Perjalanan Panjang Industri Nasional
Buktikan Komitmen ESG

Katadata melalui unit risetnya, Katadata Insight Center (KIC), kembali mempublikasikan Katadata ESG Index (KESGI). Indeks ini merupakan salah satu instrumen penting dalam menilai sejauh mana perusahaan menerapkan ESG.

Bergulirnya ekspansi bisnis dan teknologi berkontribusi terhadap perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup. Kesadaran pelaku industri maupun investor untuk meminimalisir dampak ini terus tumbuh, menghadirkan konsep environment, social, and governance (ESG).

Implementasi ESG oleh pelaku industri semakin banyak disorot, sejalan dengan agenda keberlanjutan. Sustainability menjadi tujuan utama perusahaan maupun organisasi di dalam negeri maupun global.

Pasalnya, Perjanjian Perlindungan Iklim Paris mengharuskan ratusan negara dan wilayah untuk melakukan transisi ekonomi menjadi praktik yang lebih ramah iklim. Sebanyak 196 pihak, termasuk Indonesia, mengadopsi perjanjian internasional yang mengikat secara hukum ini pada COP21 di Paris, Prancis, pada 12 Desember 2015.

Di sisi lain, ada agenda 2030 PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan yang dirilis pada tahun yang sama. Agenda ini mengusung 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang menjadi katalis ekonomi global.

Alhasil, seiring implementasi Paris Agreement maupun SDGs, perekonomian diarahkan berjalan semakin selaras dengan tujuan ekologis dan sosial. Di sinilah prinsip-prinsip ESG memainkan peran pentingnya.

Melalui ESG, bukti komitmen perusahaan dan organisasi untuk menyeimbangkan pengelolaan risiko dengan pemanfaatan peluang menjadi lebih terukur. Implementasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola diintegrasikan ke dalam strategi perusahaan, termasuk ke dalam operasional keuangan dan bisnis.

Co-Founder dan CEO Katadata Indonesia Metta Dharmasaputra mengutip Databoks.id, menyatakan bahwa dari 162 perusahaan terbuka yang diriset Mandiri Institute pada 2024 diketahui, sebanyak 95 persen menerapkan ESG karena sejalan dengan prinsip perusahaan. Banyak juga perusahaan menerapkan ESG karena bisa berkontribusi bagi lingkungan dan sosial, sembari menjaga reputasi dan memenuhi regulasi.

“Jadi banyak faktor yang membuat perusahaan berkejaran untuk mencapai ESG value,” katanya pada pembukaan Sustainability Action for The Future Economy (SAFE), di Jakarta, Rabu (7/8).

Sambutan CEO Katadata di SAFE 2024
Co-Founder & CEO Katadata Metta Dharmasaputra menyampaikan kata sambutan saat Katadata Sustainability Action for the Future Economy (SAFE) 2024. Ia menyoroti salah satunya soal penerapan ESG dan prinsip keberlanjutan oleh pelaku industri. (Katadata/Gunawan)

Di dalam kesempatan terpisah, Engagement Manager McKinsey & Company Winny Arindrani mengutarakan, tatkala sebuah perusahaan unggul di dalam implementasi prinsip-prinsip keberlanjutan dan ESG tentu bagus. Tapi, kata dia, sebetulnya yang dibutuhkan bukan ini saja. Pendapatan dan profit perusahaan mampu tumbuh seiring dengan (keberhasilan penerapan) sustainability dan ESG.

“Inilah yang terbaik,” kata Winny dalam sesi diskusi hasil kolaborasi Katadata Green, McKinsey, dan Indonesia International Sustainability Forum 2024 bertajuk Katadata ESG Index: Integrating ESG in Business for a Sustainable Future, di Jakarta, Jumat (6/9).

Oleh karena itu, menurut Winny, dalam perjalanan menerapkan ESG sebaiknya korporasi memperhatikan beberapa hal mendasar. Pertama, target yang ingin dicapai melalui ESG harus jelas. Kemudian, pemilihan strategi yang akan ditempuh secara berkelanjutan. Ketiga, cara agar capital tetap terjaga aman.

