Kelola Sampah Mulai dari Rumah

Ribuan ton sampah diproduksi setiap hari. Tanpa dikelola dengan baik, sampah hanya menjadi benda mati minim guna. Padahal, ada nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan di dalamnya.

Tim Riset dan Analis Katadata


10/12/2019, 10.10 WIB


Dalam sehari, setidaknya tercipta 175 ribu ton sampah baru di seluruh Indonesia. Sebagian besar sampah ini berakhir di tempat penampungan akhir tanpa bisa diolah dan dimanfaatkan lebih jauh.

Sampah menjadi salah satu hal yang tak bisa dipisahkan dari aktivitas manusia. Hampir semua hal yang kita gunakan, berakhir dengan menghasilkan sampah. Mulai dari sampah sisa makanan, plastik kemasan, kertas, hingga sampah yang berasal dari bahan logam.

Setiap jam


7300 ton sampah

Dalam satu jam, tumpukan sampah dapat menutupi setengah dari tinggi Monas.

Setiap hari


175 ribu ton sampah

Setiap harinya, sampah dapat menimbun Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan tinggi sekitar tiga kali lipat.

10 tahun


640 juta ton sampah

Dengan asumsi yang sama, total sampah yang diproduksi di seluruh indonesia dapat menimbun sebagian kota Jakarta. Tumpukan membentang dari Thamrin hingga Senayan dengan tinggi tinggi 5 kali Monas.


Sampah yang diproduksi paling banyak didominasi oleh sampah sisa makanan dengan komposisi 60%. sisa makanan, sayuran, hingga tumbuhan masuk pada kelompok ini. Selanjutnya, sampah plastik menempati posisi kedua dengan 14%, kelompok ini terlihat lebih beragam mulai dari botol, kantong plastik, sedotan, dan berbagai kemasan yang berasal dari bahan plastik. Sisanya, terdapat sampah kertas, karet, logam dan sampah lainnya.

Banyaknya tumpukan sampah ini juga menyisakan tumpukan masalah. Indonesia masih memiliki tantangan dalam pengelolaan sampah dalam negeri, salah satunya adalah tingkat daur ulang sampah yang masih rendah.

Berdasarkan riset yang dilakukan Sustainable Waste Indonesia pada 2019, total sampah Indonesia yang didaur ulang hanya 3 persen dan sisanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Foto: KATADATA

Secara umum, sampah yang dihasilkan dibagi menjadi tiga jenis, yakni sampah organik, anorganik, dan terakhir adalah sampah B3. Sampah organik mencakup sisa makanan, tumbuhan, hingga dedaunan. Meski porsinya cukup tinggi, namun kategori ini merupakan sampah yang dapat membusuk dan terurai. Sehingga, sampah organik seharusnya tidak menimbulkan masalah lingkungan, selama dikelola dengan baik.

Berbeda dengan sampah organik, sampah anorganik justru sulit untuk terurai. Sampah ini mencakup bahan plastik, kertas, karet, gelas dan bahan lain yang tidak membusuk secara alami. Namun, sampah jenis ini dapat didaur ulang dan digunakan kembali. Dengan karakteristik tersebut, maka sampah jenis ini memerlukan perlakuan khusus dengan memilahnya sejak awal dan dipisahkan dari sampah lainnya.

Terakhir, sampah B3 atau Bahan Beracun dan Berbahaya yang mencakup bahan-bahan kimia, pecahan kaca, benda-benda bekas medis seperti jarum suntik, baterai, dan benda berbahaya lainnya. Sampah jenis ini juga sebaiknya dipisahkan untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut.

Foto: Ajeng Dinar Lutfiana | KATADATA
Foto: Ajeng Dinar Lutfiana | KATADATA

Berbagai jenis sampah di atas hanya akan menyisakan masalah jika tidak dikelola dengan semestinya. Langkah awal dalam pengelolaan sampah dapat dimulai dari tingkat rumah tangga. Saat ini, mayoritas masyarakat Indonesia masih belum melakukan pemilahan sampah di masing-masing rumahnya.

Berdasarkan survei yang dilakukan Katadata Insight Center di 5 kota besar, tercatat kurang dari separuh masyarakat yang sudah menerapkan pemilahan sampah di rumahnya dengan proporsi hanya 49,2%. Dari angka tersebut, sebanyak 77,6% membagi sampahnya menjadi 2 kategori, yaitu sampah basah dan kering.

Dimulai dengan kesadaran memilah sejak dari rumah, sampah yang dihasilkan dapat lebih bermanfaat. Mulai dari daur ulang, pemakaian kembali, hingga menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi dari pengelolaan sampah yang tepat.