Tantangan Ekonomi Bukan Sekadar Pulih

Pingit Aria
27 Februari 2021, 08:30
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Katadata/Joshua Siringo ringo
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan telah memukul perekonomian Indonesia hingga mengalami kontraksi dan masa resesi. Tahun ini, sembari terus berperang melawan pandemi, pemerintah berupaya memulihkan perekonomian nasional. Ekonomi pun ditargetkan kembali tumbuh hingga di atas 5%.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menyatakan, tantangan yang dihadapi tak sekadar memulihkan, namun membuat ekonomi lebih kuat setelah keluar dari krisis Covid-19 ini. Karena itu, selain memperbesar anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pemerintah tetap membuat berbagai terobosan untuk membereskan persoalan fundamental perekonomian.

Bagaimana hasilnya sejauh ini?  “Kami berharap pemulihan ekonomi mulai muncul di kuartal kedua,” kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia yang juga baru didapuk menjadi Co-Chair the Coalition of Finance Ministers for Climate Action ini, dalam wawancara khusus secara virtual dengan Katadata.co.id, Minggu lalu (20/2).

Berikut petikan wawancara dengan Sri Mulyani perihal prospek ekonomi tahun ini dan upaya pemerintah keluar dari dampak krisis Covid-19.

Seperti apa prospek pemulihan ekonomi ke depan?

Di Kementerian Keuangan, tantangannya bukan hanya sekadar pulih tapi bagaimana kita keluar dari krisis ini dengan situasi yang lebih kuat. Berarti fondasinya harus diperbaiki.

Dalam konteks pandemi Covid-19, ekonomi kita mengalami pukulan dari sisi demand dan supply. Dari sisi demand, konsumsi kolaps. Di sisi lain, investasi turun, ekspor juga turun karena permintaan global merosot.

Jadi satu-satunya cara yang kita miliki untuk counter cyclical itu adalah dari fiskal dan moneter. Dari sisi moneter, untuk menjaga jumlah uang beredar dilakukan dengan menurunkan suku Bunga. Kami bersama-sama dengan Bank Indonesia juga melakukan burden sharing.

Kemudian yang penting melalui kebijakan fiskal, pemerintah membantu orang yang tiba-tiba kena PHK (pemutusan hubungan kerja), orang-orang miskin yang tidak bisa bekerja karena warungnya tutup, orang-orang yang pendapatannya turun, orang-orang yang kena Covid-19, para tenaga Kesehatan.

Belum lagi di sektor pendidikan, sekolah dan pesantren yang harus tutup. Guru dan murid tidak bisa beli pulsa, kuota internetnya dikasih. Itu semua adalah wujud APBN yang  turun ke bawah.

Bagaimana peran APBN dalam pemulihan ekonomi tersebut?

APBN ekstra kerja keras. Sebab, pada saat yang sama penerimaannya juga turun. Pembayar pajak, kita semua lagi megap-megap. Jadi defisit pembiayaan yang gede itu unavoidable. Itu adalah bagian dari konsekuensi sekaligus bagian dari strategi.

Bagaimana strategi penganggarannya?

Ini memang bagian dari strategi counter cyclical. Makanya waktu itu kami bikin anggaran PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) Rp 695 triliun, ternyata pemerintah berhasil membelanjakannya Rp 553 triliun.

Tahun ini kami desain dana PEN itu hanya sekitar Rp 330 triliun. Lalu kami lihat perubahannya seiring waktu, jumlah eskalasi kasus Covid-19, vaksinasi dan yang lain-lain. Nanti dihitung lagi jumlahnya, mungkin akan mendekati Rp 700 triliun lagi ini. (Catatan update: Dalam konferensi pers APBN KiTa pada 23 Feburari 2021, Sri Mulyani menyatakan anggaran PEN akan dinaikkan menjadi Rp 699,43 triliun.)

Namun pertumbuhan ekonomi tahun lalu masih negatif, padahal defisit APBN sudah diperlebar.

APBN kita tahun 2020 defisit sekitar 6,09 %, tadinya kami mendesain sekitar 6,4%. Amerika Serikat yang mengeluarkan uang sampai triliunan dolar, defisitnya mendekati 13%, sementara pertumbuhan ekonominya masih minus 5%,

Perancis dan Inggris lebih kolosal lagi. Negara tetangga kita semua sama, paling tidak defisitnya lebih besar daripada kita, pertumbuhan ekonominya jatuh lebih dalam. Kita dengan defisit 6%, tapi pertumbuhan ekonominya relatif lebih bagus.

Kalau melihat penilaian lembaga pemeringkat, banyak negara yang sudah di-downgrade peringkatnya, outlook-nya negatif. Kita sampai hari ini outlook-nya masih stabil, jangan dikira itu sesuatu yang sederhana.

Bagaimana sejauh ini kondisi pemulihan ekonomi di awal tahun ini?

Halaman:
Editor: Yura Syahrul

The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:

Reimagining Indonesia’s Future

Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...