Upaya Telkom Mewujudkan Transformasi Digital yang Inklusif
Mengembangkan infrastruktur telekomunikasi untuk mendukung transformasi digital, dan membuka akses untuk membangun perekonomian masyarakat yang lebih luas.
Transformasi digital menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah peternakan ayam bernama Karya Cipta Farm yang berada di daerah Magetan, Jawa Tengah. Di bawah tempat berpijak ternak yang mampu menampung 20 ribu ekor ayam, tertanam teknologi canggih yang mampu membuat masa panen ternak lebih menjadi cepat.
Adalah teknologi IoT Smart Poultry Farming System dari Antares, platform besutan Telkom, yang memungkinkan hal itu terjadi. Teknologi ini bisa merekam kondisi lingkungan ternak dari jarak jauh secara langsung. Kondisi suhu, kelembaban udara, hingga tingkat cahaya bisa dipantau lewat ponsel pintar.
Manfaat perpindahan cara beternak dari konvensional ke digital, salah satunya dirasakan dalam hal pengontrolan ternak ayam. Sebelumnya, alat bernama temptron untuk mengatur suhu dan kelembaban kandang dioperasikan secara manual. Apabila lengah dan blower tidak berfungsi bisa menyebabkan gangguan sirkulasi yang berefek buruk bagi pernapasan ayam ternak.
Namun, setelah menggunakan teknologi IoT Smart Poultry, pernapasan seluruh ternak ayam menjadi lebih baik, serta bisa dikendalikan dengan lebih mudah. Alhasil, masa panen ternak menjadi lebih cepat 25 persen dari sebelumnya. Selain itu, teknologi ini memungkinkan penurunan risiko kematian hewan hingga 80 persen
Transformasi digital memang telah merambah berbagai level usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Manfaatnya pun bisa langsung dirasakan. Salah satunya, pelaku ekonomi kreatif Tuta Etnik Soppeng, sebuah UMKM pengrajin tas anyaman di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
Tuta Etnik turut melakukan digitalisasi pada bisnisnya. Dengan memanfaatkan platform digital, Tuta Etnik memasarkan produknya secara daring dan menjangkau pasar yang lebih luas di berbagai wilayah seperti Sulawesi, Jawa, bahkan hingga ke Papua.
Transformasi digital bisnis UMKM dimungkinkan oleh perkembangan infrastruktur telekomunikasi. Oleh karena itu, pemerintah berfokus untuk mempercepat pemerataan infrastruktur telekomunikasi digital melalui sejumlah infrastruktur seperti kabel laut, satelit, dan berbagai infrastruktur lainnya.
Bahkan, belum lama ini Presiden Joko Widodo menyatakan jika pemerintah akan mempercepat realisasi keterjangkauan sinyal 4G di 12.548 desa/kelurahan, dari target semula pada 2032 menjadi akhir 2022. “Ini merupakan percepatan 10 tahun lebih maju dari rencana sebelumnya,” kata Presiden, dilansir dari Antaranews.com.
Sebagai perusahaan pelat merah, Telkom tentunya ikut terlibat dalam mendukung upaya pemerintah menyediakan infrastruktur telekomunikasi. Menurut Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah, konektivitas digital yang luas dan berkualitas, platform digital yang mumpuni, dan layanan digital yang beragam menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat saat ini.
“Telkom memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk membantu seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat meraih manfaat di era digital. Kami berkeyakinan bahwa digitalisasi di berbagai bidang merupakan peluang yang sangat baik bagi Indonesia untuk melakukan lompatan dan dapat berdiri sejajar dengan negara maju lain,” kata Ririek.
Solusi Telkom untuk Digitalisasi Ekonomi
Indonesia menyimpan potensi ekonomi digital yang luar biasa di masa mendatang. Menurut proyeksi Kementerian Keuangan, nilainya ekonomi digital akan mencapai US$146 miliar pada 2025. Sementara berdasarkan riset Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai ekonomi digital RI pada 2025 diprediksi lebih rendah yakni US$130 miliar. Sementara pada 2030 ditaksir sekitar US$220 miliar-US$360 miliar.
Prospek ekonomi internet yang sedemikian besar tentu menjadi peluang bagi pelaku usaha dalam negeri. Kementerian Koperasi dan UKM mencatat pada 2022 sebanyak 20,76 juta UMKM telah onboarding digital. Padahal, jumlah UMKM di Indonesia mencapai lebih dari 64 juta unit, serta menyumbang kontribusi ke produk domestik bruto (PDB) sebesar 61 persen.
Laporan bertajuk Powering up a post-pandemic rebound for MSMEs through digital transformation menyebutkan tantangan UMKM dalam go digital, antara lain infrastruktur, permodalan, pekerja yang berketerampilan, minimnya dukungan kebijakan dari pemerintah, dan akses ke platform digital nasional.
Riset yang dirilis oleh Telkom dan Boston Consulting Group (BCG) pada 2022 itu memberikan penekanan bahwa kesuksesan transformasi bisnis UMKM bertopang sejumlah aspek, seperti pengembangan produk, operasional dan go-to market, talenta digital, akses pendanaan, dan regulasi.
Dengan begitu, UMKM tak bisa sendiri dalam melakukan transformasi, dan perlu dilibatkan dalam ekosistem. Presiden Jokowi dalam beberapa kesempatan tak henti-hentinya mengkampanyekan produk lokal. Merespons itu, Kementerian BUMN dan Telkom pun meluncurkan platform digital bernama PaDI UMKM pada 2020.
Pada gilirannya, platform tersebut mampu membantu daya saing UMKM. Berdasarkan riset internal tim PaDi UMKM, 80 persen penjual mengaku beroleh impresi positif, seperti meningkatnya pengetahuan berjualan daring, legalitas, dan pembiayaan. Selain itu, 73 persen seller menyatakan bisa mengakses pasar BUMN. Bahkan, mayoritas penjual mengaku mampu meraih kenaikan omzet 10 sampai 100 persen setelah bergabung di PaDi UMKM.
“Sektor UMKM merupakan salah satu sektor prioritas yang menjadi fokus dari Leap-Telkom Digital. Mendigitalisasikan UMKM sebagai sektor yang dekat dengan masyarakat lewat pemanfaatan platform digital cerdas yang dapat diakses seluruh kalangan merupakan bagian dari misi Telkom,” ujar Direktur Digital Business Telkom Muhamad Fajrin Rasyid pada awal Mei 2023.
Telkom secara khusus memiliki misi dalam mendorong digitalisasi ekonomi. Sebagaimana mandat pemerintah agar BUMN berperan sebagai agent of value creator (pencipta nilai) dan agent of development (agen pembangunan), Telkom terus bertransformasi demi memberikan sumbangsih terbaiknya.
Transformasi dimulai dengan fokus Telkom pada tiga domain bisnis digital, yaitu digital connectivity, digital services dan digital platform. Dalam prosesnya, Telkom mengimplementasikan strategi build (membangun kapasitas sendiri), borrow (menjalin kemitraan strategis) dan buy (investasi selektif).
Lewat strategi build, Telkom membangun kapabilitas infrastruktur digital dan meningkatkan kompetensi talenta digital. Sementara implementasi strategi borrow dilakukan melalui kemitraan strategis antara Telkom dan raksasa-raksasa digital baik di dalam dan luar negeri. Beberapa yang digandeng Telkom adalah Microsoft, Cisco dan Amazon Web Service.
Adapun strategi buy dilakukan Telkom lewat investasi berbasis synergy value kepada startup-startup . Investasi dikucurkan Telkom melalui entitas usahanya MDI Ventures ke lebih dari 80 perusahaan rintisan digital di 12 negara.
Laporan MDI tahun 2022 menyebut, total aset kelolaan MDI Ventures mencapai US$830 juta atau setara Rp12 triliun. Angka tersebut diproyeksikan naik menjadi US$1,2 triliun atau setara Rp18 triliun pada 2023.
Five Bold Moves: Strategi Telkom Bangun Ekosistem Digital Tanah Air
Guna memantapkan competitive advantages yang dimiliki, Telkom juga mencanangkan lima strategi utama yang dikenal dengan nama Five Bold Moves. Strategi yang telah dijalankan sejak 2021 ini terdiri dari InfraCo, Data Center Co, B2B Digital IT Service Co, DigiCo, dan Fixed Mobile Convergence (FMC).
Strategi Five Bold Moves masih terus dijalankan Telkom dengan penekanan pada InfraCo, Data CenterCo dan FMC. Dalam InfraCo, Telkom akan mengkonsolidasikan sejumlah infrastruktur telekomunikasi yang dimiliki untuk network sharing dengan industri.
Menurut Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Heri Supriadi, langkah tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan potensi dan valuasi infrastruktur milik perseroan dan meningkatkan kualitas telekomunikasi dalam negeri.
Dalam proses transformasi InfraCo, anak usaha Telkom PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) mengakuisisi fiber optik sepanjang 6.012 kilometer (km) milik PT Sumber Cemerlang Kencana Permai (SCKP) & PT Trans Indonesia Superkoridor (TIS). Akuisisi ini ditandatangani pada akhir 2022 lalu.
Terkait Data Center Co, Telkom melakukan konsolidasi data center dalam satu entitas Telkom Data Center Ecosystem. Data Center Ecosystem merupakan layanan digital yang menyediakan akses koneksi langsung ke beberapa infrastruktur jaringan, penyedia cloud, dan ruang penyimpanan skala besar.
