Jalan Keluar Pandemi dari Nakhoda Raksasa Farmasi
Honesti Basyir membawa Bio Farma menjalani tugas besar saat Indonesia dihantam Covid-19. Kerja keroyokan dalam menyediakan vaksin serta obat corona.
Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir tiba-tiba mendapatkan tugas besar saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Badan Usaha Milik Negara bidang farmasi itu ditunjuk Presiden Joko Widodo untuk menyediakan vaksin corona.
Mendapat pekerjaan baru tersebut, Honesti berhasil menakhodai BUMN farmasi itu di tengah pandemi meski tanpa latar belakang farmasi ataupun kesehatan. Ia merupakan sarjana teknologi industri dari Insititut Teknologi Bandung (ITB) dan banyak berkarier di bidang telekomunikasi.
Honesti lama berkarier di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mulai dari project telecommunication hingga menjadi Direktur Keuangan Telkom. Pada April 2017, dia mulai menjajal industri farmasi saat dipercaya Menteri BUMN saat itu, Rini Soemarno, sebagai Direktur Utama Kimia Farma.
Dua tahun memimpin Kimia Farma, Honesti lalu digeser untuk menjadi Direktur Utama Bio Farma pada 13 September 2019. Baru enam bulan dia menjabat Dirut di holding BUMN farmasi, Indonesia diguncang pandemi Covid-19 yang berdampak langsung kepada perusahaannya di garis depan penanganan virus.
Jokowi dan Menteri BUMN Erick Thohir memintanya untuk mengembangkan vaksin hingga obat-obatan untuk mencegah penularan Sars-CoV-2 semakin meluas. Beruntungnya, bekal yang didapatkan Bio Farma dan Honesti sangat besar.
Perusahaan pelat merah ini telah mendapatkan status Potential Drug Manufacturer CEPI for Covid-19. CEPI adalah koalisi pemerintah, swasta, dan filantropis yang berpusat di Norwegia. Tujuan lembaga ini untuk mengatasi wabah dengan mengebut proses pembuatan vaksin.
Dengan bekal tersebut, Bio Farma telah dipercaya untuk memproduksi vaksin secara internasional. Bio Farma lalu menggandeng perusahaan asal Cina, Sinovac untuk segera memproduksi vaksin Covid-19 di Indonesia.
Alasan Honesti memilih Sinovac saat itu adalah metode pembuatan vaksinnya sama dengan kemampuan yang dimiliki Bio Farma. Dia mengatakan pihaknya berpengalaman untuk mengembangkan vaksin berbahan dasar virus yang telah dilemahkan atau inactivated virus.
“Platform dan metode yang digunakan sama dengan kompetensi kami,” kata Honesti pada 7 Juni 2020 silam. Selain itu, Bio Farma dan Sinovac sudah pernah bekerja sama dalam pembuatan vaksin HIV sebelumnya.
Setelah itu, Bio Farma harus menjajal keandalan vaksin tersebut. Perusahaan menunjuk Universitas Padjadjaran untuk melakukan riset vaksin Covid-19 pertama di Indonesia. Pengujian dilakukan pada 11 Agustus 2020 di Bandung, Jawa Barat.
Hasilnya, efikasi vaksin tersebut terhadap Covid-19 mencapai 65,3%. Efikasi adalah harapan sebuah vaksin mampu menurunkan kejadian penyakit tertentu. Dari angka tersebut, Honesti segera memutuskan produksi dilanjutkan.
Ia menargetkan Bio Farma mampu membuat 100 juta dosis vaksin pada 2022 dan naik menjadi 120 juta pada 2023. “Tahun 2024, kami siapkan 200 juta dosis,” katanya pada 15 Desember 2021 lalu dalam keterangan tertulis.
Bio Farma memproduksi vaksin setengah jadi alias bulk yang berasal dari Sinovac. Produksi mulai dilakukan pada pertengahan Januari 2021, bersamaan dengan dimulainya vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat. Kerja yang dilakukan Bio Farma juga relatif kencang. Hingga Juli 2021, perusahaan telah memproduksi 90,1 juta dosis vaksin.
Tak hanya itu, Bio Farma sebagai induk BUMN farmasi juga menugaskan anak usahanya memproduksi obat-obatan bagi pasien Covid-19. PT Kimia Farma Tbk kebagian membuat obat terapi Bernama Favipiravir. Sedangkan PT Indofarma memproduksi Remdesivir dengan menggandeng Gilead Sciences dari Amerika Serikat.
Kimia Farma dan anak usahanya, PT Phapros Tbk, juga berpengalaman memproduksi klorokuin dan hidroksiklorokuin. Obat ini awalnya diberiikan kepada pasien Covid-19, namun belakangan tak direkomendasikan lagi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Vaksin Made In Indonesia
Honesti dan Bio Farma juga mengerjakan proyek yang lebih ambisius yakni produksi vaksin Covid-19 buatan Indonesia. Mereka menggandeng Baylor College of Medicine, Amerika Serikat untuk menghasilkan vaksin dengan platform rekombinan protein subunit bernama IndoVac.
Vaksin made in Indonesia ini telah menjalani uji klinis dan memiliki efikasi 80%. Honesti mengarahkan vaksin IndoVac untuk pemberian dosis tambahan alias booster. “Data ilmiah IndoVac memiliki keamanan yang baik,” kata Honesti di Bandung pada 5 November 2022 dikutip dari Antara.
BPOM juga telah memberikan lampu hijau IndoVac untuk booster kedua atau suntikan dosis keempat bagi penduduk berusia 18 tahun ke atas. Namun Honesti membuka kemungkinan jika vaksin lokal ini bisa diberikan kepada anak-anak. “Kami siap melakukan uji klinis untuk usia 11 tahun ke bawah,” katanya.
Honesti awalnya menargetkan lima juta dosis vaksin Covid-19 akan diproduksi. Namun belakangan ia menunda rencana produksi karena menanti kepastian volume vaksin yang akan digunakan pemerintah.
Surutnya pandemi Covid-19 juga memaksa Bio Farma mencari strategi distribusi terbaik. Oleh sebab itu, Honesti akan mengalokasikan vaksin Indonesia itu untuk ekspor. Ia lalu menyamakan kondisi melandainya pandemi dengan penyakit umum yang tetap memerlukan kekebalan dari vaksin.
“Seperti influenza, orang akan butuh juga sekali dalam enam bulan divaksin,” katanya pada 6 Juni 2022.