Rajin Melancong di Tengah Badai Pandemi
Menteri Luar Negeri Retno P Marsudi merupakan salah satu pejabat yang sibuk berkeliling dunia agar Indonesia mendapatkan pasokan vaksin. Berkejaran dengan waktu agar Indonesia tak lumpuh oleh Covid-19.
Di tengah pembatasan mobilitas akibat semakin meningkatnya badai pandemi pertengahan 2020 lalu, Retno Marsudi justru makin sering melancong ke luar negeri. Namun, tujuannya bukan untuk berwisata atau menghadiri konferensi internasional. Menteri Luar Negeri Indonesia ini aktif menjalankan diplomasi untuk pengadaan vaksin Covid-19 .
Sejak awal penularan Covid-19, Retno langsung menggunakan jaringan internasionalnya agar Indonesia secepatnya mendapatkan vaksin. Lobi kiri - kanan dijalankan. Setiap negara memang harus berlomba-lomba mendapatkan, setidaknya komitmen, pasokan vaksin dari para produsen yang masih terbatas dan minimnya produksi.
"Jika tidak bergerak cepat, saya yakin tidak bisa melakukan vaksinasi," kata Retno, 22 Oktober 2021 lalu dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada. Beberapa kali Retno terbang ke sejumlah negara, seperti Inggris, Swiss, hingga Cina hanya untuk mengamankan pasokan vaksin untuk Indonesia.
Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil. Awal Desember 2020, Indonesia berhasil mendapatkan vaksin pertamanya yakni Sinovac dari Cina.
Tak hanya itu, diplomasi Retno juga berhasil mengamankan vaksin dengan skema dose sharing atau berbagi dosis dengan negara maju, seperti Australia, Selandia Baru, Jepang, hingga Prancis.
Alhasil, Indonesia termasuk dari sedikit negara yang mampu mendapatkan ratusan juta dosis vaksin dari berbagai negara dan produsen. Sepanjang 2022, pemerintah mengamankan 516 juta dosis vaksin, yang 137 juta di antaranya berasal dari jalan diplomasi.
Namun, Retno ternyata tak cuma mementingkan urusan domestik. Dia juga aktif menyuarakan soal pentingnya pemerataan alat kesehatan dan obat-obatan untuk menangani pasien Covid-19. Demi membasmi pandemi, dunia semestinya memang tak pandang bulu: negara kaya maupun miskin harus mendapatkan akses kesehatan yang memadai.
Ia sempat memberikan saran agar ada platform untuk mengetahui produksi alat kesehatan di seluruh dunia. Tujuannya agar negara-negara berkembang bisa mendapatkan pasokan alat kesehatan dan obat corona dengan harga yang memadai.
Selain itu, Retno terpilih menjadi salah satu ketua bersama (Co-Chair) kerja sama multilateral COVAX Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group. Kelompok ini dibentuk untuk memastikan seluruh dunia mendapatkan akses vaksin yang sama.
Dua perempuan lain menjadi ketua yang sama, yakni Menteri Kesehatan Ethiopia Lia Tadesse dan Menteri Pembangunan Internasional Kanada Karina Gould. Ketiga co-chair ini bertugas mengawal program pengadaan dan distribusi vaksin COVID-19 bagi 92 negara yang tergabung dalam COVAX AMC.
“Merupakan tanggung jawab besar Indonesia untuk mewujudkan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara melalui jalur multilateral,” kata Retno.
Retno juga terpantau aktif berperan dalam upaya pemulihan dunia dari dampak pandemi. Hal ini kerap disuarakannya saat Indonesia menjadi presidensi G20 tahun lalu. Dalam pertemuan Sherpa G20, mantan Duta Besar RI untuk Belanda ini menyatakan pentingnya prinsip inklusivitas agar dunia pulih bersama usai pandemi.
***