Bagi industri, akses data center serta bandwidth internasional yang luas akan mendukung hampir semua komputasi, penyimpanan data, keamanan data, serta aplikasi jaringan dan bisnis untuk perusahaan
Sebagai gambaran, Telkom telah berhasil menyediakan bandwith sebanyak 3.156 Gbps di tahun 2022, atau naik 3,5 persen dari tahun 2021. Pangsa pasar bandwith in service Telkom tercatat sebesar 59,4 persen di tahun 2022, atau meningkat 0,3 persen dari tahun sebelumnya.
VP Corporate Telkom Andri Herawan Sasoko menyatakan, Telkom menargetkan untuk jadi penyedia data center terbesar, tak hanya di Indonesia tapi juga di Asia Tenggara. “Telkom menekuni bisnis data center ini dengan ekspansi dan menargetkan kontribusi yang signifikan dari bisnis tersebut,” ujarnya pada Februari 2023.
Telkom juga menargetkan untuk jadi pemain digital baru, baik hyperscale, konten domestik dan enterprise.
Hingga kuartal pertama tahun ini, Telkom memiliki 29 data center yang terdiri dari 5 global data center dan 24 data center domestic. Untuk tahun 2023, Telkom berencana membangun data center di tujuh lokasi. Data center yang akan dibangun meliputi Hyperscale Data Center di Batam (51 MW), data center tier 3 dengan di Manado, Yogyakarta. Selain itu, data center tier 2 di Malang, Cirebon, Kupang, dan Jayapura.
Bagian dari Five Bold Moves lain yang dijalankan Telkom adalah FMC. Ini merupakan upaya Telkom menggabungkan IndiHome yang berada di bawah naungan Telkom ke dalam Telkomsel. Ini merupakan langkah strategis bagi Telkom guna mengakselerasi inklusi digital melalui peningkatan keandalan konektivitas yang lebih luas dan merata bagi masyarakat.
Bagian dari Five Bold Moves lain yang dijalankan Telkom adalah FMC. Ini merupakan upaya Telkom menggabungkan IndiHome yang berada di bawah naungan Telkom ke dalam Telkomsel. Ini merupakan langkah strategis bagi Telkom guna mengakselerasi inklusi digital melalui peningkatan keandalan konektivitas yang lebih luas dan merata bagi masyarakat.
Pemisahan segmen usaha sendiri telah mendapatkan persetujuan para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2022 di Jakarta, Selasa (30/5). Ke depannya, segmen Business to Consumers (B2C) akan sepenuhnya digarap oleh Telkomsel dan IndiHome sementara fokus operasional Telkom akan berada pada segmen Business to Business (B2B).
“Persetujuan atas implementasi FMC menjadi penting dalam langkah transformasi perseroan untuk menciptakan nilai yang optimal baik bagi perusahaan, pelanggan, masyarakat, pemegang saham dan pemerintah. Selain itu, integrasi ini sejalan dengan fokus Telkom untuk menjadi pemain dan pemimpin di pasar bisnis B2B,” ujar Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah pada akhir Mei 2023.
Pada 1 Juli 2023, IndiHome resmi berada dalam pengelolaan Telkomsel mulai 1 Juli 2023, dimana sebelumnya Telkom dan Telkomsel telah menandatangani akta pemisahan (deed of spin-off). Setelah ini IndiHome akan bersinergi dengan Telkomsel untuk menghadirkan inovasi yang memberikan hasil yang maksimal bagi perusahaan serta seluruh stakeholder. Ke depannya TelkomGroup akan melanjutkan rencana transformasi Five Bold Moves lainnya seperti InfraCo, Data Center Co, B2B Digital IT Service Co, dan DigiCos.
Peluang Telkom untuk menjadi pemain besar di segmen bisnis B2B terlihat dari besarnya pangsa pasar yang masih membutuhkan dukungan digitalisasi. Sebagai gambaran, riset Garner tahun 2021 memproyeksikan pangsa pasar bisnis cloud dan layanan IT B2B di Indonesia meningkat signifikan dengan nilai dengan tingkat pertumbuhan per tahun (CAGR) masing-masing 27 persen dan 7 persen pada 2024 mendatang.
Data lainnya menunjukkan bahwa pangsa pasar system integration Telkom tahun 2022 mencapai 14,6 persen atau tumbuh 0,4 persen dari tahun sebelumnya. Sementara pangsa pasar Business Process Outsourcing (BPO) dari Infomedia sebesar 54,6 persen. Di sisi lain, Telkom menguasai 29,4 persen pangsa pasar bisnis satelit yang tumbuh sebesar 2,5 persen dari tahun sebelumnya.
Dalam relasinya dengan segmen B2B, Telkom mengusung strategi digital transformative yang terdiri dari tiga poin. Pertama, memimpin agenda transformasi digital enterprise (termasuk BUMN) serta memperkuat portfolio produk di segmen B2B.
Kedua, membantu UKM untuk memperluas akses pasar, modal serta teknologi dan informasi lewat platform digital. Ketiga, bersinergi dengan pemerintah untuk mendukung agenda nasional seperti Making Indonesia 4.0 dan One Data Indonesia.