Poin yang ditekankan Winny bahwa implementasi ESG tak sekadar check box yang harus dicentang sebanyak-banyaknya. Lebih mendasar dari itu, yakni mengintegrasikannya secara menyeluruh ke dalam operasional bisnis perusahaan.

Kesadaran dan Tantangan Penerapan ESG di Lokal

Sementara itu, Direktur Riset Katadata Insight Center (KIC) Gundy Cahyadi berpendapat, penerapan prinsip ESG semakin menjadi sorotan penting di dunia bisnis di Indonesia. Hal ini seiring dengan meningkatnya kesadaran global terhadap pentingnya praktik bisnis berkelanjutan.

Kesadaran atas perubahan iklim dan dampak negatif aktivitas manusia terhadap lingkungan juga mendorong banyak perusahaan untuk mengurangi jejak karbonnya, sembari bertindak proaktif mengurangi dampak terhadap lingkungan. Selain itu, peningkatan regulasi lingkungan oleh pemerintah dan badan internasional juga memaksa perusahaan untuk menerapkan praktik-praktik yang lebih berkelanjutan.

“Peningkatan kebutuhan dan perhatian investor global terkait kinerja ESG, serta kesadaran lokal yang terus bertumbuh dan menuntut transparansi serta tanggung jawab perusahaan, memperkuat penerapan ESG sebagai faktor penting untuk dilakukan pelaku usaha,” ujarnya dikutip dari laporan Katadata ESG Index 2024.

Menurut Gundy, penerapan ESG oleh perusahaan membantu menemukan peluang baru untuk inovasi, efisiensi operasional, dan peningkatan reputasi yang dapat meningkatkan nilai jangka panjang. “Dapat dikatakan, penerapan ESG bukan hanya tentang meminimalkan risiko, tetapi juga tentang mengeksplorasi peluang untuk pertumbuhan dan keberlanjutan.”

Sebetulnya implementasi ESG bukanlah perkara mudah apalagi nihil kendala. Sekelumit tantangan yang kerap dihadapi perusahaan, misalnya soal biaya, knowledge, serta minimnya dukungan.

Merujuk kepada grafik Databoks di atas, mengutip kajian Mandiri Institute, meskipun beragam kendala terus membayangi tapi sejumlah perusahaan besar tetap berkomitmen mengadopsi prinsip ESG. Berdasarkan survei yang dilakukan, dari 162 perusahaan terbuka (listed companies) diketahui bahwa mayoritas atau 59 persen membentuk unit ESG internal.

Sebagian lain memilih untuk membentuk kelompok kerja ESG bersama pihak eksternal (41 persen), menggunakan jasa konsultan (40 persen), dan menilai ESG berdasarkan standar dari pihak ketiga (39 persen).

Ada pula yang berinvestasi pada hal-hal terkait ESG (35 persen), menerbitkan instrumen investasi terkait ESG (9 persen), dan menggunakan perangkat lunak atau software terkait (5 persen).

Merespons urgensi penerapan sustainability dan ESG ini maka Katadata melalui unit risetnya, Katadata Insight Center (KIC), kembali mempublikasikan Katadata ESG Index (KESGI).

Pada tahun ini, KESGI diberikan kepada 33 perusahaan di delapan sektor. Mereka adalah korporasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada pula BUMN alias perusahaan pelat merah, terutama yang berkontribusi besar terhadap perekonomian dan mengutamakan prinsip keberlanjutan.

Perusahaan-perusahaan ini menunjukkan komitmen untuk membangun rantai nilai berkelanjutan, serta bertanggung jawab melindungi lingkungan, keanekaragaman hayati, serta meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, “sambil meminimalisir dampak ekologis dari bisnis mereka,” kata Direktur KIC Adek Media Roza dalam SAFE 2024.

Perincian delapan sektor industri tersebut adalah Keuangan/Perbankan (Finance), Pertambangan (Mining), Perkebunan (Plantation), Makanan dan Minuman (Food and Beverage), Transportasi & Logistik (Transportation and Logistic), Bahan Kimia (Chemicals), Energi (Energy), dan Perhotelan (Hospitality).

