Ambisi Indonesia Percepat Pengembangan Mobil Listrik

Pemerintah mengembangkan mobil listrik sebagai upaya menurunkan emisi rumah kaca dan menjaga kenaikan temperatur global.

Credit: Muhammad Zaenuddin/Katadata

Di hadapan para pemimpin dunia di Glasgow, Skotlandia, Presiden Joko Widodo menyampaikan komitmennya untuk menurunkan emisi karbon. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-26, pada 1 November 2021, Indonesia terus memperkuat perannya dalam penanganan perubahan iklim. Jokowi menyatakan sejumlah strategi yang akan diambil Indonesia, baik di sektor hutan dan lahan, serta energi dan transportasi.

Dari sejumlah strategi tersebut, salah satu yang mendapat penekanan dari Presiden Jokowi adalah pengembangan mobil listrik. “Di sektor energi, kami juga terus melangkah maju dengan pengembangan ekosistem mobil listrik, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Asia Tenggara, serta pemanfaatan energi baru terbarukan,” kata Jokowi seperti dikutip dari Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (2/11).

Tidak hanya di Glasgow, dalam berbagai kesempatan di dalam negeri, Jokowi kerap menekankan agendanya dalam percepatan pengembangan ekosistem mobil listrik, mulai dari penyediaan bahan baku baterai, pembangunan pabrik baterai, hingga produksi mobil listrik. Bahkan, Jokowi pernah menyebutkan bahwa produsen otomotif Hyundai berkomitmen memproduksi mobil listrik mulai 2022.

Pemerintah Indonesia memang cukup serius dalam mewujudkan ambisinya untuk mempercepat pengembangan mobil listrik sebagai bagian dari upaya menurunkan emisi karbon melalui sektor energi dan transportasi di Tanah Air. Target penurunan emisi di sektor ini berdasarkan dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) mencapai 38 persen, terbesar kedua setelah kehutanan dan lahan yang sebesar 60 persen.

Pengembangan kendaraan listrik menjadi prioritas karena kendaraan bermotor menjadi salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca (GRK) dan penyebab pencemaran udara. Mayoritas polusi udara di perkotaan berasal dari penggunaan bahan bakar minyak beroktan rendah. Dengan kendaraan listrik—baik mobil maupun sepeda motor – pemerintah berharap bisa menurunkan emisi sekaligus mengurangi polusi udara dari sektor transportasi.

Direktur Mega Project dan EBT PT PLN (Persero), M. Ikhsan Asaad mengakui bahwa percepatan kendaraan listrik dipicu oleh komitmen Indonesia untuk memenuhi Perjanjian Paris terkait pengurangan emisi CO2 dari sektor transportasi. “Salah satu alternatifnya dengan beralih menggunakan jenis kendaraan ini,” katanya dalam Indonesia Data and Economic (IDE) Conference Katadata 2021.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mobil listrik murni (EV) menghasilkan 0 gram/km emisi CO2. Angka ini jauh berbeda dengan mobil konvensional berbahan bakar bensin yang menyumbang 125 gram/km emisi CO2.

Menurut Executive Vice President Engineering Technology PLN Zainal Arifin, mobil berbahan bakar fosil menghasilkan 4,1 ton emisi CO2 per 19 ribu km. Sementara dengan beralih ke mobil listrik, emisi CO2 dari sektor transportasi akan turun menjadi 1,3 ton emisi CO2 yang bersumber dari pembangkit listrik dari batu bara. “Kalau semua sudah menggunakan energi terbarukan, mobil listrik dapat mengurangi CO2 maksimal hingga 0 kg emisi CO2,” ujar Zainal dalam webinar Katadata 2021 bertajuk Accelerating Investment in Electric Vehicle.

Dikarenakan tujuan pengembangan mobil listrik untuk mengurangi emisi, maka pasokan listriknya pun harus berasal dari energi bersih. Untuk itu, pengembangan mobil listrik di Tanah Air akan diiringi dengan pembentukan tata kelola listrik yang berkelanjutan.

  • 1 of 4
  • Next