rupiah belakangan ini sangat dipengaruhi oleh aliran masuk dana asing ke Indonesia melalui portofolio investasi seperti saham dan obligasi. Pasalnya, negara-negara maju di dunia dalam tren menurunkan suku bunga. Hal inilah yang mendorong para pemilik dana mengalihkan investasinya ke negara-negara yang pasarnya masih menjanjikan keuntungan tinggi, salah satunya ke Indonesia.

Selain itu,  Amerika Serikat turut berperan besar dalam penguatan rupiah. Kebijakan bank sentral AS menahan kenaikan suku bunganya menyebabkan para investor mencari pelabuhan baru dana investasinya. “Karena negara lain menurunkan, mulai banyak menurunkan (suku bunga), AS juga mulai ragu-ragu (menaikkan bunga). Apalagi pertumbuhan ekonominya tidak cukup bagus,” ujar Darmin.

(Baca: Sentuh Rp 13 Ribu per Dolar, BI Waspadai Penguatan Rupiah)

Demi menjaga kelanjutan penguatan rupiah, membutuhkan dukungan dari dalam dan luar negeri. Menurut Darmin, pemerintah akan melanjutkan langkah-langkah perbaikan ekonomi melalui berbagai kebijakan dan deregulasi. “Ini semua tidak bisa sepihak. Di pihak lain, kalo AS tiba-tiba menaikkan tingkat bunga, akan ada sedikit banyak perubahan,” katanya. Ia juga memperkirakan, penguatan rupiah bisa berlangsung lama kalau negara-negara, seperti Jepang, Cina dan Uni Eropa terus menurunkan suku bunganya.

Halaman:
Reporter: Miftah Ardhian
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement