Daerah Migas Jangan Terjangkit Mental Pesta

Image title
Oleh
30 Mei 2016, 19:17
No image
Donang Wahyu|KATADATA

Penurunan harga minyak dunia turut memukul pemerintah daerah. Transfer dana bagi hasil (DBH), yang menjadi tulang punggung anggaran daerah penghasil minyak dan gas bumi (migas), menyusut bahkan hingga 98 persen tahun lalu. Akibatnya, banyak daerah mengalami defisit anggaran, menunda proyek pembangunan, hingga kesulitan membayar gaji pegawainya.

Namun, nasib naas itu tidak dialami Bojonegoro. Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi sempat memuji, keberhasilan pemerintah daerah di Jawa Timur itu memanfaatkan aset migasnya untuk menciptakan efek berantai bagi perekonomian dan masyarakat di daerahnya melalui pengoperasian Blok Cepu. Alhasil, pertumbuhan ekonomi kabupaten itu tahun lalu sebesar 19,87 persen, melonjak signifikan dibanding 2014 yang hanya 2,36 persen.

Suyoto, Bupati Bojonegoro, mengatakan kekayaan sumber daya alam tidak akan mendatangkan manfaat optimal bagi daerah kalau tidak dikelola secara baik dan terencana. Bekas dosen dan rektor yang menjadi Bupati Bojonegoro selama dua periode (2008-2013 dan 2013-2018) ini mengaku punya berbagai terobosan.

“Kami belajar cara menghindari kutukan sumber daya alam,” kata pria yang akrab disapa Kang Yoto dan tengah digadang-gadang bersaing dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pilkada DKI Jakarta tahun depan ini, kepada wartawan Katadata, Metta Dharmasaputra, di sela-sela forum “The 40th IPA Convention and Exhibition” di Jakarta, Jumat (27/5). Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana Bojonegoro mengoptimalkan manfaat dana bagi hasil migas?

Kami belajar dari semua pengalaman negara lain dan juga daerah lain. Apa yang disebut ancaman kutukan sumber daya alam itu nyata adanya karena setiap ekstraktif, sesuatu yang diekstrak itu, dibentuk dalam jangka panjang. Ketika diambil, dia mempunyai kutukan. (Baca: Bojonegoro Sukses Kelola Dana Migas Siasati Kejatuhan Harga)

Karena itu, kami belajar cara menghindarinya. Pertama, yang harus dilakukan adalah saat eksplorasi terjadi itu peluang bisnis semaksimal mungkin harus melibatkan warga lokal. Kami menyebutnya human approach, pendekatan kemanusiaan, atau social security approach. Jadi bukan pendekatan pengamanan tapi sosial. sehingga dengan melibatkan masyarakat terjadilah proses tersebut.

Bagaimana pendekatan lainnya yang secara teknis?

Pendekatan kedua, ketika kita sudah dapat duitnya maka belanja itu jangan sampai dikorupsi. Perlu adanya transparansi. Kemudian, jangan sampai terjangkit mental pesta. Uangnya dihambur-hamburkan, itu sama bahayanya.

Karena itu, kami harus memfokuskan pada tiga hal yang sudah teruji membawa pada pembangunan berkelanjutan. Pertama harus belanja semaksimal mungkin untuk pengembangan sumb er daya manusia. Sebab, lingkungannya akan berkurang, kemakan oleh industri. Jadi, akal, hati dan tangannya harus lebih hebat. Kuncinya sumber daya manusia (SDM). Di Bojonegoro ada dokter spesialis karena kami mengizinkan kalau mau sekolah spesialis. Pertimbangannya, transformasi ekonomi Bojonegoro adalah industri dan jasa pariwisata harus didukung SDM yang kuat.

Kedua, memaksimalkan seluruh belanja infrastruktur yang relevan dengan pertumbuhan ekonomi. Kalau tidak ada (relevansinya) jangan. Harus ada pertumbuhan sosial-ekonominya.

Ketiga, harus disadari uang itu akan habis sehingga harus dikelola secara baik. Uang itu diinvestasikan, termasuk membentuk dana abadi. Uang ini akan menjadi faktor pembangunan berkelanjutan. 

Dalam hal pendidikan, bagaimana konkritnya pemanfaatan dana migas?

Kami membelanjakan, misalnya tahun ini anak-anak yang mau sekolah menegah atas (SMA) di Bojonegoro itu per anak dapat Rp 2 juta. Karena kami ingin membawa semua anak Bojonegoro mau sekolah SMA. Jadi kami harus bawa dan efek sosial demonstratifnya harus kelihatan.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...