KATADATA - Belakangan ini, ramai kabar berseliweran mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa banyak pekerja di berbagai perusahaan. Setelah perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan, seperti minyak dan gas bumi (migas) dan batubara, kabar tak sedap tersebut juga menghinggapi sejumlah perusahaan di bidang elektronik dan otomotif. Bahkan, beredar pula daftar beberapa bank yang telah dan akan mengirim “surat cerai” ke para karyawannya.

Adalah Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), yang secara terbuka membeberkan nama beberapa perusahaan yang melakukan PHK. Pekan lalu, dia menyebutkan sejumlah perusahaan kelas besar dan menengah yang pasti melakukan PHK ribuan buruh selama kuartal pertama tahun ini. Mulai dari perusahaan elektronik seperti PT Panasonic Indonesia, PT Toshiba, perusahaan tekstil PT Jaba Garmindo, PT Starlink,  hingga perusahaan otomotif seperti PT Ford Indonesia, PT Yamaha, PT Astra Honda Motor, dan PT Hino. Termasuk juga perusahaan komponen otomotif, semisal PT Aishin, PT Mushashi, dan PT Sunstar.

Advertisement

Dari daftar panjang tersebut, sampai saat ini baru manajemen Panasonic yang telah angkat bicara. Perusahaan elektronik asal Jepang ini mengaku menutup satu dari tiga pabriknya yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat, dengan alasan strategi perusahaan menghadapi persaingan ketat dan melambatnya permintaan. Alhasil, sekitar 425 pekerja terkena dampak kebijakan itu yang bisa berujung pada pengunduran diri para karyawannya.

(Baca: Isu PHK, Panasonic Akui 425 Karyawan Terdampak Restrukturisasi)

Meski begitu, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyatakan, pihaknya hingga kini baru menerima satu laporan resmi rencana PHK dari Chevron Indonesia. Seperti diketahui, perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS) ini memang santer diberitakan tengah membesut program pensiun dini terhadap ribuan karyawannya. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan SKK Migas juga mengaku telah mendapat laporan perihal rencana tersebut.

Bisa jadi, Chevron bukan satu-satunya perusahaan migas di Indonesia yang berencana membonsai para karyawannya. Di tengah semakin rendahnya harga minyak dunia, mayoritas perusahaan migas multinasional, termasuk jasa penunjang migas, melakukan efisiensi operasional yang salah satu opsinya adalah PHK. Selain Chevron, kebijakan serupa secara global tengah dilakoni BP dan Royal Dutch Shell serta banyak perusahaan migas lainnya.

Said Iqbal mengklaim, para pekerja di sektor industri barang elektronik, migas, pertambangan, dan komponen kendaraan roda dua saat ini rentan mengalami PHK. Pasalnya, selain rendahnya harga komoditas, daya beli masyarakat yang melemah sehingga menurunkan permintaan, berdampak pada tergerusnya pendapatan perusahaan. Alhasil, perusahaan harus melakukan efisiensi operasionalnya, termasuk PHK para karyawan.

(Baca: PHK Merebak, Menteri Darmin: Bukan Karena Ekonomi Melambat)

Ia pun menambahkan, gelombang PHK sudah menjalar dari sektor padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja ke sektor padat modal. “Jumlah PHK bisa mencapai 15 ribu pekerja hingga Maret mendatang. Mayoritas di industri padat modal semua," katanya, pekan lalu.

Tak cuma pekerja di sektor komoditas dan produsen barang-barang konsumtif yang tengah menghadapi gonjang-ganjing PHK. Kabar PHK juga beredar di kalangan sektor perbankan. Bahkan, melalui pesan berantai di media sosial, beredar nama beberapa bank yang membesut kebijakan tersebut.

Halaman:
Reporter: Maria Yuniar Ardhiati, Desy Setyowati, Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement