Maraton Membangun Aplikasi PeduliLindungi

Tim PeduliLindungi berjibaku membenahi infrastruktur aplikasi agar pengguna lancar memakainya. Waktu yang pendek berkejaran dengan lonjakan kasus Covid-19.


Pertanyaan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin begitu menohok Setiaji.

“Tahu enggak berapa yang meninggal setiap hari karena Covid-19? 400 sampai 500 orang. Kalau kita enggak beresin ini, dan semakin lama Mas Aji bergabung, akan banyak yang meninggal,” kata Budi Sadikin yang diceritakan kembali oleh Setiaji saat ditemui Katadata.co.id di kantornya beberapa waktu lalu.

Aji, demikian dia biasa disapa, sebulan sebelum pertemuan informal itu memang diminta untuk bergabung dengan Kementerian Kesehatan. Kala itu, lantaran baru digeser ke Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat dan punya banyak pekerjaan rumah, dia menampik ajakan tersebut. Namun pembicaraan personal tadi akhirnya membuat dia luluh.

Karena itu, di awal-awal Aji pun merangkap jabatan Kepala Diskominfo Jabar dan Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan. Dia secara resmi melepas posisi di dinas ketika diangkat sebagai staf ahli menteri bidang teknologi kesehatan pada 16 Desember 2021.

Ketika bergabung dengan Kemenkes, salah satu tugasnya ialah mengembangkan aplikasi PeduliLindungi. Platform ini sebelumnya dibangun oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia, kemudian dialihkan ke Kemenkes.

PeduliLindungi sudah ada sejak 2020. “Saat itu, Pak Menteri Budi Gunadi Sadikin masih menjadi Wakil Menteri BUMN, terinspirasi dengan langkah Singapura membuat Trace Together,” ujar Setiaji.

Awalnya dia tidak masuk tim inti pembuatan aplikasi PeduliLindungi. Namun di Kemenkes memang sudah ada tim khusus 10 - 20 orang yang mengembangkan produk. Lalu mereka meminta Telkom menambah kapasitas aplikasi tersebut.

Tim itu dipimpin oleh Faizal R Djoemadi yang kala itu baru terpilih menjadi Direktur Utama PT Pos Indonesia. Faizal sebelumnya menjabat Chief Digital Innovation Officer Telkom pada Mei 2019 – Juni 2020. Sedangkan tim informasi dan teknologi dipimpin Izak Jenie. “Pak Izak sebagai tenaga ahli digital berperan memastikan fungsi dan teknikal aplikasi PeduliLindungi berjalan sesuai kebutuhan masyarakat,” kata Setiaji.

Setelah PeduliLindungi beralih ke Kemenkes pada 2021, Aji dan tim menambahkan sejumlah fungsi seperti screening dan electronic health alert card (E-HAC). Mereka terus mengecek respons masyarakat di media sosial maupun toko aplikasi Google dan Apple. Sebab, pengguna platform ini semakin meningkat seiring tingginya kasus Covid-19.

Pada 2020, kasus harian tertinggi menyentuh 7,5 ribu lebih pada akhir tahun itu. Pada 14 Juli 2021, kasus harian bahkan nyaris 54,5 ribu. Sedangkan tahun lalu mencapai 64,7 ribu dalam satu hari pada Februari. Jumlah pengguna PeduliLindungi melonjak pada masa-masa kritis itu.

Server hingga aplikasi PeduliLindungi harus siap menampung peningkatan penggunaan supaya platform tidak down atau eror. “Untung kami dibantu Kementerian Kominfo serta Pusat Data Nasional,” ujarnya.

Namun secara keseluruhan, tantangan terbesar dalam membangun aplikasi PeduliLindungi yakni waktu. Platform untuk mengatasi pandemi corona ini tersedia pada Oktober 2020 atau tujuh bulan sejak kasus pertama Covid-19. Dan untuk mengintegrasikan data, platform ini perlu satu sampai dua bulan sejak diluncurkan.

Hal pertama yang dibangun oleh tim yakni infrastruktur, mengingat aplikasi PeduliLindungi akan digunakan 200-an juta penduduk Indonesia. Jumlah pegunduh pada awal peluncuran kurang dari satu juta. Setelah tim Kemenkes mengakuisisi aplikasi PeduliLindungi, jumlahnya bertambah delapan juta per hari.

Pengguna PeduliLindungi pernah mencapai 105 juta ketika kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat diterapkan. “Periode paling tinggi ketika kewajiban menggunakan aplikasi PeduliLindungi di ruang publik pada September 2021,” ujarnya.

Selain bekerja sama dengan Kominfo untuk menggunakan Pusat Data Nasional, tim menggandeng beberapa pihak untuk mengembangkan user interface dan user experience aplikasi PeduliLindungi. Kemudian tim selalu memperbarui aplikasi setiap pekan. Setidaknya ada fitur atau fungsi baru guna menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna.

