Sistem Pendidikan Perlu Adaptasi dengan Disrupsi Teknologi

Yura Syahrul
27 November 2017, 17:14
Kejuruan
Katadata | Yura Syahrul
Sejumlah siswa mengerjakan soal pelajaran produktif teknik audio video (TAV) saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) susulan di SMK Negeri 2 Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/4).

Revolusi (disrupsi) teknologi telah mengubah pola hidup masyarakat hingga model bisnis di seluruh dunia. Meski membawa kemajuan, perubahan tersebut juga berdampak terhadap ketersediaan lapangan kerja, terancamnya sejumlah profesi hingga sistem pendidikan.

“Bagaimana sistem pendidikan bisa beradaptasi dengan perkembangan Artificial Intelligence (AI) akibat disrupsi,” kata Kishore Mahbubani, profesor bidang kebijakan publik yang baru melepas jabatan Dekan Lee Kuan Yew School of Public Policy di National University of Singapore awal November ini, dalam wawancara khusus dengan wartawan Katadata, Yura Syahrul, di sela-sela World Innovation Summit for Education (WISE) 2017 di Doha, Qatar, 15 November lalu.

Advertisement

Mantan pejabat Singapura ini menjadi salah satu pembicara utama dalam forum bertajuk “Education in The Post-Truth World” tersebut. Berikut petikan wawancara penulis buku mengenai kebangkitan ekonomi Asia, "The New Asian Hemisphere”, dan “The ASEAN Miracle: A Catalyst for Peace” ini mengenai bagaimana pemerintah seharusnya menyikapi disrupsi teknologi dan prospek ekonomi ASEAN tahun depan.

Bagaimana efek dari revolusi (disrupsi) teknologi terhadap tenaga kerja manusia?

Menurut saya, dampaknya akan sangat besar dan kita harus bersiap untuk menghadapi disrupsi tersebut. Sebab, kita tidak tahu kapan dan bagaimana disrupsi akan terjadi. Yang jelas, orang-orang akan kehilangan pekerjaannya.

Misalnya, jika kamu warga negara Amerika Serikat yang sedang berjalan mengendarai mobil di jalan raya maka harus berhati-hati karena akan ditabrak oleh truk yang tanpa pengemudinya tapi dikemudikan secara otomatis. Apalagi truk itu bisa lewat 24 jam sehari di jalan raya. Begitu pula dengan berbagai profesi dan bidang pekerjaan yang akan digantikan oleh mesin. 

Tidak tahu kapan waktu tepatnya seperti itu, tapi hal tersebut dapat terjadi dalam waktu dekat ini. Karena itu, kita harus menciptakan kesadaran dalam diri masyarakat. Inilah yang menjadi tantangan kita sekarang.

Apa saja sektor ekonomi yang akan dilanda disrupsi teknologi?

Pabrikan akan mengalami dampak disrupsi lebih besar daripada industri lainnya. Banyak pekerjaan di bidang pabrikan yang bisa tergantikan oleh mesin. Selain itu, di sektor finansial dan bisnis akan sangat bisa tergantikan oleh robot. Meski begitu, dokter gigi atau tukang pjit anda tidak akan tergantikan oleh robot. Namun, kita bisa mengatakan bahwa semua hal itu (disrupsi teknologi di banyak bidang) bisa saja terjadi.

Bagaimana Anda melihat peran pemerintah untuk mengantisipasi disrupsi teknologi ini?

Saya kira pemerintah akan sadar bahwa ada bahaya mengancam dan akan mencari cara bagaiimana menghadapinya.

Pembicara kunci (WISE 2017 di Qatar) Fareed Zakaria mengidentifikasi dua tantangan pendidikan saat ini, yaitu berita palsu dan Artificial Intelligence (AI). Bagaimana menurut Anda pengaruh AI?

Perkembangan AI yang sangat tinggi dapat memberi dampak negatif pada masyarakat. Sebab, AI dapat melakukan apa yang biasa dilakukan oleh manusia. Hal ini yang harus kita khawatirkan bersama karena masyarakat bisa kehilangan pekerjaannya akibat diganti oleh teknologi.

Jadi saat ini kita harus berpikir keras mengenai apa yang bisa dilakukan manusia dan apa saja yang tidak bisa dilakukan oleh manusia. Ini hal yang sangat penting, mencari tahu apa yang tidak bsia dilakukan oleh mesin.

Kondisi ini tentunya juga menjadi tantangan bagi dunia pendidikan. Bagaimana membuat sistem pendidikan yang bisa beradaptasi dengan perkembangan AI tersebut dan apa saja yang harus diubah.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement