Calon wakil presiden (cawapres) Sandiaga Uno akan memindahkan markas tim pemenangan ke Jawa Tengah (Jateng). Padahal, provinsi tersebut selama ini dikenal sebagai kandang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sedangkan tim kampanye nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf fokus menggarap Jawa Barat (Jabar), yang merupakan basis partai-partai pendukung Prabowo. Mengapa strategi ini ditempuh?

Rencana pemindahan kantor pusat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno disampaikan Direktur Materi Debat BPN Sudirman Said saat meresmikan Posko Relawan Prabowo-Sandi di Tegal, awal pekan ini. Tujuan pemindahan tersebut untuk memberikan perhatian khusus terhadap upaya pemenangan pasangan calon presiden nomor urut 2 tersebut di Jateng.

Advertisement

Maklum, Jateng salah satu daerah pemilihan (dapil) penting yang suaranya harus didulang dengan optimal. Dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang terakhir dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih di provinsi Jateng mencapai 27,4 juta orang, terbesar ketiga setelah Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Timur (Jatim).

Menurut Sudirman, yang juga menjabat sebagai Koordinator Pemenangan Prabowo-Sandi di Jawa Tengah, rencana pemindahan diputuskan setelah mengkaji posisi penting Jateng dalam perebutan suara di Pemilihan Presiden (Pilpres). Di Pilpres 2014, Joko Widodo (Jokowi) memperoleh 70,9 juta suara, sementara Prabowo meraih 62,5 juta suara. Artinya, selisih kemenangan Jokowi atas Prabowo cukup besar yakni 8,4 juta suara.

Dari total selisih tersebut, selisih 6,5 juta suara ternyata berasal dari Jateng. Jokowi menang telak di Jateng dengan perolehan 12,9 juta suara atau 66,6 persen. Sementara Prabowo hanya memperoleh 6,4 juta suara atau 33,4 persen. Artinya, kalau ingin meraih akumulasi suara yang optimal, Prabowo harus mendulang dukungan yang lebih banyak lagi di Jateng dibandingkan perolehan suaranya di Pilpres yang lalu.

Sudirman Said
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri), Bakal Calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said (kedua kanan) dan Waketum Partai Gerindra Ferry Juliantono saat deklarasi Calon Gubernur (Cagub) Jawa Tengah di Jakarta, Rabu (13/12). (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Dari survei internal BPN, Jokowi memang masih unggul tipis. Namun, Prabowo-Sandi memperoleh tambahan dukungan suara yang signifikan dari dapil di Sumatera, Kalimantan,dan Sulawesi. Di Banten, Jakarta, dan Jawa Barat, Prabowo juga diprediksi akan unggul telak. Di Jawa Timur, selisih perolehan suara akan tipis seperti Pilpres 2014. Artinya, medan penentu sekarang ada di Jateng.

Yang sekarang ingin dilakukan tim Prabowo-Sandi adalah meningkatkan perolehan suara, minimal mencapai persentase perolehan suara Sudirman Said saat bertarung di Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2018 lalu. Ketika itu, Sudirman memperoleh suara 7,2 juta atau 41,2 persen, sementara lawannya Ganjar Pranowo dari PDIP mendapat 10,3 juta suara atau 58,8 persen. Selisih kekalahan Sudirman dari Ganjar hanya 3,1 suara.

Hitungan tim, dengan tambahan suara dari Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan dapil di luar Jawa, jika Prabowo berhasil memperoleh persentase perolehan suara menjadi 41 persen, "Insya Allah kami akan memenangkan Pilpres," kata Sudirman.

Meski terdengar simpel, tetapi ini bukan pekerjaan mudah. Selain karena Jateng selama ini menjadi basis Jokowi, TKN Jokowi-Maruf Amin juga menyasar Jawa Barat, basis partai pendukung Prabowo. Di Pilpres yang lalu, Prabowo unggul dengan perolehan suara 14,1 juta atau 59,8 persen. Sementara Jokowi 9,5 juta suara atau 40,2 persen.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement