Suku Bunga BI Rate Dinilai Belum Saatnya Diturunkan

Yura Syahrul
6 November 2015, 12:52
Pertumbuhan EkonomI
Arief Kamaludin|KATADATA
Penurunan suku bunga acuan BI rate diharapkan bisa mendongkrak konsumsi rumahtangga dan mengerek pertumbuhan ekonomi.

KATADATA - Pemerintah berharap Bank Indonesia (BI) mau melonggarkan kebijakan moneternya untuk menurunkan suku bunga acuan BI rate. Tujuannya mendongkrak daya beli masyarakat sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, para ekonom menilai belum tepat menurunkan BI rate saat ini.

Badan Pusat Statistik mencatat, ekonomi pada kuartal III-2015 secara tahunan (year on year) tumbuh 4,73 persen. Angkanya meningkat dibandingkan kuartal I dan II, yang tumbuh masing-masing 4,72 persen dan 4,67 persen. Sedangkan secara kumulatif dari Januari-September 2015, ekonomi tumbuh 4,71 persen. Tapi, pertumbuhan ekonomi kuartal III itu lebih rendah dari perkiraan BI sebesar 4,85 persen.

Pengeluaran konsumsi rumahtangga pada kuartal III-2015 tumbuh 4,96 persen atau melambat dari dua kuartal awal tahun ini yaitu masing-masing 5,01 persen dan 4,97 persen. Di sisi lain, pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat seiring dengan percepatan belanja untuk proyek infrastruktur. Padahal, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini mayoritas ditopang oleh konsumsi rumahtangga. Diikuti oleh investasi dan belanja pemerintah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berpendapat, konsumsi rumahtangga memang perlu ditingkatkan. Namun, paket kebijakan ekonomi yang dibuat pemerintah tidak bisa serta-merta membangkitkan perekonomian. Sebaliknya, BI memiliki kebijakan yang secara langsung mendongkrak permintaan. Yaitu, melonggarkan kebijakan moneternya sehingga bunga kredit bisa turun.

“Yang bisa mengambil kebijakan berdampak langsung terhadap ekonomi itu adalah lembaga yang mengurusi sisi permintaan, yakni BI,” katanya, Kamis malam (5/11).

(Baca: Di Bawah Perkiraan, Ekonomi Kuartal III Cuma Tumbuh 4,73 Persen)   

Namun, Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat, penurunan suku bunga sering dianggap sebagai senjata ampuh di saat terjadi perlambatan ekonomi. Padahal, penurunan bunga tidak serta-merta akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, perbankan belum tentu akan langsung menurunkan bunga kredit di tengah ancaman tren kenaikan kredit bermasalah (NPL).

Selain itu, pemerintah perlu membuat paket kebijakan baru untuk memacu konsumsi rumahtangga dan meningkatkan daya beli masyarakat. Pasalnya, paket kebijakan ekonomi yang dirilis pemerintah sejauh ini masih bertujuan mendorong investasi dan industri yang dampaknya jangka menengah-panjang bagi masyarakat. Opsi lain untuk mendongkrak daya beli, menurut Josua, adalah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Di sisi lain, BI akan melihat semua data terkini dari kondisi ekonomi domestik dan internasional sebelum memutuskan arah BI rate dalam Rapat Dewan Gubernur BI, 17 November nanti. Dari luar negeri, pidato Janet Yellen, Gubernur Federal Reserves (bank sentral Amerika Serikat), yang memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga AS Desember nanti, bisa menghentikan spekulasi di pasar.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...