Saat kali pertama indeks ini hadir, perusahaan yang dinilai baru tiga sektor industri saja, yaitu perkebunan, pertambangan, serta makanan dan minuman. Setahun kemudian, pada 2023, penilaian meluas mencakup tujuh sektor industri, yakni keuangan, pertambangan, perkebunan, makanan dan minuman, transportasi dan logistik, bahan kimia, serta energi.

Adek mengutarakan, aspek ESG yang dinilai pada 2024 meliputi subaspek pelaporan biaya lingkungan hidup, material ramah lingkungan, energi, keanekaragaman hayati, emisi, serta limbah dan efluen (buangan industri yang belum diolah).

Aspek lain yang dipertimbangkan ialah pelaporan pengaduan terkait perusakan lingkungan hidup, air, pembiayaan (khusus sektor keuangan), ketenagakerjaan dan masyarakat, tata kelola berupa sertifikasi dan keberagaman dewan direksi.

infografik 1 esg

Mengukur Komitmen Korporasi terhadap ESG

KESGI merupakan kelanjutan dari Katadata Corporate Sustainability Index (KCSI). Indeks ini merupakan salah satu instrumen penting dalam menilai sejauh mana perusahaan menerapkan ESG. Perubahan nama dari KCSI menjadi KESGI merupakan langkah strategis untuk memperjelas tujuan utama dari indeks ini.

Gundy mengatakan, nama KCSI digunakan saat pertama kali indeks ini diluncurkan tiga tahun lalu. Namun, sustainability adalah topik yang sangat luas. “Pemahaman publik terhadap ESG sering kali masih kabur,” ujar Gundy.

Hal terbaru dari Katadata ESG Index 2024 adalah memasukkan sektor hospitality sebagai salah satu bidang yang turut dinilai. Proses penilaian melibatkan pengumpulan data dari sumber-sumber yang tersedia secara publik, seperti sustainability report dan financial report, serta survei langsung ke perusahaan untuk melengkapi informasi yang tidak dapat diakses publik.

Indeks ini memiliki lima tahapan metodologi, collecting and cleaning data (mengumpulkan dan membersihkan data), normalizing and standardizing value (menormalisasikan dan menyetarakan data), completing the missing value (melengkapi data-data yang dibutuhkan), aggregating score (mengagregatkan nilai), dan final scoring (penilaian akhir).

Secara sederhana, Gundy menjelaskan, langkah pertama KESGI adalah mengumpulkan data yang dapat diakses oleh publik, termasuk sustainability report dan financial report. Data yang didapat dari suatu perusahaan kemudian diproses dan dibandingkan dengan data dari perusahaan lainnya yang bergerak di dalam industri yang sama. Berdasarkan perbandingan data ini dihasilkanlah skor tertentu.

“Kalau [skornya] semakin baik, berarti performance emiten ini lebih baik dibandingkan dengan emiten lain,” kata dia seraya menyatakan terdapat sekitar 310 perusahaan yang dinilai pada 2024.

KESGI 2024 juga disertai penyempurnaan metodologi dari sisi kelengkapan indikator dengan menambah beberapa indikator untuk melengkapi data. Dilakukan pula penyempurnaan pengumpulan data melalui pengiriman form khusus kepada perusahaan.

Penentuan aspek, subaspek, dan indikator penilaian mengikuti panduan bentuk dan isi laporan keberlanjutan (tertuang dalam SEOJK No. 16/2021) yang merupakan pelaksanaan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 51/2017.

Selanjutnya pada 2025, KIC berencana untuk memperluas jangkauan penilaian KESGI hingga mencakup 400 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Maria R. Nindita Radyati selaku Presiden Direktur Institute for Sustainability and Agility mengatakan, sejak Katadata merilis indeks ESG pada tiga tahun lalu, kesadaran perusahaan-perusahaan Indonesia terhadap pentingnya penerapan ESG semakin baik.

