Gebrakan Vaksinasi Ormas Religi
Tak sedikit organisasi massa berbasis keagamaan berandil dalam mensukseskan vaksinasi Covid-19. Lintas agama hingga aneka upaya untuk membantu pemerintah menangani corona.
Sayup-sayup lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang dari Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Setelah selesai, pada Kamis, 17 Desember 2021 itu, sebagian peserta menyanyikan mars GMIT. Begitu usai, lalu terdengar Sang Surya, mars organisasi massa keagamaan Muhammadiyah.
Rupanya, Muhammadiyah Covid-19 Command Center, Pengurus Pusat Muhammadiyah sedang menggelar vaksinasi virus corona untuk Jemaat Sion Sasi dan masyarakat di sana. Kegiatan ini berkolaborasi dengan Majelis Klasis GMIT TTU dan Dinas Kesehatan Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.
Hari itu, 300 orang mengikuti vaksinasi. Dari total rangkaian kegiatan seperti ini, vaksin yang disebarkan Pimpinan Daerah Muhammadiyah hingga 5.000 dosis Sinovac. Sebagian sudah digunakan Dinas Kesehatan di beberapa lokasi untuk mempercepat vaksinasi sebagai upaya membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity yang ditargetkan 70% secara nasional atau 181,5 juta penduduk.
Dukungan Muhammadiyah atas program vaksinasi ditunjukkan sejak pemerintah hendak menggelar suntikan anti virus di awal 2021. Saat itu muncul pro-kontra di masyarakat mengenai kebolehan vaksinasi Covid-19, termasuk terkait halal-haramnya.
Dua pekan setelah Presiden Joko Widodo disuntik vaksin Sinovac pada 13 Januari 2021, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengimbau warga negara untuk mengutamakan keselamatan jiwa secara keseluruhan. Baginya, ajal merupakan kuasa Tuhan. Namun ikhtiar menghadapi wabah dan musibah sepenuhnya urusan manusia, seperti melalui vaksinasi.
Dukungan serupa datang dari Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Ormas religi terbesar di Indonesia ini memutuskan vaksinasi Covid-19 pada siang hari di Ramadan tidak membatalkan puasa. Namun bila memperlemah fisik, suntikan vaksin lebih baik di malam hari.
Tak hanya mengimbau, para pengurus NU hingga ke akar rumput turut menggelar vaksinasi. Pengurus Cabang NU Jakarta Pusat, misalnya, mengadakan vaksinasi di Blok F Pasar Tanah Abang pada Kamis, 8 Juli 2021. Yang mendaftar 540 orang dari pengurus NU, pedagang pasar, hingga warga secara umum. Dari jumlah itu, 46 orang tidak memenuhi syarat vaksinasi karena memiliki penyakit asma, jantung, demam, dan flu.
Gebrakan vaksinasi dari ormas berbasis religi juga dilancarkan melalui pembentukan Sentra Vaksinasi Serviam. Program ini diinisiasi oleh para alumni tiga sekolah: Santa Ursula, Santa Theresia, dan Santa Maria. Masing-masing diketuai oleh Angela Basiroen, Timotheus Lesmana, dan Gina Sutono. Ikatan Alumni Serviam Indonesia (IASI) pun turut mendukungnya.
Setelah dibentuk pada 30 Maret 2021, Serviam aktif menyelenggarakan vaksinasi di sejumlah titik Ibu Kota. Mereka kerap menggandeng Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Puskesmas. Target utama vaksinasi Covid-19 yakni orang lanjut usia di atas 60 tahun, kalangan pendidik, tokoh agama, dan kaum difabel.
Dalam gelombang pertama hingga 2 Juni 2021, Serviam sudah menyuntikkan vaksinasi kepada 17 ribu lebih akseptor. Jumlah relawan yang terlibat terdiri dari tenaga kesehatan sebanyak 150 orang, dan non-nakes 450 orang, termasuk guru dan suster. Di tahap ini, target penerima vaksin sebanyak 30 ribu orang.
Seiring gelombang corona varian delta di 2021 hingga omicron di pertengahan tahun lalu, program vaksinasi oleh Serviam pun turut diperpanjang. Ada beberapa periode, yakni 20 Maret - Juni 2021, 11 Juni - 3 Juli 2021, dan 26 Juli - 23 Desember 2021. Terakhir periode 24 Desember - Maret 2022. Pada 19 Maret 2022, Sentra Vaksinasi Serviam resmi ditutup.
Selama satu tahun lebih, Serviam memberikan vaksinasi kepada 466.948 akseptor. Jangkauannya menyebar di Jakarta, Tangerang Selatan, Klaten - Wonogiri – Magelang - Semarang di Jawa Tengah, lalu di Yogyakarta, hingga Kota Sampit dan Kabupaten Kotawaringin Timur, dan Kota Larantuka.
Dalam mendekati masyarakat agar menerima vaksin Covid-19, aneka cara kadang dilakukan. Relawan Buddha Tzu Chi, misalnya, menjemput anak buah kapal dan warga Kampung Nelayan dengan mengendarai odong-odong dari Dermaga Pelabuhan Muara Angke menuju sentra vaksinasi di Rumah Susun Buddha Tzu Chi, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Jemput bola pada 11 Agustus 2021 untuk vaksinasi ini diprakarsai bersama Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Priok, Kepolisian Sektor Kawasan Muara Baru, dan warga sekitar. Targetnya mencapai seratus persen penduduk di lima rukun warga Kelurahan Pluit mendapat vaksin Covid-19.
Atas semua gerakan masyarakat ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sempat memberi apresiasi. Sebab, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, namun membutuhkan bantuan dan dukungan seluruh pihak termasuk swasta dalam mempercepat vaksinasi Covid-19.