Masyarakat Adat, Kunci Pembangunan Berkelanjutan Tanah Papua
Permadani hijau membentang luas, gunung-gunung berdiri kokoh bak penjaga. Dalam rimba hijau itu, beragam flora dan fauna tumbuh dan berkembang biak, yang sebagian besarnya tak dapat ditemukan di tempat lain. Terdengar pula berbagai kicauan burung laiknya alunan merdu persembahan dari alam.
Itulah visualisasi hutan Tanah Papua dalam “Defending Paradise: Hutan Ibu Kami, Rumah Cenderawasih,” sebuah film dokumenter hasil kolaborasi Yayasan Ekosistem Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa) dengan The Cornell Lab of Ornithology.
Visualisasi tersebut menggambarkan bahwa Tanah Papua merupakan wilayah dengan hutan alam terluas di Indonesia. Provinsi Papua memiliki 33,8 juta hektare (ha) dan Papua Barat memiliki 8,85 juta ha. Sedangkan hutan alam Papua Barat sendiri setara dengan 8,12 persen dari total hutan hujan tropis Indonesia.
Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, masih di film yang sama mengatakan, kita jaga hutan, hutan jaga kita. “Tugas utama kita, mewariskan mata air bagi anak cucu. Bukan mewariskan air mata bagi mereka,” ucapnya.
Dalam film dokumenter itu disebutkan, hubungan masyarakat adat dengan hutan begitu dekat, laiknya ibu. Memberi apa pun yang diperlukan, kapan pun dibutuhkan. Bagi masyarakat adat, hutan menyediakan segalanya. Sumber makanan, sumber udara, air, obat-obatan, juga budaya.
Masyarakat adat bertani untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sembari melestarikan hutan. Caranya, bersama dengan pimpinan adat, mereka membuat peta wilayah adat. Di dalam peta tersebut berisi area berburu, area hutan kelola, dan wilayah konservasi.
Namun demikian, hutan Tanah Papua kini menghadapi risiko kerusakan akibat eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Data Koalisi Indonesia Memantau menunjukkan, deforestasi di Tanah Papua selama 2001-2019 mencapai 663.443 ha. Jika dirata-rata, 34.918 ha tutupan hutan dialihfungsikan.
Untuk mengatasinya, muncul berbagai inisiatif pemberdayaan masyarakat adat yang dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari tokoh pemuda hingga pemerintah daerah di Tanah Papua. Hal ini mereka lakukan karena masyarakat adat memegang peranan penting dalam menjaga hutan dan memastikan pembangunan di Timur Indonesia tetap hijau dan berkelanjutan.
- 1 of 4
- Next
Koordinator | Jeany Hartriani |
Editor | Heri Susanto, Padjar Iswara, Jeany Hartriani |
Penulis Artikel & Infografik | Alfons Yoshio Hartanto, Arofatin Maulina Ulfa, Fitria Nurhayati, Hanna Farah Vania, Melati Kristina Andriarsi |
Desain Grafis | Muhamad Yana, Cicilia Sri Bintang Lestari, Dani Nurbiantoro, Nunik Septiyanti, Very Anggar Kusuma |
Foto | Muhammad Zaenuddin |
Teknologi Informasi | Muhammad Zaki Achsan, Febryan Ramadhan |