Bertani dan Berinovasi Melawan Pandemi
Gerai-gerai Krisna ditutup saat Covid-19 merajalela. Ajik merumahkan sekitar dua ribu karyawannya. Melalui inovasi produk dan pertanian, Krisna bangkit dari pukulan pandemi.
Badai pandemi corona meluluh-lantakkan industri pariwisata Bali. Saat pengetatan besar pergerakan masyarakat untuk mencegah penyebaran Covid-19, Pulau Dewata itu mati suri dari pelancong pada kuartal kedua 2020 hingga sepanjang 2021. Padahal pariwisata merupakan denyut ekonomi kehidupan Bali.
Di masa getir itu, pusat-pusat perbelanjaan tak beroperasi, tempat wisata ditutup. Beberapa kali Katadata.co.id ke sana pada periode itu tak terlihat wisatawan berlalu-lalang di pertokoan di jalur-jalur utama wisata dari Kuta, Nusa Dua, Seminyak, Sanur, hingga Ubud. Krisna, pusat oleh-oleh Bali yang terkenal itu pun tak kalis dari situasi ini.
Si empunya Krisna, Gusti Ngurah Anom, lebih tenar dipanggil Ajik Krisna, menutup enam gerainya di Bali pada Maret 2020 setelah pemerintah mengumumkan Covid-19 masuk Tanah Air. Tak ayal, sebulan kemudian dengan terpaksa dia mulai merumahkan karyawannya. Hingga Mei tahun itu, dua ribu orang tak lagi diminta bekerja dari total 2.500 pegawainya.
Ajik memutar otak dalam impitan ini. Pria asal Buleleng itu mengambil langkah darurat. Sebagai crazy rich Bali, dia menjual mobil mewahnya untuk membantu karyawan yang dirumahkan. Ia datangi langsung tempat tinggal sekitar seratusan orang yang sudah berkeluarga untuk berbagi sembako.
Melihat pandemi bakal berkepanjangan, Ajik yang sudah malang-melintang menggeluti sejumlah bisnis itu melirik usaha lain, bertani. Lelaki kelahiran 5 Maret 1971 ini bercocok tanam kacang di lahannya yang seluas 23 hektare di Bali Utara. Selain untuk memberi peluang baru bagi karyawannya, bertani dapat mengurangi stres lantaran mobilitas dibatasi.
Hasil panen kacangnya cukup memuaskan. Separuhnya ia bagikan untuk masyarakat, separuhnya lagi diproduksi untuk memperbesar produk oleh-oleh kacangnya di Krisna, yang dinamakan Kacang Ajik itu.
Dalam hitungannya, sebagian besar aktivitas produksi terhenti saat pandemi. Namun justru itulah waktu tepat untuk berinovasi. “Saya harus bangkit di pandemi ini. Inovasi yang saya lakukan selama pandemi adalah Kacang Ajik dan Pie Susu,” kata Ajik dalam sebuah webinar mengenai digitalisasi UMKM.
Melalui inovasi produk dan digitalisasi pemasaran, bisnis Krisna mulai menggeliat. Selain dua camilan tadi, ada enam produk inovasi baru lainnya, yaitu Ba’pia Ajik, Bali Spikoe, Bali Banana Crispy, Pia Kukus, dan Minyak Ajik. Ajik menggunakan YouTube, TikTok, dan website sebagai media promosi.
Hasilnya cukup menggembirakan. Omzet per bulan merangkak naik. Saat pemerintah mulai melonggarkan aktivitas masyarakat seiring terkendalinya penyebaran Covid-19, satu per satu gerai Krisna kembali beroperasi.
Akhir Januari kemarin, saat Katadata.co.id mengunjungi gerai terbesarnya di Jalan Sunset Road, Kuta. Deretan mobil terparkir di halaman, pemandangan yang dua tahun sebelumnya hampir tak terlihat.