"Perusahaan-perusahaan yang sudah go public dan terlibat perdagangan internasional, terutama dengan Eropa, Amerika, dan Australia cenderung lebih sadar dan terdorong untuk menerapkan ESG," kata Ketua Gugus Tugas ESG Kamar Dagang dan Industri (Kadin) itu, yang turut mengawal di balik layar KESGI.

Namun, menurut Maria, penerapan ESG di banyak perusahaan sejauh ini belum holistik bahkan masih terpecah-pecah. Tantangan terbesar dalam penerapan ESG secara menyeluruh adalah kesadaran dan pemahaman yang masih terbatas.

Dengan kata lain, kata dia, tak sedikit perusahaan baru di tahap menyadari urgensi ESG. Tapi mereka belum memahami sepenuhnya cara untuk mengintegrasikan ESG ke dalam praktik bisnis.

Oleh karena itu, edukasi serta peningkatan kapabilitas perusahaan dalam menerapkan ESG pun tidak dapat diabaikan. Sejalan, Katadata berupaya menjadikan ESG bagian integral dari strategi bisnis perusahaan agar menjadi standar yang diadopsi menyeluruh di industri.

KIC juga memastikan bahwa KESGI tak hanya bertujuan merilis peringkat tahunan dan memberikan penghargaan kepada perusahaan terkait. Lebih jauh, indeks ini mengusung misi lebih besar, yaitu mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia agar lebih aktif mewujudkan prinsip environment, social, and governance.

Menurut Gundy, pemeringkatan dan penghargaan untuk perusahaan yang menerapkan ESG dengan baik, diharapkan bisa mendorong perusahaan lain mengikuti jejak yang sama.

Katadata juga membidik KESGI menjadi acuan bagi investor dalam mengevaluasi dan memilih perusahaan yang memiliki komitmen kuat terhadap ESG. Hal ini membutuhkan dukungan dan promosi yang lebih luas termasuk kerja sama dengan BEI dan perusahaan reksa dana.

“Mungkin saja nantinya KESGI bisa menjadi indeks resmi di BEI seperti LQ45 index,” ujar Maria lagi.

Senada dengannya, Gundy berpendapat, kelak KESGI diharapkan bisa menilai semua perusahaan yang terdaftar di BEI. Alhasil, Katadata bisa memiliki gambaran yang lebih komprehensif tentang penerapan ESG di Tanah Air.

Mengapresiasi Komitmen ESG pada Korporasi

Katadata ESG Index memberikan apresiasi kepada delapan sektor industri, masing-masing sektor terdiri atas empat korporasi. Namun, khusus sektor keuangan atau finance terdiri atas lima perusahaan. Sebab, selain pemenang untuk kategori KCSI, Environment, Social, dan Governance, ada pula Green Economy.

Di antara lima pemenang KESGI 2024 untuk sektor keuangan, salah satunya adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Bank pelat merah berlogo pita emas ini menjadi pemenang kategori lingkungan.

infografik 2 esg

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar menuturkan, perseroan hendak menjadi Indonesia’s sustainability champion. Demi mencapai ini, Bank Mandiri wajib bersungguh-sungguh mengimplementasikan dua komitmen, yaitu mencapai net zero emission di dalam operasional pada 2030 dan net zero emission in financing pada 2060 atau lebih awal.

“Kami susun kerangka kerja dengan strategi yang berpegang ke tiga pilar; sustainable banking, sustainable operation, serta sustainability beyond banking,” kata dia. “Untuk memastikan kerangka kerja ini dipahami semua jajaran Bank Mandiri maka kami punya ESG guiding principles.”

Alexandra juga menuturkan, perlu ada kebijakan yang memicu transisi ke arah low carbon economy. “Ini bentuknya bisa insentif, dan juga konsekuensi secara finansial kepada industri yang masih menghasilkan banyak emisi,” ujar dia.