“Pada awal-awal, masyarakat merasa terus dipantau. Jadi kami mematikan fitur tracing, selain bertujuan supaya baterai ponsel tidak boros,” katanya.

Keberadaan PeduliLindungi makin dibutuhkan ketika menjadi syarat wajib bagi masyarakat yang ingin masuk ke ruang publik seperti mal dan rumah sakit, termasuk transportasi umum sejak September 2021. Aplikasi PeduliLindungi memang didesain untuk melakukan check in secara offline, guna mengantisipasi kondisi pengguna di basement atau tak terhubung internet,” tambah dia.

Keluhan dan tanggapan dari masyarakat terkait aplikasi PeduliLindungi pun terus bertambah. Oleh karena itu, tim terus memperbarui platform setiap minggu guna menanggapi respons pemakai.

Dalam prosesnya, tim developer menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan aplikasi PeduliLindungi dengan sistem lain seperti telemedik dan kereta api. Tim harus terus menguji platform agar proses verifikasi berlangsung kurang dari satu detik.

“Hampir seminggu lebih kami otak-atik sistem agar memenuhi kriteria Kereta Api Indonesia. Sebab, jika proses loading lama, masyarakat akan bosan dan antipati. Jadi, kami perbaiki,” cerita Setiaji.

Warga Indonesia maupun asing yang akan masuk ke Tanah Air dari luar negeri harus check in menggunakan aplikasi PeduliLindungi. Kebijakan ini menghadapi sejumlah tantangan dalam hal verifikasi sertifikat vaksinasi Covid-19 baik dari Indonesia ke luar negeri maupun sebaliknya.

Tim developer PeduliLindungi harus menyesuaikan platform dengan kebijakan negara lain, salah satunya supaya sertifikat vaksinasi Covid-19 bisa dideteksi dan diverifikasi. Kemenkes lalu menginisiasi universal verifier vaccine certificate yang memungkinkan sertifikat digital vaksin Covid-19 bisa terbaca di sistem negara lain.

Tantangan tim developer aplikasi PeduliLindungi selanjutnya yakni mengedukasi masyarakat. Pembelajaran ini terkait pentingnya pemakaian platform, fungsi, dan cara pakai, supaya pengguna tidak bingung dan tak menimbulkan antrean panjang di pintu masuk maupun keluar ruang publik.

Tim juga menghadapi tantangan ketika peretas (hacker) Bjorka menjual 3,2 miliar data yang diklaim dari aplikasi PeduliLindungi. Bjorka meminta US$ 100 ribu atau sekitar Rp 1,5 miliar di forum Breached.to. “Tantangannya, bagaimana meyakinkan masyarakat bahwa PeduliLindungi aman,” kata Setiaji.

Menurut dia, upaya maraton untuk selalu memperbarui aplikasi merupakan hal paling berkesan dalam mengembangkan PeduliLindungi. “Banyak sekali kebutuhan baru masyarakat maupun komplain. Kami mengkaji mana yang menjadi prioritas,” ujarnya.

Kerja maraton itu terbayarkan dengan penurunan jumlah kasus harian Covid-19. PeduliLindungi pun memperoleh The Best Government Collaboration for Pandemic Solution dalam ajang penghargaan Indonesia Brand Forum 2022 untuk ‘Brand Collab Champion – Winning Thru Coopetition Not Competition’.

PeduliLindungi pun meraih GDI Best dalam ajang Good Design Indonesia (GDI) 2022 yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan pada Juli 2022. Dari ini sekaligus mewakili Indonesia pada Good Design Award (G-Mark) ke-66 di Jepang. Aplikasi ini pun mewakili Indonesia berkompetisi di OECD- OPSI World Government Summit 2023.

Aplikasi PeduliLindungi kini resmi berubah menjadi Satu Sehat Mobile per Maret. Fungsinya menjadi lebih luas, yakni mencakup data kesehatan yang terintegrasi.

TIM PENYUSUN

Pemimpin Redaksi: Yura Syahrul

Penanggung Jawab: Muchamad Nafi

Kepala Proyek: Sorta Tobing

Editor: Yura Syahrul, Muchamad Nafi

Penulis: Ameidyo Daud Nasution, Desy Setyowati, Intan Nirmala Sari, Muchamad Nafi, Rezza Aji Pratama, Sorta Tobing

Ilustrasi: Lambok Hutabarat

Grafik: Reza Pahlevi

Producer: Revita RR

Video Editor: Budi Winawan

Videografer: Trion Julianto, Wahyu DJ

Fotografer/Periset Foto: Muhammad Zaenuddin

Motion Graphic: Andriansah

Librarian: Hasna Salsabila

UI/UX dan Development: Firman Firdaus, Nugroho Raharjo