Kita Ingin Industri Kreatif Seperti Korea, tapi Tidak Top Down

Image title
Oleh Tim Redaksi
26 Juli 2018, 09:16
Triawan Munaf
Ilustrator: Betaria Sarulina

Seiring dengan pembentukan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), pemerintahan Presiden Joko Widodo ingin memacu pengembangan ekonomi kreatif di dalam negeri. Bermodalkan keragaman budaya, seperti seni, dan kuliner, geliat industri kreatif diharapkan dapat menopang ekonomi nasional di masa depan. 

Bekraf menargetkan industri kreatif menyumbang lebih dari Rp 1.000 triliun bagi Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini. Berbagai rencana dan langkah dilakukan untuk mencapai target optimistis tersebut. “Kalau kita optimistis mendorong, kita juga punya resources yang cukup, anggaran yang cukup untuk mendorong ini,” kata Kepala Bekraf Triawan Munaf dalam wawancara khusus dengan Tim Katadata.co.id di Jakarta, April lalu.

Advertisement

Dalam wawancara yang berlangsung sekitar 45 menit di dalam mobil EV Shuttle dari kantornya di kawasan Monas, Jakarta Pusat, menuju lokasi rapatnya di T.B. Simatupang, Jakarta Selatan, Triawan menguraikan berbagai peluang dan masalah pengembangan industri kreatif. Rekaman video lengkap wawancaranya dapat disimak di kanal Multimedia.

Bagaimana perkembangan ekonomi kreatif?

Sebetulnya ekonomi kreatif itu sudah ada dari dulu. Kalau kita bicara kuliner, kuliner adalah pangan. Lalu, kalau kita bicara fashion, yang kita namakan fashion itu sandang. Semuanya sudah ada. Kita juga punya potensi pasar yang besar di Indonesia, cuma belum diakselerasi oleh sebuah lembaga atau institusi yang khusus dibuat untuk itu. Jadi keberadaan Bekraf, selain memberi gairah kepada setiap pelakunya, juga untuk mulai mendata. Data ini penting.

Selain itu mengidentifikasi tantangan-tantangan yang ada. Kalau kita ingin mengakselerasi sesuatu tapi tidak tahu angka awalnya, susah dong ya. Kita juga khusus mendirikan Bekraf ini untuk menciptakan sistem yang dibutuhkan dari setiap subsektor. Karena itulah orang mungkin heran pada waktu kita menciptakan enam kedeputian di Bekraf.

Ada kedeputian khusus untuk riset, pengembangan dan edukasi. Kedeputian khusus akses permodalan, karena kita butuh mengakses permodalan. Kalau menjadi seorang hackers istilahnya, hackers itu orang yang bisa menciptakan apa-apa yang berkreasi. Tapi kalau tidak ada hasilnya, kalau tidak ada yang memasarkannya, tidak ada yang bisa memberikan wawasan bahwa ini memerlukan modal dan lain-lain, maka tidak akan jalan. 

Lalu, bagaimana menata dan mengembangkannya?

Kami ingin semua subsektor yang ada di ekonomi kreatif ini di-scale up semua. Tapi tidak bisa semua tentunya, dimana-mana tidak bisa semua usaha menjadi pemain-pemain utama. Kami sudah lihat, di media juga ada beberapa. Tapi kalau bisa, setidaknya semua mencoba, setidaknya semua menjadi perusahaan-perusahaan yang teratur dan punya potensi untuk scale up. Kalau sudah scale up, multiplayer effect-nya banyak kepada masyarakat, kepada orang sekitarnya, kepada negara, kepada kesejahteraan kita.

Kita memang ingin cita-citanya ekonomi kreatif yang berdasarkan budaya, semua itu berdasarkan budaya tradisi kita. Itu kekuatan kita dan bisa menjadi tulang punggung perekonomian nasional ke depan. Saya pikir bisa karena melihat tren kenaikan yang luar biasa setiap tahunnya.

Nilai ekonomi kreatif tahun ini diprediksi Rp 1.000 triliun. Apakah prediksi itu bisa tercapai?

Saya optimistis bisa lebih dari itu. Bayangkan saja, tahun 2015 ke 2016 ada kenaikan Rp 70 triliun. Lalu 2016 ke tahun lalu, (data) dari BPS (Badan Pusat Statistik) belum masuk, tapi saya yakin sudah tercapai Rp 1.000 triliun. Nah 2018 ini masa naiknya cuma Rp 41 triliun. Okelah kita sedikit konservatif, sebesar itu. Tapi kita memerlukan angka-angka yang optimistis agar usaha-usaha ini, bukan hanya oleh Bekraf tapi seluruh stakeholder dari ekonomi kreatif  termasuk lembaga-lembaga dan kementerian yang lain, bisa lebih optimistis mendorongnya. Nah kalau kita optimistis mendorong, kita juga punya resources yang cukup, anggaran yang cukup untuk mendorong ini.