Sementara itu di sektor lain, yakni perkebunan, ada empat perusahaan yang juga diganjar penghargaan Katadata ESG Index. Salah satunya adalah PT Austindo Nusantara Jaya, unggul pada aspek tata kelola alias governance.

infografik 3 esg

PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, sagu, dan energi terbarukan. Didirikan pada 1993, ANJ beroperasi di berbagai wilayah di Indonesia. ANJ memiliki sejumlah komitmen keberlanjutan yang mencakup berbagai aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Direktur Keberlanjutan dan Corporate Communication ANJ Nunik Maharani mengatakan, keberpihakan terhadap ESG serta keberlanjutan memang sejak awal menjadi DNA perseroannya.

“Bukan dari jajaran teratas menetapkan kebijakan perusahaan lantas di bawah semata mengerjakan. Tapi (integrasi ESG ke dalam bisnis) disusun bersama, jajaran teratas terlibat untuk memastikan ini dipahami sampai ke bawah,” katanya kepada Katadata, Jumat (6/9).

ANJ sempat menghadapi tantangan mendasar dalam upaya menerapkan ESG, yakni membangun pemahaman kolektif. Oleh karena itu, secara berkesinambungan manajemen mengadakan forum-forum untuk sosialisasi.

“Di ANJ, sejak dari owner memang memiliki pemahaman dan passion terhadap keberlanjutan dan dampak lingkungan yang tinggi. Maka ini (ESG dan sustainability) bukan pilihan lagi tetapi memang keharusan,” ujar Nunik.

infografik 4 esg

Di sisi lain, manajemen PT Chandra Asri Tbk. mengutarakan pendapat senada. Perusahaan solusi kimia dan infrastruktur ini merupakan satu di antara empat korporasi yang mendapatkan penghargaan KESGI untuk sektor chemical.

Head of ESG and Sustainability Chandra Asri Group Andang Pungkase menyatakan, keberpihakan terhadap prinsip ESG dan keberlanjutan kini menjadi prioritas semua stakeholder.

“Baik itu investor, market, institusi keuangan, dan pemerintah, bahkan media maupun publik. Semua semakin aware terhadap ESG,” katanya kepada Katadata, Jumat (6/9).

Chandra Asri merupakan salah satu perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia yang menunjukkan komitmen kuat terhadap keberlanjutan melalui berbagai inisiatif lingkungan dan sosial.

Sebagai perusahaan petrokimia terkemuka di Indonesia, Chandra Asri memahami pentingnya integritas dan transparansi dalam menjalankan bisnis yang bertanggung jawab. Perusahaan ini secara konsisten memperkuat tata kelola perusahaan yang baik, dengan memastikan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan, sosial, dan etika bisnis.

“Bahkan di perusahaan kami, jauh sebelum ada tren ESG, kami sudah melakukan beyond compliance terhadap aspek lingkungan dan sosial,” kata Andang.

Lebih detil tentang para korporasi pemenang KESGI 2024, maupun soal temuan menarik lain dari laporan ini, Katadata mewadahinya melalui dashboard khusus, yaitu https://green.katadata.co.id/dashboard/welcome Pemaparan tentang lima sektor industri, yaitu pertambangan, makanan dan minuman, transportasi dan logistik, energi, serta perhotelan, juga dapat disimak lebih lengkap di sana.

Pada perusahaan yang mendapatkan penilaian terbaik dari Katadata ESG Index, terlihat perseroan semakin mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah baik untuk digunakan kembali atau didaur ulang, pemanfaatan teknologi ramah lingkungan.

Selain teknologi hijau yang berdampak kepada pengurangan emisi itu juga tampak para korporasi memiliki program pengembangan masyarakat, dan memiliki sertifikasi untuk menunjang pelaksanaan Good Corporate Governance.

Hasil penilaian Katadata ESG Index diharapkan dapat memacu perusahaan untuk menginventarisasi data tahunan secara lengkap dan mempublikasikannya kepada publik. Penilaian ini juga diharapkan akan meningkatkan kesadaran untuk menjalankan keseluruhan operasional perusahaan secara end-to-end dengan penerapan prinsip keberlanjutan.