Apa yang menjadi tantangan pengembangan industri kreatif?

Besarnya Indonesia merupakan tantangan. Bagaimanapun ekonomi kita itu ekonomi kerakyatan. Jadi ekonomi kreatif yang kita inginkan seperti Korea Selatan. Kita hanya memajukan beberapa bidang, ingin go international segera, tapi tidak bisa. Kita tidak bisa seperti Korea yang top down. Sedangkan kita harus bottom up, mencari potensi-potensi dari bawah yang tidak bisa kita tinggalkan. Kalau ingin memajukan, kita harus memajukan semua. Itu tantangannya.

Lembaga ekonomi kreatif belum bisa dan belum mampu hingga kini menyentuh semua 500 kota/kabupaten di Indonesia. Kita ini semuanya bisa dibantu, karena potensi ekonomi Indonesia ada di semua dan beda-beda potensinya. Karakternya berbeda, potensinya berbeda, karakter pimpinan daerahnya pun berbeda. Ada yang passionate, ada yang kurang punya wawasan bahwa ekonomi kreatif itu suatu bidang yang sangat berpotensi. Jadi, tidak semua punya wawasan itu.

Apa strategi Bekraf untuk menjawab tantangan itu?

Kami sudah mulai secara pararel dengan perkembangan struktur dan anggarannya. Kami tidak bisa terlalu ambisius dan berambisi untuk mengatasi seluruh permasalahan yang ada di ratusan kabupaten/kota. Akhirnya kami memilih dengan kurasi, bukan hanya potensi atau talent dari orang-orangnya tapi juga kemauan kepala daerahnya. Passion, vision dari kepala daerahnya. Kalau kepala daerahya visioner dan mengerti bahwa ekonomi kreatif ini berpotensi, maka akan lebih gampang interaksinya.

Ekonomi kreatif tumbuh konsisten, bahkan di atas pertumbuhan dari sektor kelistrikan, pertanian dan migas. Jadi, berapa besar potensi ekonomi kreatif?

Menurut saya ini masih angka yang konservatif, belum diakselerasi. Terlalu besar potensi Indonesia di bidang ekonomi kreatif. Memang ada talent-talent itu, tradisi budaya, warisan budaya. Tinggal bagaimana menstrukturisasinya, mencari kelemahan-kelemahan yang bisa diperkuat, lalu mengkombinasikan effort itu dengan pemerintah dan para pelaku ekonomi kreatif agar akselerasinya lebih cepat lagi. Semuanya ada, tidak usah membutuhkan sumber daya alam, tidak memerlukan modal yang besar awalnya. Memang pada satu titik nanti kita memerlukan pemodal, sebuah venture capital, mesti ada private equity yang harus membesarkan apapun ide yang dilahirkan. Ide-ide yang dilahirkan ini selalu ada tradisi budayanya.

Bagaimana setelah itu?

Bagaimana seseorang bisa melihat tradisi dan warisan budaya ini menjadi sesuatu yang bisa dipasarkan, bisa dibesarkan, bisa di-scale up. Itu membutuhkan modal. Sedangkan akses permodalan di Indonesia masih sulit. Kami ada deputi akses permodalan, untuk mendapatkan sumber-sumber permodalan dari berbagai pihak termasuk pemodal-pemodal atau pemilik-pemilik uang yang ada di dalam negeri. Sebetulnya ada bidang (industri kreatif) yang sangat cerah, sudah kami perkenalkan.

Apa itu?

Film. Karena juga mengurusi start-up, kami kenal beberapa pemodal venture capital, private equity, yang selama ini tidak tahu bahwa film sangat berpotensi. Kami mengadakan satu forum besar yang diberi nama AKATARA. itu forum film financing. Di situ kami jejerkan proyek-proyek film yang masih dari segi pengembangan scenario. Ada yang sudah shooting tapi kurang dananya, ada yang sudah selesai tapi kurang dana untuk post production atau tidak memiliki biaya promosi. Jadi berbagai macam tahapan dari film-film yang mereka presentasikan, kami adakan display-nya dan ketemukan dengan calon pemodal.

Itu setiap tahun?

Rutin. Ini baru pertama kali, tahun ini akan kami adakan juga.

Bagaimana hasilnya tahun lalu?

Sukses. Dari 40 film yang kami presentasikan dan pertemukan dengan mereka, dapat 10 pemodal. Lumayan kan 25%. Efek positif dari proyek AKATARA itu, orang jadi tahu bahwa film ternyata sangat berpotensi. Return-nya lebih tinggi daripada start-up. Kalau start-up katanya, dari start-up-start-up yang dimodali itu, yang bisa besar sekali itu paling 3-4%, apalagi sampai menjadi 1 miliar dolar AS, unicorn. Nah kalau di film, dari data yang ada 13-14% kesuksesannya.

Selain film, apa saja subsektor industri kreatif yang punya potensi?

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement